Jakarta, Gesuri.id - Apa prestasi Capres Ganjar Pranowo yang sering dipertanyakan bak sebuah narasi yang selalu dibangun guna menjatuhkan harkat serta martabat Ganjar selama terjun dalam dunia perpolitikan Indonesia. Hal seperti itu memang acap terjadi, terlebih mengingat semakin dekatnya Pemilu serta telah diusungnya Ganjar sebagai bakal calon presiden 2024.
Tak bisa dipungkiri lagi, sudah pasti kedepannya akan semakin banyak isu-isu miring yang santer bertebaran. Alhasil, munculah berbagai fitnah yang akan terus dimainkan oleh oknum-oknum nakal, kemudian berakhir pada timbulnya penggiringan opini publik terkait sosok yang digosipkan.
Terlepas dari itu semua, namun benarkah jika Ganjar memang tak memiliki prestasi seperti yang dikatakan para haters?
Barangkali statement serampangan semacam itu hanya diakui oleh mereka yang menutup mata dan tak mau melihat betapa kaya-nya gagasan serta prestasi yang telah Ganjar torehkan selama menjabat sebagai gubernur.
Bisa jadi, oknum-oknum pembenci Ganjar merasa malu untuk mengakui kehebatan dari rivalnya. Untuk menutupi kemunafikannya, mereka selalu menggelontorkan hal-hal yang berbau FITNAH.
Mengapa dibilang fitnah? Ya, karena mereka tak menyertakan bukti-bukti otentik yang kiranya bisa dipertanggung jawabkan. Biasanya, mereka hanya mengandalkan omong kosong belaka demi menjatuhkan derajat musuhnya.
Perlu ku tegaskan, tentang beberapa prestasi yang telah Ganjar gaungkan demi kesejahteraan warganya. Saking banyaknya prestasi yang Ganjar goreskan pada wilayah Jateng, tak semuanya dapat ku ulas dalam satu cerita. Mungkin teman-teman sekalian bisa googling, sehingga akan leluasa dan lebih mendalam kala menyimak capaian-capaian dari Ganjar.
Program pertama yang akan aku kulik adalah masalah stunting, yang menjadi momok paling mengerikan teruntuk orang tua. Stunting merupakan persoalan serius yang memerlukan penanganan cepat nan akurat. Demi mengatasi polemik tersebut, Ganjar sebagai seorang Kepala Daerah di wilayah Jateng pun langsung turun gelanggang.
Berbagai program dalam penanganan stunting pun telah diluncurkan Ganjar. Seperti 5NG (Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng) yang digagas sejak tahun 2016 silam. Hasilnya, dalam kurun waktu selama empat tahun, angka stunting di wilayah Jateng berhasil turun sebesar 51%.
Berkat keberhasilannya dalam menurunkan angka stunting, membuat Ganjar mendapatkan apresiasi langsung dari Kepala BKKBN RI. Bahkan, program Ganjar ini dapat menjadi sumber rujukan bagi daerah lain dalam upaya penanganan stunting.
Tak sekedar mengatasi masalah stunting, Ganjar pun juga sangat peduli akan kenyamanan tempat tinggal warganya. Untuk itulah, ia kembali mencetuskan program yang kiranya dapat membantu masyarakat. Seperti program "Tuku Lemah, Oleh Omah," yang telah bergulir sejak tahun 2020 lalu.
Sebuah program guna mewujudkan mimpi serta harapan masyarakat untuk memiliki rumah sendiri.
Dari tahun 2020, tercatat sebanyak 200 unit rumah sudah berdiri kokoh, tahun 2021 sebanyak 186 unit, serta tahun 2022 sebanyak 253 unit. Di tahun 2023 ini, Ganjar terus menggenjot pembangunan dengan menargetkan terbangunnya 615 rumah.
Secara sederhana, program ini mempersilahkan masyarakat membeli tanah, selanjutnya Pemprov Jateng yang membangunkan rumah. Harga tanah kan mahal? Bagaimana rakyat miskin mampu membeli tanah? Tunggu, Ganjar sudah memikirkannya.
Agar bisa membeli tanah, masyarakat miskin penerima manfaat dibantu mendapatkan akses kredit lunak dari bank. Jangka waktunya 15 tahun sehingga angsuran bulanannya bisa murah. Adil bukan?
Nah, bukankah program seperti ini lebih banyak membawa kemaslahatan bagi banyak orang. Dari pada membangun tugu bambu yang hanya bertahan selama 11 bulan saja, kira-kira lebih bermanfaat mana?
Terakhir, program yang akan ku ulas yakni perihal visi Ganjar memutus rantai kemiskinan lewat pendidikan. Suhunya Jateng ini telah merealisasikan gagasannya dengan terbangunnya SMK Negeri Jateng, sebuah program yang di inisiasi oleh Ganjar sejak tahun 2014 silam. Pasalnya, saat ini sudah berdiri tiga bangunan sekolah berkonsep full boarding dibeberapa kota, yakni SMK Negeri Jawa Tengah kampus Semarang, Pati serta Purbalingga.
Apakah hanya sekedar sekolah full boarding saja yang digagas Ganjar? Tentu tidak, justru gubernur cakap ini juga telah mempersiapkan sekolah semi boarding yang sudah tersebar di beberapa wilayah di Jawa Tengah.
Lima belas sekolah semi boarding telah berdiri kokoh dibeberapa kabupaten/kota se-Jateng. Oh ya, sekolah hasil besutan Ganjar ini diperuntukkan bagi siswa miskin yang tak sanggup membayar biaya pendidikan.
Baik sekolah full boarding maupun semi boarding, keduanya sama-sama memberikan fasilitas pendidikan yang memadai. Mulai dari asrama, asupan makanan, seragam serta biaya tetek bengek lainnya pun digratiskan.
Dan tentunya, kehadiran sekolah ini menjadi langkah awal bagi Jawa Tengah dalam menyusutkan angka kemiskinan melalui pendidikan gratis.
Namun apakah basis sekolah ini menganut sistem zonasi seperti sekolah negeri pada umumnya?
Jawabannya TIDAK. Sekolah ini tak terikat dengan aturan zonasi. Bagi mereka yang yang memiliki tekad kuat untuk belajar, bisa mendaftarkan diri serta memilih jurusan sesuai bidang minat.
Sepanjang tahun 2017 hingga 2023, SMK N Jateng telah berhasil meluluskan 1.837 siswa berprestasi. 80% diantaranya, kini telah terserap didunia kerja. Bahkan, para siswa ini banyak diterima bekerja diperusahaan-perusahaan bonafid, baik didalam negeri maupun mancanegara.
Nah, itulah beberapa gagasan yang telah Ganjar realisasikan, bukan sekedar omongan yang hanya menggantung dibibir semata.
Sejatinya pemimpin yang benar-benar bisa memimpin, tak perlu banyak basa-basi dan hanya mengandalkan ilmu retorika saja. Tapi perlu juga dengan menyuguhkan hasil nyata yang tentunya bisa dimanfaatkan oleh warganya.
Jadi, akankah mereka para oknum yang gemar menafikan kinerja Ganjar masih tetap getol dalam menghinanya? Jawabannya sudah pasti, sebab itulah tugas mereka, yakni menyebar ujaran kebencian.
Orang-orang semacam itu akan tetap ada sepanjang masa. Jadi, tinggal bagaimana cara kita pandai dalam memilah-milah antara mana yang benar dan mana yang salah. (Sumber)