Jakarta, Gesuri.id - Kapan pandemi Covid-19 akan berakhir? Ini adalah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Ada 3 pendapat yang bertentangan. Pertama, sebagian mengatakan bahwa pandemi akan berakhir di pertengahan tahun 2022, yaitu ketika vaksinasi selesai diberikan kepada 70–80% penduduk Indonesia.
Ini mengacu pada pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang mengatakan bahwa dibutuhkan kirakira 15 bulan untuk melakukan vaksinasi masal.
Dasarnya adalah sudah mulai terciptanya herd immunity atau kekebalan komunal di masyarakat, sehingga orang yang sudah divaksin dan tertular Covid-19 tidak akan mengalami gejala berat dan tidak menularkan lagi kepada orang lain. Akibatnya fatalitas bisa dikendalikan dan tingkat penularan sekunder atau biasa dikenal dengan istilah Rt (Reproduction rate) di bawah angka 1, sehingga lama-lama Covid-19 akan hilang dengan sendirinya.
Kedua, pendapat yang lebih optimis yang mengatakan bahwa pandemi ini akan mereda ketika belahan bumi utara memasuki musim panas mulai bulan Juli 2021.
Ini mengacu pada pembelajaran Flu Spanyol pada tahun 1918 yang gelombang keduanya mulai mereda ketika Eropa memasuki musim panas. Studi dari Central of Desease Control (CDC) Amerika menunjukkan bahwa keganasan penyebaran virus memang menurun ketika suhu dan kelembaban udara mengalami peningkatan.
Virus influenza tipe A yang secara menahun menyerang Amerika juga terjadi ketika musim dingin. Setiap tahun virus ini menginfeksi sekitar 15 - 25 juta penduduk Amerika dan mengakibatkan kematian sebanyak 40.000 orang per tahun dalam 30 tahun terakhir. Dan penyebaran virus ini mereda ketika memasuki musim panas.
Sementara data demografis dunia menunjukkan bahwa 6,57 miliar penduduk dunia, atau sekitar 90% dari total 7,3 miliar penduduk dunia memang tinggal di belahan bumi utara. Hanya 10% nya yang tinggal di belahan bumi selatan. Maka ketika pandemi mereda di belahan bumi utara, noise nya pun akan ikut mereda.
Ketiga adalah pendapat yang mengatakan bahwa pandemi ini akan membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk berakhir. Bloomberg Vaccine Tracker mencatat bahwa sampai saat ini (5 Februari 2021) vaksin baru disuntikkan sebanyak 119 juta dosis di seluruh dunia.
Dengan kecepatan vaksinasi massal seperti saat ini maka menurut analisa Blommberg dibutuhkan waktu sekitar 7 tahun untuk melakukan vaksinasi kepada 75% penduduk dunia.
Itupun dengan asumsi tidak ada hal-hal luar biasa yang terjadi, seperti kegagalan vaksinasi yang mengakibatkan kematian dalam jumlah besar atau rendahnya efektivitas vaksin itu sendiri. Kecepatan vaksinasi massal tiap negara juga berbeda-beda. Israel adalah negara dengan kecepatan tingkat vaksinasi massal tertinggi di dunia.
Diperkirakan vaksinasi di Israel akan selesai hanya dalam 2 bulan. Amerika sendiri membutuhkan 11 – 12 bulan untuk mencapai kekebalan komunal dengan tingkat pemberian vaksin massal sebanyak 1.35 juta vaksin per hari.
Kanada yang merupakan tetangganya akan membutuhkan waktu 10 tahun jika tidak dilakukan langkah-langkah perbaikan akibat kelambatan respon dalam pemberian vaksin. Negara-negara kaya yang dikelola dengan benar tentu akan memiliki kecepatan lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang dan negara-negara miskin.
Mana di antara ketiga pendapat itu yang benar? Tidak ada satu lembagapun yang memiliki kredibilitas untuk memastikan. Masing-masing mengandalkan data yang memiliki tingkat ketidak-pastian yang tinggi. Maklum, ini adalah “barang baru”, sehingga masih banyak misteri yang belum terungkap.
Mungkin bahkan Covid-19 tidak akan pernah berakhir, tetapi fatalitasnya bisa ditekan sampai ke angka minimum. Sama seperti demam berdarah, flu, TBC, polio dan masih banyak lagi penyakit yang tidak bisa dibasmi tuntas.
Kita hidup berdampingan dengan penyakit tersebut. Kalaupun terkena, protokol penyembuhannya sudah jelas, sehingga tidak sampai mengalami kematian. Yang penting kita tidak kehilangan asa (harapan) bahwa pada akhirnya manusia akan menang melawan pandemi Covid-19.