Ikuti Kami

Satyam Eva Jayate di Tahun Vivere Pericoloso

Oleh : Eri Irawan Kader PDI Perjuangan Surabaya / Anggota DPRD

Satyam Eva Jayate di Tahun Vivere Pericoloso
Eri Irawan Kader PDI Perjuangan Surabaya / Anggota DPRD

Surabaya, Gesuri.id - PDI Perjuangan berulang tahun ke-52 pada 10 Januari 2025. Peringatan ulang tahun kali ini menghadirkan epos, narasi tentang semangat untuk tetap tegak berdiri. Epos tentang sebuah partai yang berjuang untuk demokrasi, untuk mempertahankan konstitusi, di tengah zaman yang sulit dan kerap menyerempet bahaya.

Tahun ini, tema hari ulang tahun PDI Perjuangan adalah ”Satyam Eva Jayate, Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam”. ”Satyam Eva Jayate” adalah frasa dalam bahasa Sanskerta yang pada intinya berarti "hanya kebenaranlah yang akan menang" atau ”pada akhirnya kebenaran yang akan menang”.

Dalam jurnalisme, “Satyam Eva Jayate” menegaskan bahwa kebenaran adalah tujuan dari ikhtiar reportase yang dilakukan dengan intensif oleh wartawan. Para jurnalis tidak berpretensi menjadi sumber kebenaran. Namun misi jurnalisme adalah memastikan kebenaran tersiarkan dan pada akhirnya mengalahkan keburukan.

Dalam politik, “Satyam Eva Jayate” adalah sebentuk keyakinan bahwa kebenaran selalu menemukan jalannya sendiri. Kebenaran mungkin akan coba dibunuh, dimatikan, dikubur, sebagaimana yang dilakukan kepada PDI Perjuangan yang begitu konsisten memperjuangkan demokrasi dan mempertahankan konstitusi. Namun sebagaimana air, kebenaran bakal terus mengalir. Bahkan ketika dibendung, ia akan terus bertambah dan menguat sehingga bisa menjadi air bah yang menjebol bendungan paling tebal sekalipun.

Mengapa demikian? Karena kebenaran adalah kehendak rakyat dan bagian dari harmoni semesta. Manusia tidak bisa hidup terus-menerus dengan kebohongan atau kejahatan, karena akan senantiasa menciptakan ketidakseimbangan. Jika sudah demikian, maka kebenaran akan muncul menghantam apapun yang tidak benar.

Namun memastikan kebenaran pada masa sekarang tidaklah mudah. Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Prof Dr (HC) Megawati Soekarnoputri, mengingatkan bahwa kita sedang berada pada masa sulit. Tahun “vivere pericoloso”. Tahun yang menyerempet bahaya.

Partai ini sudah pernah terluka berkali-kali. Sejak rezim Orde Baru. Namun berkali-kali pula PDI Perjuangan bisa bangkit dan memberikan yang terbaik untuk memastikan kebenaran itu menang. Kemenangan hanya soal waktu. Sedangkan kebenaran adalah selamanya.

Kami semua masih ingat kisah hidup Ibu Mega yang terus-menerus dimaknai dengan perjuangan, dengan perlawanan terhadap apa yang tiran, dan pembelaan terhadap mereka yang lemah. Kisah yang menyadarkan banyak orang bahwa demokrasi tidak dihadiahkan begitu saja oleh pemegang kuasa, tapi direbut dan diciptakan dari momentum panjang tak berkesudahan sejak rezim Orde Baru—yang memuncak dalam Kongres Luar Biasa PDI di Sukolilo, Surabaya, 1993.

Sejarah telah mencatat bagaimana Ibu Mega berada di garis depan untuk mengatakan “tidak” dan “cukup” kepada mereka yang merasa bisa menentukan nasib negeri ini. Ibu memimpin kami untuk menghargai kemerdekaan sebagai anugerah dari Tuhan kepada umat manusia, termasuk kemerdekaan untuk bersuara dan berbeda dalam mempertahankan konstitusi dan menjaga demokrasi.

Dalam masa yang penuh tantangan, Ibu Megawati Soekarnoputri selalu berpesan bahwa PDI Perjuangan harus senantiasa bersama rakyat, bermukim di dalam gubuk si miskin, memperjuangkan harapan dan cita-cita mereka. Partai menjadi wadah perjuangan menegakkan janji dan cita-cita kaum marhaen. Itulah kenapa PDI Perjuangan tidak boleh lemah, harus terus bergerak rampak dalam satu barisan.

Pada akhirnya tangis dan tawa adalah momentum yang datang silih-berganti, melewati masa terang dan redup, mewujud dalam persatuan bersama rakyat. Dirgahayu PDI Perjuangan!

Quote