Inovasi dalam Kampanye Digital Berbasis Teori Resepsi Stuart Hall untuk Meningkatkan Pengaruh di Era Society 5.0

Oleh: Ali Imron Hamid, Mahasiswa S3 Universitas Sahid Jakarta
Minggu, 21 Juli 2024 20:39 WIB Jurnalis - Haerandi

Jakarta, Gesuri.id - Teori Resepsi Stuart Hall menjelaskan bahwa makna pesan media tidak ditetapkan secara kaku oleh pengirim, melainkan dibentuk melalui proses interpretasi aktif oleh audiens. Audiens dapat mengadopsi tiga posisi decoding terhadap pesan media:

Dominant Hegemonic Position: Audiens menerima pesan secara penuh dan memahaminya persis seperti yang diinginkan oleh media. Dalam konteks kampanye digital, strategi yang berhasil mungkin mencapai audiens yang berada dalam posisi ini dengan pesan yang jelas dan konsisten.

Negotiated Position: Audiens menilai pesan dengan kritis, menerima sebagian dan menolak sebagian. Kampanye digital harus dirancang untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya tanggapan yang beragam, memungkinkan penyesuaian untuk mengakomodasi berbagai interpretasi.

Oppositional Position: Audiens menolak pesan secara keseluruhan jika tidak sesuai dengan pandangan mereka. Inovasi dalam kampanye digital perlu memitigasi risiko penolakan dengan membangun pesan yang relevan dan berdialog dengan audiens untuk mengurangi resistensi.

Fungsi utama kampanye digital, yaitu struktur organisasi dan prosedur kerja, kehadiran di ruang informasi online, dukungan dalam pengumpulan alokasi sumber daya, dan penggunaan simbol, dapat dioptimalkan dengan menerapkan Teori Resepsi Stuart Hall dalam studi kritis. Struktur organisasi yang efisien memastikan bahwa pesan dikembangkan dan disebarluaskan secara konsisten, sementara prosedur kerja yang terstruktur memungkinkan respons yang adaptif terhadap umpan balik audiens. Teori Resepsi menekankan bahwa audiens tidak menerima pesan secara pasif, melainkan aktif dalam menafsirkannya berdasarkan konteks dan pengalaman mereka sendiri (Bella Juliet Arianita et al., 2021).

Baca juga :