AZAN Shalat Jumat berkumandang begitu merdu dari parkiran Kantor DPP PDI Perjuangan yang disulap menjadi tempat Shalat Jumat.
Karpet sajadah digelar memanjang, membentuk hingga 10 shaff ke belakang. Mimbar Khutbah ukiran kayu jati, bertuliskan Baitul Muslimin Indonesia terpampang di barisan depan menghadap Jama'ah.
Di luar waktu Ramadhan, biasanya tersedia minuman dingin gratis seperti teh kotak dan air mineral di dalam kotak pendingin berisi balok es yang bebas diambil para Jama'ah setelah Jumatan.
Sejumlah kader dan Satgas membaur bersama warga sekitar Kantor PDI Perjuangan. Bahkan, tetangga sebelah kantor PDI Perjuangan, yang juga berdiri Kantor PPP, para staf dan kadernya lebih memilih Jumatan di Kantor PDI Perjuangan ketimbang harus jauh-jauh ke Masjid lain sekitar daerah Cikini-Menteng, Jakarta Pusat.
Terlihat juga Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Saleh Muhammad Al-Shun menjadi Jama'ah tetap Shalat Jumat di Kantor DPP PDI Perjuangan. Selain Shalat Jumat, Shalat Idul Fitri dan Idul Adha juga selalu diselenggarakan di sana. Dan setiap malam jumat, sering pengajian ratiban, membaca Shalawat Nariyah.
Melihat aktivitas keagamaan yang begitu intens dilakukan di Kantor DPP PDI Perjuangan, partai politik yang kerap dituding partai berisi antek Komunis dan anti Islam serta anti Ulama, otomatis membantah seluruh tudingan itu jika melihat kedekatan PDI Perjuangan dengan umat Islam.
Dalam sebuah kesempatan, Dubes Palestina pernah berterima kasih atas kepedulian PDI Perjuangan. Pasalnya partai berlambang banteng moncong putih itu dianggap peduli dan konsisten memperjuangkan kemerdekaan bangsa Palestina.
Ditambah lagi, semangat api perjuangan Bung Karno yang menjadi tokoh dunia yang cukup dikagumi warga Palestina, diwariskan PDI Perjuangan secara apik dengan menjaga kebhinekaan di Indonesia.
Di gedung ini, api perjuangan Islam juga terus menyala. Meskipun platform ideologi PDI Perjuangan Nasionalis, namun syiar Islam juga dikumandangkan secara luas melalui sayap partai PDI Perjuangan: Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi).
Dan diselenggarakannya berbagai aktivitas Keislaman di Kantor DPP PDI Perjuangan, juga ada andil Bamusi di dalamnya. Salah satunya penyelenggaraaan Shalat Jum'at di Kantor DPP PDI Perjuangan. Dan di Bulan Suci Ramadhan, Shalat Taraweh juga digelar, dan terbuka bagi umum untuk warga sekitar.
Ya, di Gedung enam lantai yang diresmikan 1 Juni 2015 tersebut, juga menjadi saksi tragedi berdarah Kudeta 27 Juli 1996 (Kudatuli).
Seorang Satgas PDI Perjuangan yang menjadi saksi sejarah tragedi Kudatuli sedikit bercerita kepada Gesuri sejarah gedung tersebut.
Di lantai parkiran dekat Mushalla, yang juga menjadi tempat digelarnya Shalat Jumat, dulu saat kejadian Kudatuli, ratusan (maaf) mayat yang merupakan kader Banteng pro-Megawati tergeletak di setiap sudut Kantor PDI di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat.
Mereka menjadi korban kebiadaban aparat dan PDI tandingan kelompok Suryadi, 'boneka' Rezim Orde Baru yang merangsek masuk merebut paksa Kantor PDI dan secara membabi buta menyerang dengan senjata tajam dan melempar batu ke massa PDI pro-Mega.
"Para korban meninggal, mayatnya dibawa ke truk dan ambulance yang sudah disiapkan aparat. Sebuah mobil ambulance, juga berfungsi menyapu dan mengepel darah-darah di dalam kantor PDI. Bau anyir, amis darah begitu menyengat," ungkap Satgas yang dirahasiakan namanya tersebut kepada Gesuri.
Andil Bung Karno dalam Dunia Islam
Kembali ke masalah komitmen PDI Perjuangan terhadap kejayaan Islam, yang tidak usah diragukan lagi. Jika Bung Karno yang merupakan tokoh panutan para kader banteng saja begitu mencintai Islam dengan berbagai gagasan, sikap dan aksinya selama memimpin Indonesia, sungguh di luar akal sehat jika masih ada yang menuding PDI Perjuangan bermusuhan dengan umat Islam.
