Jakarta, Gesuri.id - Eri Cahyadi dan Armuji memutuskan tampil di panggung debat perdana Pemilihan Wali Kota Surabaya di Dyandra Convention Center, Rabu (16/10/2024) malam, dengan mengenakan kemeja flanel bercorak garis kombinasi merah, hijau, krem, dan biru. Mereka terlihat lebih segar. Debat disiarkan langsung oleh sejumlah stasiun televisi.
Kontestasi Pilkada tentu saja bukan hanya soal pemilihan di bilik suara. Ini juga soal bagaimana meyakinkan publik bahwa mereka memang opsi satu-satunya yang paling rasional untuk memimpin Surabaya.
Maka bukan hanya penjelasan verbal dan janji-janji yang terucap yang dibutuhkan. Lebih dari itu, pesan harus disampaikan, dan pakaian adalah medium yang tepat untuk itu. Muccia Prada, desainer mode asal Italia, menyebut fesyen sebagai instrumen pengiriman pesan kita ke dunia secara cepat.
Baca: Ganjar Sebut Bakal Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran
“What you wear is how you present yourself to the world, especially today, when human contacts are so quick. Fashion is instant language,” kata desainer mode yang masuk jajaran 100 perempuan paling berpengaruh di dunia tersebut.
Maria Grazia Chiuri, desainer perempuan pertama untuk rumah mode Christian Dior, juga meyakini fungsi pakaian mengirimkn pesan yang menjangkau generasi baru. "I think fashion can do a lot. Fashion is very popular, so it can help broadcast a message and reach a new generation," katanya.
Dengan memilih kemeja flannel, Eri-Armuji tak hanya tampil penuh gaya, tapi juga menyampaikan pesan tak terucap tentang kekuatan kelas pekerja di Surabaya. Kelas pekerja adalah ruh kota ini, yang bergerak dan berdenyut menjadi jantung kehidupan sosial masyarakat. Pabrik. Toko. Mall. Pelabuhan. Stasiun. Terminal. Ruko. Pasar. Bahkan jalanan. Semua tempat di Surabaya menjadi tempat tumbuh dan bergantungnya asa para pekerja. Dalam debat, Eri Cahyadi menyebut harapannya menjadikan Surabaya sebagai kota yang penuh peluang, tempat orang-orang mewujudkan asa dan cita-cita.
Pesan dalam kemeja yang dikenakan Eri-Armuji ini tak lepas dari sejarah flanel yang mulai diperkenalkan sebagai seragam pekerja di Amerika Serikat pada medio 1889 oleh pengusaha Amerika Hamilton Carhartt—tokoh ini membuka workshop pertamanya yang memproduksi workwear di Detroit, Michigan, sebuah kota industri dan pelabuhan yang sangat sibuk. Pada mulanya flanel dikenakan untuk alasan kepraktisan: simpel, hangat, terjangkau. Tapi kini flanel telah menjadi tren dan menjangkau generasi muda, termasuk di Indonesia.
Seorang kawan pernah bercerita soal organisasi pecinta alam semasa sekolah menengah atas yang diikutinya menjadikan flanel sebagai seragam. Seragam ini menemani mereka naik turun gunung di sekujur Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara. Maka flanel menjadi simbol bagi gairah, semangat petualangan, dan kemampuan beradaptasi di semua keadaan.
“Style is a way of saying who you are without having to speak,” kata Rachel Zoe Rosenzweig, seorang desainer Amerika Serikat.
Dan flanel yang dikenakan Eri-Armuji malam itu adalah cara untuk mengatakan bahwa mereka adalah bagian dari kelas pekerja tanpa harus mengucapkannya. Ini sekaligus menunjukkan bagaimana posisi politik mereka dan bagaimana kebijakan mereka kelak akan sangat berpihak kepada kelas pekerja. “It is about displaying who you are and what you stand for; clothing is a great display tool to do so,” kata Esther van Brakel dalam esainya Fashion is a Message.
Baca: Lima Kelebihan Gubernur Ganjar Pranowo
Dan benar adanya: pada debat tadi malam, Eri-Armuji membeber dengan jernih dan bertabur data tentang apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan untuk warga kota yang dikenal punya etos kerja tinggi. Ada skema meningkatkan pendapatan dengan beragam program padat karya, mengurangi beban pendapatan lewat pendidikan-kesehatan gratis, dan mengurangi kantong-kantong kemiskinan lewat dukungan perbaikan fasilitas serta layanan dasar di kampung-kampung.
Yang juga sangat impresif, Eri-Armuji memaparkan skema tentang perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan yang bakal diperluas dari pelayan publik yang telah ditanggung Pemkot Surabaya (kader Kesehatan, RT/RW, LPMK, penjaga makam, dan sebagainya), ke depan bisa menjangkau pekerja rentan, termasuk sektor UMKM yang sebagian masih dikategorikan sebagai sektor informal. Eri-Armuji tak ingin pekerja rentan kesulitan mengakses pemulihan kesehatan bila terjadi kecelakaan kerja. Eri menyampaikannya diiringi doa tulus: naudzubillahimindzalik, kami berlindung kepada Allah dari hal itu (merujuk ke keburukan).
Eri-Armuji meneguhkan komitmen dan iktikad politiknya dalam perjalanan pemilihan umum ini dengan sebuah pesan: tak akan ada yang ditinggalkan. Kemeja flanel mengirimkan pesan kuat itu: kerja yang telah dan akan dilakukan untuk rakyat kota kita. Kelas pekerja bersatu, maju bersama, dan tak bisa dikalahkan.