Perpustakaan Bodong Pencetak Uang Palsu

Penulis: Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Dr. Harris Turino, S.T., S.H., M.Si., M.M. -
Senin, 30 Desember 2024 08:00 WIB Jurnalis - Effatha Gloria V.G. Tamburian

Jakarta, Gesuri.id - Terungkapnya pabrik uang palsu di Perpustakaan UIN Allauddin Makassar baru-baru ini mengusik logika berpikir kita. Apalagi masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tuntas seputar kasus yang menghebohkan tersebut, walaupun sudah 17 orang ditetapkan sebagai tersangka.

Sejauh ini kasus uang palsu di Indonesia masih didominasi oleh motif ekonomi. Belum pernah terungkap motif lain yang lebih terstruktur dan sistematis yang bahkan melibatkan otoritas tertentu, seperti yang terjadi di banyak negara lain. Amerika salah satunya.
Dalam Perang Dunia II terkenal dengan Operasi Bernhard di mana Nazi Jerman berencana untuk menghancurkan ekonomi Sekutu dengan mencetak uang palsu dalam jumlah besar. Para tahanan di kamp konsentrasi Sachsenhausen dipaksa memproduksi uang palsu USD berkualitas tinggi. Uang ini dimaksudkan untuk disebarkan di Inggris dan Amerika Serikat untuk menyebabkan inflasi.

Demikian pula kejadian Superdollar yaitu istilah yang digunakan untuk percetakan uang palsu USD pada era tahun 1980an dengan kualitas sangat tinggi, hampir tak dapat dibedakan dari uang asli, bahkan oleh para ahli. Diduga uang dollar palsu diproduksi oleh organisasi bahkan negara-negara tertentu, dengan teknologi canggih. Tujuannya tentu merusak reputasi mata uang dollar.

Itulah alasannya kenapa denominasi mata uang dollar terbesar saat ini hanya USD 100. Padahal sebelumnya ada juga mata uang USD dalam denominasi besar yang digunakan sebagai alat pembayaran. Semakin besar denominasinya, maka semakin menguntungkan untuk dipalsukan.

Pada jaman perang Iran - Irak tahun 1980 - 1988, kedua negara juga saling mencetak mata uang palsu negara lainnya dengan tujuan merusak ekonomi lawan. Iran mencetak Dinar Irak palsu dan Irak mencetak Rial Iran palsu. Jelas pemalsuan ini melibatkan otoritas tertentu dan berlangsung secara sistematis. Masih banyak contoh kejadian pembuatan uang palsu di negara lain yang memiliki motif di luar ekonomi (baca: memperkaya diri).

Baca juga :