Ikuti Kami

Megawati Adalah Simbol Kedigdayaan Perempuan Masa Kini

Oleh: Dr. Hj. Fitriani Manurung, Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan, Ketua Majelis Taklim DPC PDI Perjuangan Medan.

Megawati Adalah Simbol Kedigdayaan Perempuan Masa Kini
Pengukuhan Gelar Profesor Kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertahanan Bidang Kepemimpinan Strategik Pada Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan RI kepada Megawati Soekarnoputri di Kampus Bela Negara, Sentul, Jawa Barat, Jumat (11/6). (Foto: Istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Hari ini aku masih terlalu pagi untuk melakukan aktifitas rutinitas yang menurut kawan-kawan membosankan duduk diruangan dengan ukuran 4x5 meter yang selalu ditemani secangkir teh, akupun memtutuskan untuk melihat beranda media sosial yang diramaikan ucapan selamat atas penganugerahan gelar Profesor kehormatan bagi Presiden Kelima RI Hj. Megawati Sukarnoputri yang sejak kemarin mengaduk emosi sebagian besar perempuan Indonesia,

Entah sengaja atau tidak atau mungkin saya sedang larut dalam kebahagiaan, tiba-tiba beranda medsosku memperlihatkan sebuah film yang kemudian saya menontonnya, film tersebut berjudul Gujan Saxena: The Kargil Girl yang diadopsi dari kisah nyata yang menceritakan seorang pilot perempuan India yang mampu menjawab keraguan publik atas kemampuan seorang perempaun.

Gujan Saxena nama perempuan tersebut selama perang kargil mampu menorehkan prestasi gemilang dengan lebih 40 kali melakukan misi, dan yang lebih penting adalah dirinya mampu menjawab keraguan dengan mengepakkan sayapnya ke angkasa sebagai perempuan ditengah budaya patriarki yang kuat di India.

Artikel ini bukanlah menceritaka sebuah film tapi maksud saya adalah bagaimana kita memperbaiki cara pandang kita terhadap perempaun yang kadang dianggap sebelah mata dan tidak memiliki hak apapun didunia ini kecuali wilayah domestik Rumah Tangga.

Ada sebuah adengan yang menyentuh ketika gujan berdiskusi kepada ayahnya, dimana ayahnya mengatakan “Kami tidak mengajarimu sesuatu yang menghambat perkembangan dan kemajuanmu” yang bagi saya adalah sebuah tamparan telak bagi manusia bagaimana memperlakukan perempuan. Karena dalam adengan tersebut ternyata gujan tidak memiliki skil untuk memasak meski hanya menggoreng telur.

Sebagai pemerhati dan praktisi pendidikan tentu saya merasa terpukul juga, dimana kita selalu menerapkan pendidikan yang salah dirumah tangga, kenapa demikian karena memang itulah yang terjadi, konkritnya begini saat masih kecil anak-anak perempuan seringkali di kenalkan dengan mainan yang feminis seperti masak-masakan, boneka dll dan orang tua akan marah jika anak perempuan memainkan mainan yang sering dimainkan anak laki-laki seperti mobil mobilan senapan dan lainnya, dan kemarahannya selalu dibarengi dengan kalimat menyayat “Kamu Perempuan”

Saat sekolahpun demikian, anak lelaki tidak dibebani apapun kecuali konsentrasi dengan sekolahnya, sedangkan anak perempuan sejak dini sudah menjadi co pilot bagi ibunya menjadi pekerja rumah tangga, dan anak perempaun hanya di ajarkan skil domestik seperti memasak dimulai belajar memasak air, Mie Instan, menanak nasi hingga memasak dengan skil yang tinggi, “Tidak lebih” ya tidak lebih dan paling tinggi jika perempaun tersebut berasal dari keluarga kaya boleh bercita-cita sebagai dokter kalau kalangan menengah kebahwa pasti dianjurkan untuk menjalani pendidikan Perawat, Bidan atau fakultas ekonomi.

Begitulah peradaban dibangun diatas perempuan saat ini, dan hari ini tepat Tanggal 11 Juni 2021 merupakan hari raya bagi perempuan Indonesia dimana seorang perempuan yang bukan berasal dari akademisi mampu meraih gelar Guru Besar Kehormatan, atas dedikasinya Hj. Megawati Sukarno Putri mampu  mengangkat harkat dan martabat perempuan Indonesia.

Gelar Kehormatan bukan sekedar penyematan profesor didepan nama akan tetapi menjadi supremasi bagi kaum perempuan untuk bergerak maju mengepakkan sayap di angkasa, dan menghujamkan Karyanya ke Bumi dan melayarkan visinya ke tujuh Samudera, ya Hj. Megawati sudah usai dengan ketokohannya dan kapasitasnya sebagai Perempuan Indonesia.

Kadang kala saya merasa begitu fanatik dengan kehebatan perempuan Indonesia, begitu lama kita haus dan berpuasa dengan cerita-cerita kedigdayaan perempuan Nusantara, dan saat ini saya sudah menemukannya dimana Hj. Megawati mewarisi Keberanian Malahayati, Cut Nyakdien, Cut Meutia, Siti Magopoh, Cristina Martha Tiahahu, Beliau juga mewari ketajaman berbicara, Dewi Sartika, Kartini atau Rasuna Said, dan beliau juga mewarisi jiwa kepemimpinan Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675), dan dalam satu raga Hj. Megawati menjadi paket komplit keperkasaan Perempuan Indonesia.

Mungkin sebagian orang menganggap pujian saya terlalu berlebihan, akan tetapi bagi saya hal tersebut sangat wajar jika ditimbang dengan Perjuangan dan prestasi yang Hj. Megawati Raih bukan tanggung-tanggung, beliau pernah berada di titik nadir dengan tersingkir dari hiruk-pikuk perpolitikan Indonesia saat pemerintah Rezim Orde baru menerapkan De Sukarnoisasi.

Dimasa palig sulit tersebut Hj. Megawati kemudian tampil sebagai simbol perlawanan kaum Mustadafin (Baca : Wong Cilik) Indonesia untuk menentang kekuasaan Kaum Mustakbirin Orde Baru dengan simbol kekuasaan Orde Barunya, disinilah jiwa kepemimpinan seorang Hj. Megawati menjadi pertaruhan nasib Wong Cilik dimana beliau mampu mengkonsolidasikan kekuatan tersebut menjadi sebuah gelombang perlawanan yang berpuncak pada peristiwa Reformasi 1998.

Jika Bung Karno mampu mengkonslidasikan Kekuatan Rakyat untuk merdeka di Tahun 1945, maka Hj. Megawati mampu mengkonsolidasikan Kekuatan Rakyat untuk reformasi pada Tahun 1998 yang buah dari reformasi tersebut kita rasakan saat ini, bukan itu saja dengan kecakapannya dalam memimpin partai, Hj. Megawati belum punya tandingan yang sepadan karena mampu membawa PDI Perjuangan menang Pemilu dua Kali berturut-turut sejak pemilu di gelar pasca Reformasi.

Sebagai perempuan hebat selain memiliki daya tarik luar biasa, Hj. Megawati tentu memiliki daya tolak luar biasa pula terhadap dirinya, akan tetapi daya tolak terhadap dirinya tidak pernah mampu menggoyahkan keyakinannya untuk terus berjuang dan berbuat bagi Rakyat Indonesia, beliau adalah sosok riel seorang Ibu bagi anak Bangsa, maka sangat layak jika saya menyebut 11 Juni adalah “Hari Raya Kaum Perempuan Indonesia”.

Quote