Jakarta, Gesuri.id - Harus dimasukkan ke dadamu, ke dalam hatimu, sebagai sumpah abadi hanya ketika melihat Indonesia yang ber-Pancasila ini telah mengalami kesejahteraan lahir dan batin.
Pesan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri ini kerap kali disampaikan agar seluruh kader mengambil peran masing-masing untuk mendermakan baktinya bagi negeri ini.
Setelah 77 tahun merdeka, kita patut bersyukur karena negeri ini selalu mampu melewati masa-masa sulit. Di tengah berbagai badai politik dan ekonomi, kita masih mampu melaluinya dengan baik. Di saat dunia menghadapi badai pandemi, kita termasuk salah satu negara yang banyak dipuji negara-negara lain karena mampu menanganinya dengan baik.
Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari Pancasila yang sudah terbukti menjadi ideologi dan falsafah dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila tidak hanya diucapkan, tetapi sudah menjadi laku kebudayaan dan perilaku warga. Pancasila menjadi working ideology. Yaitu, ideologi yang hidup dan menghidupkan solidaritas kebangsaan kita.
Baca: Mega: Gelorakan To Build The World A New di Presidensi G-20
Kita melihat dan merasakan, betapa gotong-royong sebagai praktik implementatif Pancasila, sebagaimana disampaikan Bung Karno dalam Pidato Pancasila 1 Juni 1945, telah mengakar dan mendarah-daging. Di tengah pandemi, kita melihat warga bergotong-royong saling bahu-membahu untuk membantu mereka yang terdampak.
Walhasil, Pancasila benar-benar anugerah Tuhan untuk negeri ini. Pancasila telah menjadi kemufakatan yang kokoh (mitsaqan ghalidhan) di antara berbagai elemen ormas, agama, keyakinan, dan suku, sehingga kita mampu menerjang badai dan ombak sebesar apapun.
Dalam konteks tersebut, refleksi 49 tahun usia PDI Perjuangan adalah momen untuk melanjutkan misi membumikan Pancasila. Partai ini terdepan menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang hidup dan bekerja untuk mewujudkan cita-cita para Pendiri Bangsa dalam melindungi segenap warga, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan mewujudkan perdamaian dunia.
Megawati Soekarnoputri dalam menahkodai PDI Perjuangan merupakan sosok yang konsisten dan tidak pernah lelah mengingatkan seluruh kadernya agar tegak lurus pada pikiran Bung Karno, bahwa Pancasila merupakan kekuatan utama negeri ini. Maknanya, selama Pancasila masih menjadi ideologi bersama, negeri ini akan selalu menemukan jalan terbaiknya. Sebab Pancasila merupakan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa bagi negeri ini.
Pada tahun 2015 lalu, saya mendampingi para ulama dari berbagai belahan negara, di antaranya Amerika Serikat, Eropa, Turki, Mesir, Libanon, Pakistan, dan Bangladesh. Mereka terkagum-kagum dengan toleransi dan ekspresi moderasi beragama di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim. Mereka bertanya kepada saya, "Apa yang membuat Indonesia mempunyai corak dan langgam keberagamaan seindah ini?"
Saya spontan menjawab, "Pendiri Bangsa ini, khususnya Bung Karno turut serta membangun keberislaman yang mampu memperkokoh solidaritas kebangsaan kita. Pancasila merupakan ideologi yang menuntun semua warga untuk mempunyai tujuan yang sama dalam menjadikan negeri ini adil, makmur, damai, dan sentosa."
Selain itu, bersama Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan berbagai ormas lainnya dari berbagai agama dan keyakinan, Bung Karno membangun kesadaran yang sama untuk terus memupuk persatuan dan persaudaraan. Sebab tanpa kesadaran tersebut, negeri ini pasti akan terseok-seok.
Apalagi pada era media sosial yang kerap mengaduk-aduk emosi, Pancasila masih hadir sebagai alarm yang sangat efektif dan efisien, bahwa kita adalah satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Bung Karno senantiasa mengingatkan kita, bahwa negeri ini satu untuk semua, semua untuk satu, dan semua untuk semua.
Tantangan nyata yang kita hadapi bersama, sesungguhnya bagaimana agar Pancasila benar-benar dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya mereka yang berada pada lapisan yang paling bawah. Buya Syafii Maarif selalu mengingatkan kepada kita semua bahwa kita belum maksimal membumikan Sila Kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahkan menurut Buya, Sila Kelima merupakan titik krusial yang harus mendapatkan perhatian bersama agar negeri ini benar-benar mampu memajukan kesejahteraan umum.
Para kiai Nahdlatul Ulama dalam Muktamar NU tahun 1984 mengingatkan kita semua, bahwa Pancasila merupakan asas tunggal dan Muhammadiyah menyatakan Pancasila sebagai piagam kesepakatan dan kesaksian (darul 'ahdi wa al-syahadah). Yang menjadi persoalan kita semua saat ini, bagaimana agar Pancasila benar-benar menjadi ideologi yang mampu memberikan arah bagi pembangunan nasional, sehingga mampu mengangkat harkat dan martabat seluruh warganya. Dan pada akhirnya, negeri ini berdaulat dalam politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam konteks tersebut, Megawati Soekarnoputri menjadikan PDI Perjuangan sebagai Partai Pelopor dalam membumikan Pancasila. Langkah yang dilakukan, yaitu membangun soliditas seluruh pilar partai dan memimpin langsung langkah-langkah strategis agar Pancasila betul-betul menjadi pijakan utama bagi lahirnya kebijakan-kebijakan publik.
Baca: Mega: Kerja Politik Terbaik, Paling Efektif Menangkan Pemilu
Langkah ini diapresiasi publik dengan kemenangan PDI Perjuangan dalam dua pemilu terakhir, dan berbagai survei juga menyatakan pada Pemilu 2024 yang akan datang diprediksi sebagai partai yang paling banyak mendapatkan dukungan dan kepercayaan publik. Kata kuncinya, sebagaimana pesan Bung Karno, bahwa menangis dan tertawa bersama rakyat merupakan komitmen yang harus selalu menyala pada sanubari setiap kader, sehingga kehadirannya di tengah-tengah rakyat semata-mata dalam rangka mewujudkan kemajuan, kejayaan, keadilan, dan kesejahteraan.
Sebagai kader PDI Perjuangan yang saat ini mendapatkan amanah dari Presiden Jokowi sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Tunisia, saya ingin membawa Pancasila ke panggung dunia internasional, khususnya di kawasan Timur-Tengah. Saatnya Pancasila menginspirasi dunia, karena Pancasila sudah terbukti mempersatukan kita sebagai negara-bangsa. Pancasila perlu ditawarkan kepada negara-negara lain untuk mewujudkan perdamaian dunia. Sebab tanpa perdamaian, dunia akan terus dihiasi konflik dan perang. Kita harus berjuang untuk menyuarakan pentingnya gotong-royong dalam konteks global.
Peta geopolitik saat ini sangat karut-marut, diperlukan ideologi dan pijakan bersama agar dunia kembali kepada khittah-nya untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan di bawah pancaran sinar ilahi. Saatnya Pancasila dijadikan sebagai instrumen dan infrastruktur diplomasi kita ke dunia internasional, sehingga kita dapat menghidupkan kembali legasi Bung Karno di masa lampau yang menawarkan kepada dunia agar Pancasila dijadikan sebagai ideologi alternatif bagi dunia.