Bung Karno adalah tokoh dunia yang berperan atas pemugaran Makam Imam Bukhari, ulama yang juga perawi Hadist tersohor dalam sejarah peradaban Islam. Dimana dalam kunjungan Presiden Sukarno ke Uzbekistan pada 4-6 September 1956, dan Uzbekistan masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Di negara tersebut, Bung Karno mengunjungi Kota Tashkent dan melakukan ziarah ke makam Imam Bukhari di Samarkand.
Dalam kunjungannya itu, Bung Karno meminta kepada Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev, yang merupakan kawan akrabnya untuk memugar kembali makam Imam Bukhari yang baru ditemuka dan tidak terurus.
Bung Karno mengunjungi makam Imam Bukhari dan mendesak kepada Presiden Uni Soviet saat itu, untuk membangun kembali dan dituruti permintaan Ayah kandung Ketua Umum PDI Perjuangan, Hj. Megawati Soekarnoputri tersebut.
Andil Bung Karno lainnya terhadap perkembangan Islam di dunia adalah saat menyelamatkan salah satu Kampus tertua di dunia, Al Azhar, yang juga berperan dalam membangun peradaban Islam di dunia.
Sebagai salah satu kampus tertua yang dibangun tahun 970an di masa dinasti Fatimiyah, Al Azhar memiliki sejarah tersendiri bagi Umat Islam.
Keberadaan Universitas ini adalah hal yang sangat penting. Dan bagi Mesir, dunia mengenal mereka salah satunya lewat kampus yang umurnya sudah lebih dari 1000 tahun ini.
Namun, pernah pada tahun 1955, presiden Mesir kala itu, Gamal Abdul Nasser, berencana ingin menutup Al Azhar lantaran alasan politik.
Hal ini tentu saja menghebohkan umat Islam seluruh dunia, tak terkecuali Bung Karno. Reaksi cepat Bung Karno ialah dengan langsung melakukan lawatan ke Mesir. Tujuan utamanya bukan untuk kunjungan kenegaraan, tapi dengan misi lain Bung Karno adalah untuk menyelamatkan Al Azhar.
Hubungan kedua orang Pemimpin dunia ini dikenal begitu hangat dan mesra karena bersama-sama membangun kekuatan Non Blok dan terlibat dalam Konferensi Asia Afrika gagasan Bung Karno. Gamal dikenal keras, namun berhadapan dengan Soekarno ia bisa lebih menerima kritik.
Pada pertemuannya dengan Presiden Mesir, Bung Karno pun mengatakan kenapa harus menutup Al Azhar padahal ia adalah simbol yang sudah kental dengan Mesir. Soekarno juga mengatakan jika orang Indonesia mengenal Mesir lewat universitas itu. Siapa sangka apa yang dikatakan Bung Karno ini membuat Gamal berpikir panjang dan akhirnya tidak jadi menutup Al Azhar. Kalau tidak, bisa jadi Al Azhar tinggal kenangan saat ini.
Dan masih banyak andil lain Bung Karno terhadap perkembangan Islam di Indonesia maupun dunia. Pertanyaannya sekarang, kenapa ada saja yang dengan kejinya menuduh Ibu Megawati melarang azan, meminta menutup pesantren, tidak butuh suara umat Islam dan banyak lagi fitnah serta hoax yang menyerang PDI Perjuangan.
Hingga detik ini, masih banyak yang percaya berita-berita hoax tersebut. Parahnya, karena ketidaktahuan masyarakat awam yang menelan mentah-mentah broadcast hoax di grup WA tentang ujaran kebencian terhadap PDI Perjuangan, akhirnya hal tersebut dianggap sebagai sebuah kebenaran karena terus disebar dan direproduksi.
Namun ternyata mayoritas rakyat Indonesia masih cukup cerdas. Buktinya, segala fitnah keji dan hoax tersebut tidak sepenuhnya berhasil menjegal PDI Perjuangan.
Dengan kemenangan PDI Perjuangan dua kali beruntun (2014 dan 2019), dimana sekitar 27 juta rakyat memilih PDI Perjuangan atau 19,3 persen suara sah nasional: menunjukkan mayoritas masyarakat Indonesia masih percaya dan menaruh harapan besar terhadap PDI Perjuangan untuk terus mengawal demokrasi, membumikan Pancasila dan menjaga NKRI dari kelompok intoleran yang anti Kebhinekaan.