Jokowi Ma'ruf Tetap Jadi Pilihan Emak-Emak di Pilpres 2019

Slogan pasangan nasionalis-relijius, dari Jokowi-Ma'ruf Amin menjadi peneduh bagi golongan emak-emak yang tetap optimis dan fokus kerja
Rabu, 22 Agustus 2018 13:14 WIB Jurnalis - Ali Imron

ADA yang seru dalam gelaran Pilpres 2019 kali ini. Emak-emak menjadi narasi baru di media sosial yang sengaja dimunculkan ke permukaan untuk menggaet simpati demi menjaring suara yang tinggi dalam persaingan perebutan kursi nomor satu di republik kita tercinta. Emak-emak disimbolkan sebagai bagian dari golongan masyarakat yang dianggap mengalami langsung masalah ekonomi dan bergelut dengan harga bahan-bahan pokok di pasar. Hingga persoalan rumah tangga lainnya yang kerap mendera emak-emak.

Bila menilik data Pemilu 2019, potensi suara pemilih perempuan bisa dibilang sangat besar yaitu mencapai 93 juta orang. Sedangkan untuk pemiih laki-laki mencapai 92 juta orang. Data itu berasal dari 185.639.674 pemilih yang tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia. Tentu suara yang sedemikian besar ini menjadi kue manis yang enak untuk diperebutkan.

Maka tidak mengherankan bila kemudian munculah narasi Partai Emak-Emak yang sengaja dihembuskan oleh pihak lawan demi menggaet simpati dari emak-emak itu sendiri. Narasi itu dibentuk sedemikian rupa sehingga seolah-olah emak-emak menjadi korban utama dari permainan kaum elitis di negeri ini. Tentunya ini bisa menjadi bola salju yang membesar jika saja narasi itu berhasil menggaet emak-emak berkategori baper yang mudah tersulut dan dipengaruhi oleh narasi fiksi yang tanpa dasar tersebut.

Strategi playing victim yang dimainkan pihak lawan ini haruslah diwaspadai sejak dini. Cara-cara seperti ini pernah dimainkan SBY yang menjual citra sebagai korban dari permainan elitis sehingga sering mengeluarkan kata-kata prihatin. Maka kubu sebelah mencoba mengemasnya itu dengan visualisasi Sandiaga Uno yang diperankan sebagai sosok yang gagah dan tampan. Bahkan Sandi juga gembar-gembor siap memakmurkan emak-emak agar harga pangan makin terjangkau. Padahal sepak terjang Sandi saat menjadi wagabener Jakarta juga sangat buruk.

Tentu bagi emak-emak yang tidak mengikuti dinamika politik nasional mudah termakan dengan strategi tersebut. Maka narasi itu hanyalah tinggal menjadi pepesan kosong yang belum tentu terwujud dalam kerja nyata yang lebih mengedepankan peran-peran strategis perempuan terutama pemberdayaan ekonomi bagi kalangan emak-emak. Inilah yang harus diantisipasi bersama, bahwa pihak lawan sedang mencoba memainkan strategi playing victim, kemudian masuk perangkap dan diobralah janji-janji manis tersebut. Baru setelah mendapatkan suara yang diincar, mereka menjadi lupa diri seolah-olah tidak mau mengenal lagi emak-emak yang dulu sudah berjasa untuk mereka.

Baca juga :