Jakarta, Gesuri.id - Setelah beberapa minggu di Oktober kita dikejutkan dengan gerakan politik (political movement) yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan anggota keluarganya, bahkan sampai para Pendekar Hukum, seperti Prof Dr Arief Hidayat, Prof Dr Saldi Isra.dan Para Budayawan Senior seperti Gus Mus, dan Gunawan Mohamad turun gunung menyatakan kekecewaan dan kesedihannya dengan situasi politik yang abnormal saat ini.
Hal ini terjadi bukan karena kita tidak setuju dengan digelarnya karpet merah untuk Sang Putra Presiden menjadi Cawapresnya Prabowo tapi lebih kepada etika, akal sehat dan moral politik yang ditabrak untuk melapangkan jalan tersebut.
Tentunya preseden buruk ini memukul mundur demokrasi yang menjadi cita-cita kita, khususnya para aktivis98 (saya juga terlibat menjadi pelaku dan saksi sejarah tersebut) yang berjibaku dalam proses gelombang arus reformasi karena sesungguhnya aktivis 98 berangkat dari gerakan moral.
Di penghujung jabatannya sebagai kepala negara kita berharap Pak Jokowi bisa meninggalkan warisan politik yang pantas di catat tentang konsistensi pilihan politik yang ideologis, namun apa lacur ternyata beliau terjebak dalam poltik berdasarkan sikap pragmatis.
Hari ini (7/11) sembilan puluh delapan hari lagi menuju Pemilu 14 Februari 2024, kita harus move on dari apa yang telah terjadi kemarin dan fokus memenangkan Ganjar-Mahfud.