Jakarta, Gesuri.id - Indonesia kembali berduka ketika 19 nyawa warga meninggal sia-sia akibat kebakaran dan ledakan di Depo Pertamina Plumpang Jakarta. Belum lagi puluhan orang yang menderita luka bakar, dari yang paling ringan sampai yang paling berat, serta ribuan orang terpaksa megungsi. Tentu rasa bela sungkawa sudah selayaknya kita sampaikan kepada keluarga korban tragedi ini.
Di samping itu, apresiasi perlu diberikan kepada jajaran Direksi Pertamina yang sigap dalam menangani tragedi ini. Aparat penegak hukum, pemadam kebakaran juga ikut bahu-membahu sehingga kebakaran berhasil dipadamkan dalam waktu tiga jam dan pada hari Sabtu pagi Depo Pertamina sudah beroperasi kembali. Tanpa kesigapan ini bisa-bisa masalahnya bergeser sampai ke kekosongan dan kelangkaan BBM di Ibukota.
Bencana ini ibaratnya adalah tragedy in waiting, tinggal tunggu waktu kapan dan di mana terjadinya. Kali ini Depo Plumpang yang mendapatkan giliran. Bukan bermaksud untuk suuzon, tetapi falilitas Pertamina lainnya juga berpotensi untuk mengalami bencana serupa, atau bahkan lebih parah. Misalnya jalur pipa Cilacap Padalarang, Kilang Minyak Dumai dan Depo Pertamina yang ada di Banjarmasin.
Masalahnya sama, yaitu posisi beberapa fasilitas Pertamina yang sekarang berhimpit dengan perumahan warga. Sehingga wajar jika banyak orang yang latah dan menyalahkan Pertamina. Seolah-olah Pertamina sama sekali tidak memperhitungkan faktor safety ketika membangun fasilitasnya. Padahal buat perusahaan sekelas Pertamina, sebelum kita sempat bermimpi, Pertamina pasti sudah memikirkan hal ini jauh sebelumnya. HSE (Health, Safety and Environment) bagi perusahaan minyak adalah nyawanya.
Baca:BMI DKI Jakarta Salurkan Bantuan ke Korban Kebakaran di Plumpang