Ikuti Kami

Ramadhan Bulan Solidaritas Sosial

Oleh: Faozan Amar, Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi).

Ramadhan Bulan Solidaritas Sosial
Faozan Amar, Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi). (@faozanamar)

Jakarta, Gesuri.id - Dalam mekanisme penghitungan zakat, salah satu syarat harta kekayaan (maal) yang wajib dizakati adalah telah mencapai nishab, yakni batasan kepemilikan seorang Muslim selama satu tahun untuk wajib mengeluarkan zakat. Sehingga untuk alasan kemudahan, maka membayar zakat dilakukan setiap bulan Ramadhan. Di samping itu, ada zakat fitrah yang wajib dibayarkan di akhir Ramadhan.

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, ”Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (balasannya): satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat.” (HR Muslim).

Karena itu, sangat wajar dan beralasan kaum Muslimin berbondong-bondong berzakat, infak, dan sedekah pada bulan Ramadhan dengan harapan akan dilipatgandakan pahalanya. 

Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari puasa adalah melatih kesabaran, kejujuran, dan keteguhan dalam menahan lapar, dahaga, dan nafsu seksual (fisik) serta jujur dan berkata baik (non fisik). Bagi orang fakir dan miskin, menahan lapar dan dahaga adalah hal yang biasa setiap hari lakukan. Karena adanya keterbatasan ekonomi sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan makan dan minum.

Namun, bagi orang kaya menahan lapar dan dahaga boleh jadi bukan hal yang biasa. Sebab, mereka mampu memenuhi kebutuhan makan dan minum secara memadai. Dengan menahan lapar dan dahaga sejak terbit fajar (azan Subuh) sampai tenggelam matahari (azan Maghrib), diharapkan mampu melahirkan rasa solidaritas dan kepedulian kepada sesama.  

Karena itulah, Nabi Muhammad SAW bersabda : ”Ramadhan adalah bulan solidaritas (syahrul muwasah), dan bulan ditambahkan rezeki bagi orang beriman ...” (HR al-’Uqaili, Ibnu Khuzaimah, Baihaki, Al-Khatib, dan al-Asbahani). Yakni solidaritas kepada sesama manusia, khususnya mereka yang mengalami kekurangan. 

Di samping itu, berbagi kepada sesama merupakan wujud syukur atas rezeki yang kita terima, Allah akan tambahkan rezekinya dengan jumlah yang lebih banyak (QS Ibrahim: 7). Sehingga tidak perlu khawatir hartanya akan berkurang karena diberikan kepada yang membutuhkan. Inilah yang menjadi salah satu penguat tumbuhnya solidaritas.

Dalam menghadapi wabah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, perasaan solidaritas sangat penting. Tidak hanya dalam ucapan tetapi juga perbuatan nyata.

Bangsa Indonesia juga harus solid dan kuat bergerak bersama melawan pandemi. Solidaritas menunjuk pada kekompakan untuk berbagi dan saling meringankan beban satu sama lain.

Melalui puasa Ramadhan diharapkan solidaritas yang kita miliki kepada sesama manusia akan semakin meningkat. Rasulullah SAW mengingatkan “Tidaklah beriman orang yang merasa kenyang sepanjang malam, sedangkan tetangganya menderita kelaparan.” (HR Thabrani).

Mari jadikan kita Ramadhan yang tinggal beberapa hari ini sebagai bulan solidaritas sosial kepada sesama manusia.

Wallahu a’lam.

 

Dilansir juga dari republika.

Quote