Ikuti Kami

Dibalik Revitalisasi Kebun Raya 

BRIN merevitalisasi kembali sumber-sumber daya penelitian dan riset di pusat-pusat laboratorium baik laboratorium ruang ataupun alam.

Dibalik Revitalisasi Kebun Raya 
Ilustrasi. Kebun Raya Bogor. (Antara)

Jakarta, Gesuri.id - Hari ini (13/10) Presiden Jokowi melantik Megawati Sukarnoputeri sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), BRIN adalah lembaga payung yang mengintegrasikan seluruh aspek riset dan kreativitas inovasi dalam berbagai bidang yang kemudian diarahkan sesuai dengan tujuan-tujuan nasional.

Salah satu faktor penting BRIN menyambungkan kekuatan riset dan inovasi yang berkembang di masyarakat dengan fasilitas negara sehingga menguntungkan dan mempunyai dampak baik pengembangan ilmu pengetahuan, sumber daya ekonomis sampai pencerahan budaya.

Selain itu BRIN merevitalisasi kembali sumber-sumber daya penelitian dan riset di pusat-pusat laboratorium baik laboratorium ruang ataupun laboratorium alam yang selama ini mati suri kemudian dihidupkan kembali dan dapat berguna di masyarakat luas.

Salah satu langkah agenda kerja BRIN adalah “menghidupkan kembali” Kebun Raya sebagai pusat penelitian dan pengembangan riset serta menggairahkan kembali Kebun Raya sebagai destinasi wisata dan pusat rekreasi masyarakat luas. Selama ini berbagai Kebun Raya dibiarkan mati suri keberadaannya dianggap ada dan tiada seiring dengan ketidakpedulian negara terhadap pengembangan riset dan penelitian tumbuh-tumbuhan.

Selama Orde Baru dan periode sebelum Jokowi negara lebih mementingkan pengembangan industri siap pakai dibandingkan riset murni, barulah pada pemerintahan Presiden Jokowi kepedulian terhadap pengembangan riset dihidupkan kembali lewat BRIN. Kebun Raya diarahkan jadi pusat pengembangan tanaman-tanaman langka sekaligus mendekatkan diri ke masyarakat sebagai pusat destinasi wisata.

Sebelum renovasi yang dilakukan BRIN manajemen Kebun Raya sangat berantakan, kondisi kebun tak terawat, pusat penelitian tidak berjalan sebagaimana mestinya, bahkan uang tiket tidak bisa dipertanggungjawabkan dan banyak pungli terjadi terhadap aliran kas kebun raya sehingga kondisi kebun raya sangat memprihatinkan.

BRIN membenahi manajemen kebun raya satu persatu dari beberapa kebun raya di Indonesia diserahkan pengelolaannya kepada swasta dan dilakukan dengan profesional, pembenahan perawatan tata kelola tanaman dilakukan, lansekap kebun raya diatur kembali dan juga menyediakan ruang di dalam area kebun raya sebagai pusat hiburan rakyat.

Kebun Raya sesungguhnya bukan hutan lindung tapi hutan buatan yang salah satu tujuan utamanya menjaga tumbuh-tumbuhan langka juga menjadi “pusat pengetahuan masyarakat” itulah kenapa kebun raya harus dekat kepada masyarakat karena mengenalkan tanaman-tanaman langka dan siklus kehidupannya kepada masyarakat luas juga menjadi pengetahuan atas pengembangan tanaman itu. 

Dari empat kebun raya yang pengelolaannya diambil alih swasta atas supervisi BRIN yaitu Kebun Raya Bogor , Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi Jawa Timur, Kebun Raya Bedugul Bali maka Kebun Raya Bogor menjadi proyek pencontohan revitalisasi kebun raya.

Langkah pertama pembenahan Kebun Raya Bogor adalah restrukturisasi manajemen, pengelolaan dilakukan secara profesional, struktur organisasi jelas , ketertiban dan pelayanan terhadap pengunjung kebun raya memenuhi standar profesional layanan wisata kelas dunia dan situs-situs tanaman dibuatkan digitalisasinya sehingga masyarakat memperoleh pengetahuan rinci terhadap situs tanaman tersebut.

Langkah Kedua, menjadikan Kebun Raya Pusat Destinasi wisata dalam konteks kebun raya Bogor maka yang didapat adalah potensi wisata yang tinggi. Kebun Raya Bogor berpotensi menjadi Kebun Raya kelas dunia seperti Kebun Raya “The Lost Gardens of Heligan” di Cornwall Inggris atau Kebun Raya Hortus Botanicus Leiden yang menjadi Kebun Raya contoh bagi Kebun Raya Bogor. 

Edukasi wisata menjadi titik penting pengembangan kebun raya. Setelah dilakukan penataan lansekap kebun raya dan pembenahan situs-situs kebun raya oleh manajemen baru maka dilakukan terobosan dengan mengembangkan wisata malam bernama “GLOW”.

Banyak isu yang beredar bahwa wisata malam di Kebun Raya Bogor jadi tempat dugem dan akan merusak habitat tanaman kebun raya. Padahal konten dari wisata malam di Kebun Raya sepenuhnya edukasi dan tidak ada unsur urakannya. Wisata Malam bahkan diarahkan sebagai wisata keluarga dan komunitas sekaligus memperhatikan habitat tanaman di waktu malam. Ini menjadi konten wisata yang menarik bagi anak-anak muda yang sangat memperhatikan komunikasi di media sosial karena situs yang ditawarkan pengelola “Instragramable” dipenuhi lampu-lampu taman yang menarik.

Lokasi wisata malam yang ditawarkan hanya mencakup 5% dari luasan total kebun raya. Dan lokasi yang ada dalam cakupan itu  tanam-tanaman kering yang berasal dari Amerika Selatan dan dekat dengan jalan raya jadi sudah beradaptasi dengan lampu-lampu jalan raya, jadi isu soal rusaknya habitatnya tanaman karena lampu taman bisa dimentahkan.

Di berbagai belahan dunia Kebun Raya-Kebun Raya kelas dunia juga mengadakan wisata malam seperti Johnsonville Night Light In The Garden di Naples Botanical Garden, Night Blooms di Huntsville Botanical Garden dan Botanica Luminadi Adeilade Botanic Garden. Jadi pengembangan wisata malam GLOW di Kebun Raya Bogor adalah adaptasi dari Kebun-Kebun Raya dunia. 

Pembenahan BRIN atas kebun raya Bogor layak diacungi jempol karena pengunjung bisa melihat perbedaan antara Kebun Raya Bogor yang dulu dengan Kebun Raya yang  sekarang. Bila dulu toilet saja harus bayar dan kondisinya jorok sekali sekarang gratis dan sangat rapi.

Lansekap tanaman dibenahi sesuai klasifikasinya sehingga kesan Kebun Raya yang dulu hanya seperti semak-semak tak terawat kini menjadi Taman Kota yang indah. Pembenahan atas Kebun Raya Bogor menjadi etalase bagi BRIN  membenahi tiga kebun raya lainnya di Cibodas Jawa Barat, Purwodadi Jawa Timur dan di Bedugul Bali. 

Setelah berhasil dalam menghidupkan Kebun Raya Bogor sebagai Pusat Wisata maka langkah selanjutnya bagi BRIN adalah pengembangan riset tanaman-tanaman langka Nusantara dan menemukan cara memperbanyaknya sehingga menjadi komoditi nasional.

Di Belanda satu bunga bisa menjadi sumber pendapatan nasional yaitu : “Bunga Tulip” sementara di Indonesia ribuan spesies tanaman langka dunia yang diburu mahal oleh kolektor dunia internasional. Apalagi sekarang berkembang industri tanaman hias tropis yang diperjual belikan secara internasional dengan memanfaatkan media sosial.

Disini seharunya BRIN peka dan menjadikan Kebun Raya sebagai mesin pendorong riset tanaman-tanaman yang berpotensi menjadi komoditas. Kebun Raya-Kebun baru harus dibangun per Kabupaten sementara Kebun Raya yang sudah ada dibenahi manajemennya dengan mencontoh restrukturisasi yang sudah dilakukan BRIN terhadap Kebun Raya Bogor sehingga setiap Kebun Raya di Provinsi menjadi Pusat Pengembangan tanaman nasional. 

Indonesia sangat ketinggalan sekali terhadap industri tanaman hias bayangkan anggrek-anggrek asli Nusantara malah dikembangkan di Thailand. Ketersediaan anggrek nasional mayoritas berasal dari Thailand dan Taiwan sementara anggrek-anggrek langka banyak dibawa ke Inggris dan dikembangkan disana. Nilai komoditas tanaman kita sangat rendah padahal itu bisa jadi sumber devisa yang tinggi. Dengan kehadiran Kebun Raya yang sudah direvitalisasi oleh BRIN diharapkan kaum muda bisa tertarik dalam mengembangkan tanaman hias untuk dijadikan industri yang mempunyai pasar internasional yang luas. 

Keberhasilan BRIN membenahi Kebun Raya Bogor adalah modal utama BRIN menjadi payung bagi revitalisasi pusat-pusat riset nasional seperti Pusat Riset Luar Angkasa, Pusat Riset Kelautan dan Pusat Riset Biologi. Pusat pengembangan riset luar angkasa sebenarnya sudah dilakukan di masa Presiden Sukarno namun pengembangannya terhenti kita akan menyaksikan apakah BRIN berhasil merevitalisasi dan membuat terobosan ketertarikan anak muda atas riset luar angkasa dengan merestrukturisasi LAPAN seperti hal-nya langkah BRIN menghidupkan kembali Kebun Raya Bogor.

Quote