"Entah bagaimana persatuan itu, entah bagaimana persatuan itu, Akan tetapi kapal yang membawa kita ke Indonesia Merdeka itulah Kapal Persatuan Adanya"(Bung Karno)
Tepat hari ini 23 Maret 2021, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) merayakan Dies Natalis yang ke-67. Perjalanan panjang selama lebih dari 6 dekade, GMNI menjadi satu-satunya organisasi pemuda/mahasiswa yang mencerminkan marhaenisme Bung Karno, GMNI juga telah menjadi kawah candradimuka yang melahirkan begitu banyak pemimpin bangsa.
Berbicara soal GMNI, tidak bisa terlepas dari pemuda. Bung Karno berkata ”Beri aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia” dari kalimat ini Bung Karno menegaskan betapa pentingnya peranan pemuda dalam kemajuan bangsa dan negara. Kualitas pemuda ikut menjadi tolak ukur baik atau buruknya sebuah negara. Karakter yang kuat harus ditanamkan kepada generasi muda untuk terus menjaga harkat dan martabat bangsa, agar nantinya memiliki semangat nasionalisme, berjiwa saing, memiliki skill pengetahuan serta teknologi untuk bersaing dalam skala global karena pemuda adalah agent of change dan agent of social control yang diharapkan berguna untuk masyarakat.
Apapun tema dan tagline yang diangkat dalam momentum Dies Natalis ke-67 ini, hendaknya seluruh kader marhaenis menjadikan momentum ini untuk memahami betapa pentingnya menguatkan pemahaman ideologi marhaenisme sebagai dasar perjuangan dalam pergerakan GMNI, saat ini ada banyak sekali pihak yang ingin merusak dan mengganggu GMNI yang dianggap mengancam eksistensi kaum neoliberal di negara ini. Sejarah pergerakan GMNI juga tidak dapat dilepaskan dari perjuangan melawan orde baru. GMNI yang dianggap sebagai organisasi terlarang pada masa itu oleh pemerintah selalu diawasi setiap kegiatannya.
Hingga kini GMNI telah dikenal menjadi organisasi pergerakan pemuda intelektual yang memberikan kontribusi untuk menjaga keutuhan NKRI dan menyelamatkan generasi muda dari berbagai persoalan. Setahun setelah pandemi global terjadi, telah dilakukan banyak perubahan besar dalam berbagai aspek kegiatan yang mendorong berlangsungnya revolusi industri 4.0
GMNI sebagai kawah candradimuka pemuda intelektual harus membangun semangat ”intelectual movement” sebagai gerakan untuk menciptakan dan mengedepankan ilmu pengetahuan sebagai sumber daya pengetahuan termasuk sumber daya politik. Sekali lagi, Dies Natalis ini harus menjadi momentum untuk evaluasi terhadap 67 tahun perjuangan GMNI.
Evaluasi internal yang tidak kalah penting juga, adalah soal dinamika kepengurusan di tingkat pusat yang terjadi beberapa waktu yang lalu, terjadi dualisme kepemimpinan di DPP GMNI. Peristiwa ini butuh kearifan dan kebijaksanaan dari segenap pihak, baik kader GMNI maupun pihak alumni untuk menjembatani agar konflik dualisme ini tidak berlarut segera diakhiri.
Dies Natalis kali ini harus dimaknai sebagai momen untuk evaluasi serta rekonsiliasi untuk merekonstruksi keretakan di internal GMNI. Jangan sampai terjebak oleh kepentingan kelompok tertentu. Seluruh kader dan persatuan alumni harus bergerak bersama-sama menciptakan komunikasi dan pendekatan persuasif sehingga tercipta musyawarah untuk mufakat. Sebagaimana Bung Karno yang sangat gandrung dengan persatuan dan kesatuan, mengumpamakan bangsa Indonesia sebagai sapu lidi, yang terdiri dari beratus-ratus lidi. Jika tidak diikat, maka lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan.
”Tetapi jikalau lidi-lidi itu digabungkan, diikat menjadi sapu, mana ada manusia bisa mematahkan sapu lidi yang sudah terikat, tidak ada saudara-saudara!”
Sejarah panjang GMNI tentu memiliki fase masalah yang berbeda-beda sesuai perkembangan zamannya, namun semakin dewasa umur GMNI tentu harus dibarengi dengan kedewasaan berorganisasi. Saya berharap GMNI masa kini tidak terlalu banyak menghabiskan energi untuk bertempur di internal, tetapi kemudian sangat lemah bertarung di luar. Sehingga kita hampir tidak pernah jadi pemenang pada pertarungan lintas organisasi di eksternal. GMNI lahir atas peleburan dari tiga organisasi besar kemahasiswaan di Indonesia yang memiliki kesamaan azas marhaenisme sebagai azas yang lahir dari pemikiran Bung Karno. Sehingga GMNI harus terus kuat dari internal hingga ke eksternal untuk terus siap hadir menjaga nasionalisme dan keutuhan bangsa, serta yang paling penting merekatkan terus persatuan bangsa diatas segala perbedaan. Bhinneka Tunggal Ika.
Keberadaan GMNI harus terus menjadi “Rumah Besar Kaum Nasionalis”, tempat dimana seluruh elemen masyarakat yang cinta terhadap NKRI dan setia kepada Pancasila. Dimana pada tahun belakangan ini, fenomena politik identitas semakin menguat dan memicu konflik besar-besaran. Tantangan akan selalu ada dan tidak akan pernah berakhir, seperti yang diungkapkan oleh Bung Karno "Revolusi Belum Selesai." Ungkapan ini harus selalu dijadikan dorongan semangat bagi insan nasionalis-marhaenis agar terus menjadi pemantik semangat perjuangan persatuan Indonesia. GMNI harus mampu menjadi wadah mahasiswa dan pemuda Indonesia dalam berpartisipasi untuk meningkatkan harkat martabat bangsa sebagai bangsa yang merdeka, sebagaimana diungkapkan dalam konsep Trisakti Bung Karno, Indonesia harus mampu berdikari di bidang ekonomi, berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian di bidang budaya.
Semoga di Tahun 2021 ini kader-kader GMNI semakin gandrung dengan semangat persatuan dan kesatuan nasional, sebagaimana guru besar kita Bung Karno mengajarkan.
Selamat Dies Natalis GMNI Ke-67
GMNI Jaya!
Marhaen Menang!
Merdeka!
Kontributor: Amilan Hatta.