Ikuti Kami

Inspirasi dari Paus Fransiskus

Oleh: Cendekiawan Nahdlatul Ulama dan Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi. 

Inspirasi dari Paus Fransiskus

Jakarta, Gesuri.id - “Tenggelam dalam keindahan negeri ini, tempat perjumpaan dan dialog antara budaya dan agama-agama yang berbeda, saya berharap rakyat Indonesia bertumbuh dalam iman, persaudaraan, dan bela rasa. Tuhan memberkati Indonesia.”

Kesan indah, mendalam, dan memikat Paus Fransiskus tersebut ditorehkan dalam buku tamu kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta Pusat. Kesan yang menggambarkan kebeningan dan ketulusan Bapa Suci.

Hal ini juga membuktikan betapa kokohnya hubungan bilateral Indonesia dan Takhta Suci Vatikan, sekaligus dukungan penuh Takhta Suci terhadap Indonesia sejak setelah kemerdekaan, tahun 1947. Tahkta Suci merupakan otoritas keagamaan sekaligus kenegaraan yang pertama kali mengakui kemerdekaan Republik Indonesia.

Nilai historis tersebut memberikan warna cerah bagi Indonesia karena dunia melihat Indonesia sebagai harapan bagi tegaknya toleransi, moderasi dan kemanusiaan. Dari Tunisia, tempat saya bertugas saat ini, warga Tunisia juga mengikuti kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke Tanah Air.

Baca: Adian, Ganjar, Ahok Diyakini Tingkatkan Kinerja PDI Perjuangan

“Indonesia beruntung dikunjungi Paus Fransiskus, sosok panutan dunia saat ini. Bapa suci menjadi ikon suara kebenaran di pentas global saat ini. Keramahtamahan Indonesia dalam menyambut Bapa Suci patut diapresiasi setinggi-tingginya,” tutur sahabat saya, warga Tunisia.

Dari Tunisia, saya merasa bangga, terharu dan senang. Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia benar-benar membawa berkah bagi kita dan dunia. Di laman media sosial, warga saling sahut-sahutan memuji kesederhanaan Bapa Suci. Dari menaiki pesawat komersial, mobil Innova, hingga menginap di kedutaan besar Vatikan untuk Indonesia.

Semua warga serentak dan terharu, Paus Fransiskus telah menginspirasi kita semua bahwa kesederhanaan merupakan pelita dan perisai hidup. Kesederhanaan merupakan energi transformasi sosial.

Pelajaran berharga terkhusus bagi para agamawan agar terus menyalakan kesederhaaan sehingga agama menjadi kekuatan transformatif bagi kemanusiaan, keadilan dan kedamaian.

Kesederhanna Bapa Suci mengingatkan kita semua pada jalan hidup para kiai dan guru-guru, yang memilih untuk menjadi teladan bagi umat. Sebab itu, agama menjadi laku hidup yang membebaskan dan mencerahkan. Agama dan agamawan menjadi inspirasi, bukan aspirasi.

Inspirasi tentang kesederhanaan ini merupakan kado terindah bagi kita semua, Indonesia. Kesederhanaan merupakan energi besar untuk membangun peradaban Indonesia di masa kini dan mendatang.

Pelajaran tentang kesederhanaan

Dari kesederhanaan akan lahir ketulusan, kesetaraan, kebersamaan, gotong royong, dan kehendak untuk melayani, berjuang dan memberikan bakti terbaik untuk negeri.

Hidup sederhana ini yang sebenarnya diwarisi bagi Pendiri Bangsa; Soekarno, Hatta, Agus salim, Tan Malaka, Diponerogo dan lain-lain.

Paus Fransiskus benar-benar memberikan pelajaran berharga bagi bangsa ini dalam menjaga peradaban kebangsaan dan peradaban kemanusiaan. Untuk membangun negeri ini, kita perlu membangun jiwa dan raga.

Kita tidak bisa hanya membangun infrastruktur material, melainkan juga perlu membangun infrastruktur spiritual. Oleh karena itu, peran agama-agama sangat sentral dalam memupuk persatuan dan perdamaian. Paus Fransiskus berpesan kepada kita semua agar rakyat Indonesia bertumbuh dalam iman, persaudaraan dan bela rasa.

Dalam konteks tersebut, kita perlu menggarisbawahi tema yang diangkat oleh Paus Fransiskus dalam lawatan apostolik ke Indonesia, yaitu iman, persaudaraan, dan bela rasa.

Bapa Suci secara khusus menyebut Pancasila sebagai ideologi dan dasar berbangsa-bernegara yang telah mengajarkan pentingnya hidup bersama dalam kedamaian.

