Jakarta, Gesuri.id - Saat kelompok musik rock Slank memutuskan untuk mendukung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam pemilihan presiden, kita tahu angin segar sedang berembus. Ini kabar bagus: Slank senantiasa setia di jalur perjuangan. Dan memang demikianlah identitas band ini sejak pertama kali berdiri pada 26 Desember 1983: kritis mengawal kekuasaan, teguh di jalur perjuangan.
Dalam hal kritik sosial, Slank seringkali disepadankan dengan Iwan Fals. Lagu-lagu yang mereka tulis pada masa Orde Baru memprotes realitas sosial masyarakat, seperti Memang, Kampungan, Bang Bang Tut, Pak Tani, dan H.A.M Burger. Sebagai Slankers, saya hafal di luar kepala begitu banyak lagu band yang bermarkas di kawasan Potlot, Jakarta, tersebut.
Sepanjang Juli-November 1996, Slank merekam album Lagi Sedih yang dirilis pada 5 Februari 1997, setahun sebelum Soeharto lengser. Album ini cenderung dikenal karena lagu seperti Tonk Kosong dan Foto Dalam Dompetmu. Padahal sesungguhnya, album ini layak dikenang karena ada lagu-lagu bertema politik yang cukup keras yang ditulis pada saat tak seorang pun membayangkan rezim Orde Baru akan runtuh. Slank berada di garda depan musisi yang menjalankan tugasnya sebagai avantgarde dalam politik kesenian.
Sebut saja lirik lagu Anarki di RI:
Ada suara jerit-jeritan.
Sia-sia banyak yang jadi korban.
Coba lihat apa sih itu.
Petugas bentrok sama demonstran.
Atau lirik lagu Kampus Depok yang relevan dengan suasana saat ini: