Ikuti Kami

Dibalik Hikmah Nikmatnya Ketupat Lebaran

Oleh: Faozan Amar, Ketua DPP Bamusi PDI Perjuangan, Direktur Eksekutif Al Wasath Institute.

Dibalik Hikmah Nikmatnya Ketupat Lebaran
Faozan Amar, Ketua DPP Bamusi PDI Perjuangan, Direktur Eksekutif Al Wasath Institute. (@faozanamar)

Jakarta, Gesuri.id - Hari ini ratusan juta kaum muslimin merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriah. Di berbagai penjuru dunia setiap 1 Syawal setiap tahun umat Islam mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, dan pengakuan selaku hamba terhadap keesaan Allah serta pernyataan untuk selalu taat kepada-Nya.

Semua itu sebagai wujud kemenangan setelah selama satu bulan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Idul Fitri sebagai puncak dari pelaksanaan ibadah puasa memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban melaksanakan ibadah puasa itu sendiri, yakni supaya kamu menjadi orang yang bertakwa (QS. Al Baqarah 183).

Secara bahasa, Idul Fitri berarti hari raya Kesucian atau juga berarti hari raya kemenangan, yakni kemenangan mendapatkan kembali mencapai kesucian, fitri yang sejati. Adapun kata ‘id dalam bahasa Arab diambil dari akar kata ‘ain-wa-da, yang memiliki banyak arti, di antaranya sesuatu yang berulang-ulang. Kata ‘id juga berarti kebiasaan dari kata ‘adah. Dan kata ‘id juga memiliki arti kembali, kembali ke asal dari kata ‘audah.

Dari pengertian yang terakhir, Idul Fitri atau kembali ke asal adalah pengertian yang sangat relevan dengan makna yang akan dicapai dalam pelaksanaan ibadah puasa. Ibadah puasa merupakan sarana penyucian diri,tentu saja apabila dijalankan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan serta disadarinya tujuan puasa itu sendiri, yakni sense of objective (memiliki rasa ketakwaan).

Hal ini sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW yang berkaitan dengan asal kejadian manusia; “Setiap anak yang lahir adalah dalam kesucian”. Penegasan yang berkenaan dengan kesucian bayi yang baru lahir juga dinyatakan dalam sebuah hadis lain yang mengatakan bahwa seorang bayi apabila meninggal, maka akan dijamin masuk surga.

Dalam tradisi masyarakat Indonesia, salah satu makanan yang disajikan pada saat lebaran Idul Fitri adalah ketupat. Menurut Wikipedia, ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara Maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa (janur) yang masih muda. Dan biasanya, ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa.

Beberapa jenis makanan yang menggunakan ketupat, antara lain kupat tahu (Sunda), grabag (Magelang), kupat glabed (Tegal), coto makassar (dari Makassar, ketupat dinamakan katupa), lotek, serta gado-gado (Betawi) yang dihidangkan dengan ketupat atau lontong. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai sate, meskipun lontong lebih umum.

Pada saat Idul Fitri, ketupat tidak hanya menjadi sajian menu khas, tetapi juga memiliki makna yang dalam. Makna tersebut tidak hanya dari segi ajaran agama, tetapi tradisi budaya yang menyertainya. Tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa, yakni dari kata ku maknanya ngaku (mengakui) dan pat yang berarti lepat (kesalahan).

Jadi kupat makna harfiahnya adalah mengakui atas kesalahan yang telah diperbuatnya. Makna kupat tersebut, digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam menyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa, yang pada waktu itu masih banyak yang meyakini kesakralan kupat. Salah satu bentuk kesakralan itu adalah ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat (barang siji kudu dirumat),yang memiliki kesaktian, sehingga harus dirawat dan dijaga, agar kesaktiannya itu tetap lestari.

Karena itu, ada masyarakat yang memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari (Jawa; sepasar) sesudahnya. Bahkan, ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat di hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat (lebaran kupat). Proses asimilasi budaya dan keyakinan yang telah berproses panjang ini, akhirnya mampu menggeser kesakralan kupat menjadi sebuah tradisi islami.

Dalam tradisi tersebut, ketupat menjadi makanan yang selalu ada saat umat Islam merayakan Lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan. Tak hanya itu, cara membelah ketupat juga memiliki makna tersendiri. Biasanya ketupat dibelah menjadi empat, yang makna adalah:

Pertama laburan, yakni dalam rangka menyambut lebaran Idul Fitri, rumah-rumah itu dilabur, dibersihkan dan dicat ulang, sehingga kotoran itu hilang dan rumah akan tampak seperti baru.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan atas datangnya hari kemenangan setelah sebulan berpuasa, juga dihapus dosa dan kesalahan dengan membuka lembaran baru, yang lebih bersih.

Kedua, luberan. Yaitu segala jenis makanan tersedia sampai meluber melebihi kapasitas tempatnya, biasanya tempat makanan itu bernama stoples.

Begitu juga jalanan menjadi ramai bahkan macet sehingga kendaraan meluber sampai ke jalan-jalan desa, walaupun untuk lebaran tahun lebih sepi karena pandemi Covid-19. Semua itu disajikan untuk menghormati para tamu, baik tetangga, teman maupun saudara, yang datang ke rumah untuk saling bermaaf-maafan.

Ketiga adalah lebaran, yakni dibukanya pintu maaf lebar-lebar. Itu tidak hanya berlaku untuk yang berbuat salah tetapi juga kepada orang yang telah dizalimi.

Secara fisik, hal ini ditandai dengan dibukanya pintu rumah lebar-lebar pada saat Idul Fitri, untuk menerima tamu yang mengunjunginya. Keceriaan dan senyum lebar penuh kegembiraan selalu mewarnai perayaan lebaran sambil saling bermaafan. Dan

Keempat adalah leburan. Maknanya adalah dileburnya dosa-dosa sesama manusia sebab saling memaafkan satu sama lain. Karena itu, menjadi wajar orang rela mudik menempuh perjalanan jauh dengan taruhan nyawa.

Semua itu dilakukan tidak lain adalah sebagai upaya untuk melebur segala dosa dan kesalahan, terutama kepada orang tua dan sanak saudara di kampung halaman, agar pada saat Idul Fitri betul-betul kembali kepada kesucian sejati, seperti sucinya bayi yang baru dilahirkan.

Mari kita nikmati lezatnya ketupat lebaran, sambil kita hayati makna simbolis dan nilai-nilai ajaran agama, sosial dan budaya yang terkandung di dalamnya. Sehingga kita dapat merasakan dahsyatnya ketupat lebaran. Selamat menikmati ketupat lebaran. Mohon maaf lahir dan batin Wallahua’lam. Disadur dari @faozanamar.

Quote