Iman merupakan keniscayaan bagi setiap umat agama-agama. Dalam iman akan lahir kekuatan bahwa Tuhan selalu bersama kita. Tuhan memberikan anugerah dan rahmat yang sangat luar biasa bagi Indonesia dari kekayaan alam yang melimpah.

“Sebab itu, marga dan satwa, sumber daya energi, bahan baku dan lain-lain yang menjadi kekayaan negeri ini harus menjadi modal untuk menumbuhkan iman. Kekayaan negeri ini adalah anugerah Tuhan. Indonesia merupakan kasih Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma, dan karenanya harus dijaga baik-baik dengan cara menumbuhkan iman kepada Tuhan, “ujar Paus Fransiskus.

Bung Karno juga menegaskan hal serupa, Indonesia merupakan rahmat Tuhan di muka bumi. Tugas kita adalah menjaga dan membangunnya menjadi lebih baik.

Pada mulanya adalah iman yang membebaskan dan iman yang mencerahkan. Sebab itu, Sila Pertama dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, semata-mata agar kita semua beriman dengan memupuk dan menumbuhkan sikap saling menghargai. Dengan demikian, iman kita berkebudayaan, membangun hidup damai bersama di tengah keragaman.

Persaudaraan merupakan buah iman. Jika kita benar-benar beriman, pada hakikatnya kita dapat menumbuhkan persaudaraan dalam hidup kita. Dalam peesaudaraan akan muncul sikap saling mencintai, menerima perbedaan, dan hidup bersama.

“Seperti diungkapkan seorang penyair abad ke-20 bahwa menjadi saudara maknanya saling mencintai dan mengakui bahwa masing-masing pribadi sama berbedanya dengan dua tetes air,” ujar Paus Fransiskus.

Pada tahun 2019, Paus Fransiskus bersama Iman Besar AL-Azhar, Ahmad Thayyeb, mendeklarasikan Piagam Persaudaraan Kemanusiaan dalam rangka membangun hidup damai di tengah perbedaan dan keberagaman.

Gerakan Persaudaraan Kemanusiaan tersebut mempunyai resonansi yang sangat luas di seantero Dunia. Salah satunya, setiap tahun dirayakan dengan penyelenggaraan Zayed Award for Human Fraternity, pada tahun 2024, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mejadi pemenang dan peraih Zayed Award for Human Fraternity.

Di Bumi Nusantara ini, persaudaraan kemanusiaan merupakan nilai, prinsip dan laku hidup. Nahdlatul Ulama secara eksplisit menjadikan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah) sebagai prinsip persaudaraan yang paling tinggi, selain persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah) dan persaudaraan keislaman (ukhuwwah islamiyyah).

Begitu pula Muhammadiyah yang senantiasa mendorong persaudaraan lintas iman sebagai sebuah keniscayaan dalam hidup.

Baca: Ganjarist Komitmen Setia Dukung Ganjar Pranowo di Pilpres 2029

Bela rasa merupakan perpanjangan dari persaudaraan. Bela rasa akan mengetuk hati kita untuk simpati, bahkan empati pada yang lain, khususnya mereka yang membutuhkan, kaum lemah dan fakir miskin.

“Bela Rasa meniscayakan kita untuk mendekatkan diri satu dengan lain untuk membantu mereka yang membutuhkan, dengan cara mengangkat mereka dan memberikan mereka harapan. Bela Rasa merangkul mimpi dan hasrat mereka untuk mendapatkan keadilan. Mendukung mereka sebari melibatkan orang lain,” ujar Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus telah memberikan pelajaran berharga bagi kita semua perihal laku hidup dan nilai-nilai yang harus dipedomani sebagai umat agama-agama.

Indonesia sebagai tanah subur agama-agama mestinya memedomani pesan Paus Fransiskus, yaitu menjadikan iman sebagai modal transformasi sosial.

Iman tidak  hanya berada di menara gading, melainkan  iman yang membumi dan menyuburkan hidup damai, keadilan dan perikemanusiaan. Iman yang mencerahkan dan menggerakkan dalam rangka membentuk karakter perikemanusiaan. Iman yang menciptakan kasih-sayang di antara sesama manusia.

Saya secara pribadi pernah berjumpa Paus Fransiskus di ruangan kerjanya yang sangat sederhana pada akhir Desember 2023. Saya merasakan kehangatan sosok Paus Fransiskus.

Siapapun yang berjumpa Bapa Suci akan merasakan hal serupa. Oleh karena itu, Paus Fransiskus tidak hanya menginspirasi Indonesia, tetapi juga menginspirasi seantero dunia.

**Tulisan dimuat harian Kompas, Jumat, 6 September 2024.

Quote