Jakarta, Gesuri.id - Kemenangan PDI Perjuangan di pilkada serentak di lima daerah di Sulawesi Utara (Sulut) tahun 2018 ini mencerminkan gaya politik modern dan buah dari solidnya mesin partai. Kemenangan PDI Perjuangan itu menjadi bukti bahwa kekuatan parpol masih diperhitungkan.
Demikian diungkapkan Pengamat Politik Taufik Tumbelaka, Kamis (28/6). "PDI Perjuangan memakai cara terkini yakni penggunaan jasa lembaga survei nasional," ujarnya.
Baca: Tak 'Nebeng', PDI Perjuangan Sangat Konsisten Usung Kadernya
Menurut Taufik, lembaga survei memberikan masukan mengenai kostelasi politik terkini. Masukan tersebut menjadi patokan tim pemenangan dalam bergerak. "Langkah dan upaya jadi terukur," kata dia.
Taufik menekankan di beberapa daerah lainnya di Indonesia, kecenderungan yang terjadi adalah menguatnya faktor figur, tapi khusus di Sulut, terutama Minahasa, faktor mesin partai sangat kuat, PDI sangat kuat mesin partainya sementara dari partai lain terkesan kurang solid.
PDI Perjuangan memang menempatkan pilkada sebagai mekanisme kelembagaan yang semakin sistemik untuk mencari pemimpin. “Sekolah kepala daerah menjadi syarat wajib yang harus diikuti calon. Ini sebagai tanggung jawab Partai di dalam menyiapkan pemimpin,” ujar Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, dalam keterangan persnya, Kamis (28/6).
Dari 17 Pilkada di tingkat provinsi, PDI Perjuangan dapat memenangkan di 6 daerah, Bali, Jateng, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Sulsel. “Untuk Pertama kalinya Bali dipimpin kader Partai. Dari 6 provinsi tersebut terdapat 4 kader Partai yang menjadi gubernur dan 3 kader jadi wakil gubernur,” ujarnya lagi.
Sedangkan di tingkat kabupaten kota, dari total 154 Kab kota, PDI Perjuangan berpartisipasi di 152 daerah. Dari 152 yang diikuti menang di 91 (60%) daerah dan kalah di 59 daerah. Ditinjau dari kader yang terpilih di 91 daerah yang menang, kader yang menjadi kepala daerah 33 orang dan wakil kepala 38 orang.
“Kemenangan PDI Perjuangan berada di tingkat kabupaten kota. Yang menggembirakan jumlah kader Partai yang terpilih semakin banyak. Dengan demikian tolok ukur yang paling riil dalam pilkada ditentukan oleh jumlah kader yang berhasil menjabat sebagai kepala dan wakil kepala daerah, sebagai buah dari proses pendidikan politik kader,” kata Hasto.
Baca: Mandat Megawati ke Jokowi Suara Akar Rumput
Penyelenggaraan Pilkada membuktikan PDI Perjuangan tetap memegang teguh komitmen politik berkeadaban karena menang atau kalah dalam pilkada bukanlah kiamatnya demokrasi. “Kami selalu ingat pesan Ibu Megawati bahwa menang dan kalah hanya 5 tahun. Kalah kita perbaiki diri dan menang jangan korupsi sehingga keadaban jangan dikorbankan karena Demokrasi harus menjadi ukuran peradaban politik Indonesia,” Hasto menekankan.
Hasto menambahkan fokus utama partai saat ini adalah persiapan pileg dan pilpres. “Jumlah kader yang menjadi kepala dan wakil kepala daerah PDI Perjuangan telah meningkat secara signifikan dari 214 pada 5 tahun sebelumnya, menjadi 345 orang. Prestasi dan kinerja para kader ini yg akan menjadi wajah partai dalam memenangkan pileg dan pilpres. Pileg dan Pilpres di depan mata, disitulah konsentrasi utama kami saat ini,” pungkasnya.