Makassar, Gesuri.id - Perhelatan Liga 1 BRI tahun 2022/2023 akan segera berakhir dimana ada 3 tim perserikatan memperebutkan posisi Juara Liga Indonesia yaitu PSM Makassar, Persib Bandung, dan Persija Jakarta. Namun hingga pekan ke-30 PSM Makassar kokoh dipuncak dengan perolehan nilai 66 disusul Persib Bandung (53) dan Persija Jakarta (52).
Berbeda dengan PSM Makassar, Persib Bandung dan Persija Jakarta menyisakan 1 laga tunda Big Match. Meski demikian tim kebanggaan Sulawesi Selatan ini tercatat sebagai tim yang belum terkalahkan saat meladeni tim tamu di Stadion Gelora BJ Habibie Kota Parepare, Pelatih Bernardo Tavares mampu memotivasi pemain hingga penampilan tim Juku Eja mampu konsisten sampai pekan ke-30.
Ditegaskan Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares selalu menekankan pada pemain untuk memberikan yang terbaik pada setiap laga baik kandang maupun tandang.
Bernardo Tavares menekankan jangan dulu berpikir juara, tapi berikan potensi 200% untuk PSM Makassar dalam setiap laga.
Hanya saja dibalik kesuksesan pemain dan official PSM Makasssar kokoh di puncak klasemen Liga 1 BRI manajemen dan pemain PSM Makassar dihadapkan pada keterbatasan dan dinamika internal sehingga musim kali ini apabila PSM Makassar meraih gelar Juara Liga 1 BRI maka ini catatan sejarah baru.
Jika diprediksi PSM Makassar tampil konsisten hingga pekan ke 31 dengan catatan Persib Bandung dan Persija Jakarta tampil inkonsisten, maka Liga 1 BRI musim 2022/2023 adalah catatan sejarah baru untuk tim Juku Eja.
Adapun catatan sejarah baru PSM Makassar diantaranya: 1. Stadion Gelora BJ Habibie catat sejarah baru mengantarkan PSM Makassar Juara Liga 1 BRI untuk pertama kalinya, 2. Tim perserikatan yang mengandalkan pemain muda lokal meraih gelar juara, 3. Stadion Gelora BJ Habibie kandang PSM Makassar menjadi angker bagi tim tamu, 4. Salah satu tim perserikatan dengan keterbatasan finansial mampu meraih gelar juara.
Persoalan Stadion Mattoanging untuk sementara tutup buku dululah sebab selama hampir 2 tahun terakhir pemain dan official PSM Makassar secara psikologis terbebani akan dinamika tersebut, sebab sudah dapat diprediksi Stadion Mattoanging tak dapat digunakan hingga 3 tahun mendatang atau boleh saja Stadion Mattoanging “The End” seperti halnya Stadion Barombong.
Polemik berkepanjangan, Stadion Mattoanging diprediksi akan bernasib sama dengan Stadion Barombong atau saya menyebutnya Mattoanging The Game, disebabkan beberapa faktor seperti sengketa lahan antara keluarga Andi Mattalatta dan Pemprov Sulsel meski sudah dimenangkan Pemprov Sulsel.
Namun Keluarga Andi Mattalatta berupaya menempuh jalur hukum, minimnya minat investor untuk membangun Stadion Mattoanging meski sudah dilakukan lelang terbuka, dan polemik pembiayaan pembangunan Stadion Mattoanging yang semula menggunakan APBN namun sejumlah kalangan di Sulsel belakangan tidak menyetujui inisiasi Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah saat itu.
Untuk itu, apabila Stadion Mattoanging belum punya kekuatan hukum tetap sebaiknya anggaran pembangunan Stadion Mattoanging sebesar Rp. 66 Miliar tahun 2023 dialihkan ke Stadion Gelora BJ Habibie alasannya kompetisi sepak bola Liga Indonesia akan bergulir pasca Liga 1 BRI musim 2022/20223 berakhir.
Dengan catatan, apabila sejumlah kalangan satu persepsi ingin melihat persepakbolaan di Sulawesi Selatan lebih maju.
Sebaiknya Stadion Gelora BJ Habibie dibenahi, satukan persepsi memajukan pesepakbolaan di Sulsel jangan lagi soalkan Stadion Mattoanging sebab Kota Makassar disebut Kota Dunia sudah alami kemunduran hanya karena tidak punya stadion berstandar Internasional, sangat tertinggal dengan Stadion Lukas Enembe di Papua dan Stadion Batakan di Balikpapan, meski demikian secara kualitas pemain lokal PSM Makassar sudah disegani pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong.