Jakarta, Gesuri.id - Jumlah Penduduk di Indonesia dengan luas lahan yang dibutuhkan untuk menjadi lahan produksi pertanian sangat tidak seimbang. Di tahun 2022 saja menurut BPS luas lahan panen diperkirakan 10.61 juta hektare ini sudah mengalami peningkatan sebanyak 194,71 ribu hektare atau naik 1,82 % dibanding luas panen di 2021 yang sebesar 10,41 juta hektare.
Namun jumlah tersebut tidak akan terus bertambah menyesuaikan kebutuhan karena Bumi tidak semakin besar penambahan lahan hanya terjadi jika adanya pembukaan lahan hutan dikonversi ke pertanian.
Menanam contoh bibit Jati.
Jumlah penduduk Indonesian di akhir tahun 2022 bulan Desember secara keseluruhan dari BPS tercatat 275.361.267 jiwa dan pada tahun sebelumnya diDesember 2021 berjumlah 273.879.750 sehingga kita bisa melihat kenaikan yang signifikan sebesar 1.481.517 jiwa atau 0,54b%, yang terinci 138.999.996 laki-laki atau sekitar (54,48 %), dan perempuan sebanyak 136.361.271 jiwa perempuan atau 49,52%.
Menurut Kepala Biro Humas Kementrian Pertanian Kuntoro Boga Andri jumlah beras yang dibutuhkan untuk dikonsumsi masyarakat mencapai 111,58 kg perkapita pertahun.
Melihat dari data yang ada, kita akan mengetahui jumlah percepatan penduduk dengan lahan yang tidak bisa terus bertambah yang dibutuhkan oleh penduduk agar dapat tercukupi kebutuhan komsumsinya. Maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
1. Membuat variasi komsumsi dasar penduduk. Dgn menciptakan beberapa dasar makanan pokok seperti dengan sagu, umbi-umbiàn dan lain-lain yang bisa mendekati kesamaan fungsi dari beras (mengganti fungsi beras dengan makanan lain).
2. Meningkatkan hasil panen melalui teknologi pangan yg berhubungan dengan percepatan hasil panen dan kualitas juga kuantitas.
3. Mencari metode baru penanaman padi tanpa harus di sawah desa tapi menjadi sawah kota sawah perkantoran dan lain-lain. Sehingga semua lahan bisa dijadikan lahan persawahan.
Pemerintah adalah kunci pembuatan Keputusan dan pemegang kendali perubahan cara berpikir dan juga prilaku penduduknya. Untuk itu perubahan bisa dimulai sejak dini, agar bisa merubah semua dari mulai pengadaan dan juga penampungan serta pendistribusian hingga kepada pengkomsumsi yaitu penduduk.
Regulasi dibutuhkan untuk mempermudah sirkulasi dan aturan main dari hulu hingga hilir. Semoga melalui perhitungan juga perencanaan yang matang bisa mewujudkan Indonesia sebagai negara satu-satunya yang bisa berdaulat di bidang pangan.
Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat di bidang pangan maka kita harus mempersiapkan segala sesuatunya.
Melihat kebutuhan dasar masyarakat Indonesia yang berbeda dari Sabang hingga Merauke, maka sebenarnya negara tidak terlalu terbebani dengan konsep Ketahanan Pangan.
PDI Perjuangan melalui Ibu Ketua Umum Megawati Sukarnoputri telah menginisiasi dengan menciptakan variasi bahan pengganti nasi melalui gerakan yang diperintahkan oleh ketua Umum sebagai gerakan
menciptakan menu baru pengganti nasi agar penduduk dan pemerintah tidak berfokus hanya pada beras sebagai kebutuhan dasar komsumsi penduduknya.
Penanaman bisa disesuaikan dengan kebiasaan wilayah setempat mengkomsumsi apa, seperti daerah Papua dengan umbi-umbi-an Maluku dengan papeda (sagu) dan ada beberapa wilayah juga di Indonesia yàng menjadikan jagung sebagai makanan pokoknya, seperti daerah Nusa Tenggara, Madura, dan lain-lain.
Makanan pokok daerah tersebut harus mulai digalakkan pemerintah sebagai makanan pokok Indonesia, sehingga ada kontribusi pemerintah mensosialisasikan varian makanan pokok dengan bentuk turunannya mulai dari umbi-umbian, jagung, sagu dan lainnya yang akan menjadi makanan pokok Bangsa Indonesia.
Maka kemungkinan besar Indonesia bisa berdaulat di negerinya sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain dalam hal pangan, kemungkinan besar bisa terwujudlah cita-cita Bung Karno dalam hal berdikari di bidang ekonomi.
Sebab dari produksi, pasar, dan pendistribusian akan menarik banyak pekerja dan sirkulasi dari hulu ke hilirnya juga butuh banyak orang yang harus terlibat dan itu semua masuk dalam kategori peluang usaha dan penyerap tenaga kerja sehingga perputaran Ekonomi bisa kita rasakan dampaknya.
Karena perputaran ekonominya jelas dan itu terjadi di lapisan masyarakat menengah kebawah yang memiliki jumlah terbanyak dalam tingkat pendapatan ekonomi. Jika ini bisa terwujud maka pemerintah juga akan bisa mengurangi jumlah penduduk yang berpenghasilan rendah utk bisa naik ke level diatasnya.
Karena yang dibutuhkan adalah kebutuhan pokok maka sirkulasi nya tak akan pernah berhenti dan mati kecuali bahan pokoknya yang tidak ada, untuk itu pemerintah harus berkontribusi menyiapkan dan mulai merencanakan melalui kementerian pertanian (yang menyediakan bahan bakunya) dan kementerian perindustrian (yang mengelola bahan bakunya) dan kementerian tenaga kerja yang membuat dan menyiapkan SDMnya.
Membuat lomba makanan pengganti nasi.
Hal ini juga akan meningkatkan bertumbuhnya bentuk UMKM baru. Diharapkan UMKM semua harus mendapatkan pendidikan dasar dari kementerian terkait agar tanggung jawab terhadap keberhasilannya menjadi tanggung jawab stekholder.
Jika semua kesiapan dibangun oleh pemerintah maka hasil akhir bisa diprediksi. Jika semua hal sudah siap maka semua harus disosialisasikan. Dimana 100 tahun atau lebih manusia akan menutupi bumi dan apa yang harus dikomsumsi jika bahan baku yang menjadi bahan komsumsi utama manusia bergerak, tidak ada lahan sebagai tempat untuk bercocok tanamnya.
Untuk itu, hal terbaik yang harus dilakukan oleh Bangsa Indonesia adalah menciptakan makanan sendiri yang diproduksi oleh bahan baku yang mudah yang cepat hasilnya dan yang baik kualitasnya juga mudah cara penanamannya, serta tahan juga terhadap resiko gagal panen.
RAKYAT KENYANG INDONESIA AMAN