Ikuti Kami

Om Rudy dan Sepak Bola yang Bukan Urusan Kebetulan

Oleh: Ketua Komisi C DPRD Surabaya dan pecinta bola, Eri Irawan. 

Om Rudy dan Sepak Bola yang Bukan Urusan Kebetulan
Ketua Komisi C DPRD Surabaya dan pecinta bola, Eri Irawan.

Jakarta, Gesuri.id - Rudy William Keltjes wafat pada satu siang di Surabaya, 23 Oktober 2024, pada usia 72 tahun. Mendadak saya menyesal, tidak pernah menyaksikan dia beraksi di lapangan hijau secara langsung. 

Sebagaimana sebagian besar anak-anak lain di Jawa Timur, kita begitu menggemari sepak bola, dan tentu saja kita memahami Persebaya sebagai representasi Jawa Timur yang berhadapan dengan raksasa-raksasa sepak bola daerah lain, seperti Persib Bandung, Persija Jakarta, PSM Makassar, PSIS Semarang, maupun PSMS Medan. Persebaya senantiasa melahirkan seniman-seniman sepak bola legendaris, yang sedihnya, saya tumbuh besar saat mereka sudah tidak bermain lagi.

Saya hanya mendengar reputasi pemain, seperti Syamsul Arifin yang dijuluki "Kepala Emas" karena doyan sekali mencetak gol dengan menggunakan tandukan, Abdul Kadir yang dijuluki "Si Kancil", Yakob Sihasale yang mencetak gol ke gawang Ajax Amsterdam, Hadi Ismanto, sang kiper Putu Yasa, atau "Sang Ustaz" jago taktik Rusdi Bahlawan.

Baca: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo

Om Rudy William Keltjes adalah salah satu pemain yang saya hanya dengar reputasinya tanpa tahu bagaimana dia bermain. Pada masa jayanya, dia dijuluki sebagai "Beckenbauer"-nya Indonesia. Saya hanya tahu bagaimana Beckenbauer, legenda sepak bola Jerman yang sudah wafat itu, bermain dari Youtube. Beckenbauer mewariskan taktik yang memperkenalkan pemain berposisi libero dalam bertahan maupun menyerang. Taktik ini kemudian digunakan banyak tim sepak bola, termasuk di Indonesia. Dari sana saya bisa membayangkan betapa diseganinya Om Rudy.

Om Rudy mengawali kariernya di klub kota kecil di Jawa Timur, ISSS Situbondo (sekarang PSSS Situbondo). Nama Situbondo tidak pernah masuk dalam peta sepak bola nasional. Namun Om Rudy berhasil membawa klub itu menjadi runner up kejuaraan sepak bola yunior Piala Suratin 1972. Mereka hanya kalah dari tuan rumah Persija Jakarta di Senayan. 

Majalah Tempo edisi 1972 memuji Om Rudy seperti ini: “Rudy Keltjes "si Jangkung" yang gerak-geriknya lamban, ternyata memiliki ball feeling dan keterampilan membagi bola dengan timing lebih dari lumayan”. Tingginya memang 186 cm, sehingga terlihat sangat menonjol di lapangan hijau.

Setelah sempat enggan melanjutkan karier sepak bola karena lebih suka menjadi pegawai pabrik gula, Om Rudy direkrut Persebaya Surabaya. Persebaya era 1970-an adalah tim yang disegani di Indonesia. Apalagi mereka berhasil merepotkan Ajax Amsterdam dalam pertandingan uji coba di Stadion 10 Nopember pada 11 Juni 1975.

Om Rudy adalah bagian dari tim Persebaya yang berhasil menjuarai Perserikatan pada 28 Januari 1978. Saat itu, Persebaya mengalahkan Macan Kemayoran Persija 4-3 dalam sebuah pertandingan yang menegangkan. Babak pertama, Persija unggul 2-1. Om Rudy mencetak gol ketiga Persebaya yang membuat mental pemain Persebaya naik.

Om Rudy kemudian memperkuat Niac Mitra, klub sepak bola Liga Sepak Bola Utama (Galatama) dari Surabaya. Galatama adalah kompetisi sepak bola semi profesional yang diikuti klub-klub “swasta” yang dibiayai perusahaan atau perorangan. 

Namun keterikatannya dengan Persebaya tak lepas. Tahun 2001, Om Rudy menjadi pelatih Persebaya yang berhasil membawa tim berjuluk Bajul Ijo itu ke semifinal Liga Indonesia. Sayang, Persebaya saat itu dikalahkan oleh Persija 1-2.

Baca: Ganjar Pranowo Yakin Andika-Hendi Akan Menang di Pilgub Jateng

Dia sangat suka melatih pemain-pemain muda yang belum punya nama dan menanamkan kedisiplinan. PSSI pernah mempercayakan posisi pelatih timnas pada beberapa kelompok umur ke Om Rudy. Sang legenda juga penuh antusias melatih tim PON sejumlah provinsi. Konsistensi dan perhatiannya ke anak-anak muda telah melahirkan begitu banyak pemain dengan talenta hebat di Tanah Air.

"Saya memang senang melatih pemain-pemain muda. Saya suka menjadikan pemain. Mereka gampang kita arahkan dan ada kebanggaan buat kita juga kalau mereka nantinya berhasil," kata Om Rudy, suatu saat, saya kutip dari sebuah media. 

Disiplin. Itulah kunci kepelatihan Om Rudy. Jangan coba-coba bikin kostum dan sepatu berantakan. Dia bakal murka. Pernah suatu kali, ia melempar barang-barang pemain yang berserakan. Bagi Om Rudy: sepak bola tanpa kedisiplinan tidak akan berjalan ke mana-mana.

Metode kepelatihan Om Rudy menggemakan kata-kata Pele, pemain legendaris Brasil. “Success is no accident. It is hard work, perseverance, learning, studying, sacrifice and most of all, love of what you are doing or learning to do.” 

Memang sepak bola bukan urusan kebetulan. Selamat jalan Om Rudy.

Quote