Tanah Untuk Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Oleh: Fajar Ahmad Huseini, Kader PDI Perjuangan dan Ketua DPD Forum Nasional Bhinneka Tunggal Ika Sulawesi Selatan.
Kamis, 23 Januari 2025 17:42 WIB Jurnalis - Effatha Gloria V.G. Tamburian

Jakarta, Gesuri.id - Kisruh pemeran Bung Yos Suprapto yang viral baru-baru ini, karena lima lukisannya telah memicu polemik akibat kepanikan kekuasaan itu sendiri. Seperti biasa belakangan ini pangadilan nitizen melakukan ritualnya dengan mendakwa dan sekaligus menjatuhkan hukumannya kepada kemunafikan dan arogansi kekuasaan.

Menjadi penting untuk menatap kembali lima lukisan Bung Yos, karena bagi penulis itu gugatan serius atas rusaknya moral politik kekuasaan hari ini di negeri kita yang tercinta!. Tidak penting untuk berdebat tentang masalah teknis gagalnya penyelenggaraan pameran lukisan tersebut. Apakah itu bukan sensor kekuasaan atau hanya sekedar perbedaan perspektif dan kesepakatan antara sang seniman dengan kurator serta penanggung jawab pelaksana pameran tunggal tersebut, karena itu logika dangkal yang ibaratnya berputar seperti menelisik kisruh panitia tahunan penyelenggara agustusan di ruang lingkup RT atau RW di gang sempit.

Lukisan Bung Yos mengungkapkan di salah satu kanvasnya, bahwa jilat menjilat kepada pemilik kuasa adalah kebiasaan yang paling memalukan dan mencederai rasionalitas kita sebagai bangsa yang beradab. Sebagaimana mandat proses kekuasaan itu seharusnya dijalankan, berdasarkan amanah moral konstitusi. Sebenarnya kalau mau didiskusikan lebih jauh, lima lukisan Bung Yos tersebut adalah sebuah lecutan untuk menyadari bahwa politik kekuasaan di negeri kita hari ini faktanya dalam keadaan sangat tidak baik-baik saja.

Penulis sedikit banyak telah mengenal sang seniman Yos Suprapto dan ingin sedikit berbagi informasi tambahan tentang personal beliau, walaupun sudah pernah diulas dalam beberapa tulisan, salah satunya misalnya dari tulisan Dahlan Iskan.

Baca juga :