Denpasar, Gesuri.id - PDI Perjuangan Aceh mulai berbenah dan mengevaluasi kekalahan di Pileg maupun Pilpres 2019. Dibanding Pemilu 2014, perolehan suara partai berlambang banteng moncong putih di Pemilu 2019 mengalami penurunan suara, khususnya atas hilangnya 1 kursi DPR.
Namun capaian untuk DPRA, baru di Pemilu 2019, PDI Perjuangan bisa menempatkan 1 kadernya di sana. Dimana selama beberapa Pemilu, PDI Perjuangan tidak pernah mendapatkan kursi di DPRA.
Untuk mengetahui seperti apa evaluasi dan upaya untuk bangkit bergerak, berderap serempak, bergerak serentak yang akan dilakukan kepengurusan baru DPD PDI Perjuangan Aceh hasil Konferda tanggal 3 Agustus, atau Konferda paling terakhir dari pelaksanaan Konferda DPD PDI Perjuangan seluruh Indonesia, menjelang Pelaksanaan Kongres V PDI Perjuangan di Bali, Gesuri telah mewawancarai Ketua DPD PDI Perjuangan Aceh yang baru saja terpilih, Muslahuddin Daud di sela Kegiatan Kongres V, Jumat (9/8).
Provinsi Aceh selama ini dianggap sebagai daerah dengan medan yang sangat berat untuk PDI Perjuangan bisa merebut hati rakyat Aceh. Bagaimana strategi Anda sebagai Ketua DPD Aceh yang baru menghadapi itu?
Yang pertama kelemahan kita selama ini di PDI Perjuangan Aceh kan miskin struktur ya. Jadi artinya struktur partai yang sudah diset sedemikian rupa ini yang harus dipenuhi dulu. Dari orang-orang yang berkompeten di DPD, DPC, kemudian di PAC dan seterusnya. Ya ini yang harus dipenuhi dulu. Jadi tentu saja ketika proses pemenuhan orang-orangnya itu, kemudian harus dibarengi dengan program-program kegiatan. Karena selama ini ketika orang kita ajak untuk bergabung dengan PDI Perjuangan itu kan tidak mudah mereka mau. Artinya untuk cari seorang saja untuk jadi pengerus banyak yang menolak apa lagi nyaleg.