Jakarta, Gesuri.id - Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) yang terjadi sejak awal tahun hingga saat ini cukup membuat guncangan di dalam negeri. Pasalnya, nilai tukar sempat menyentuh level terburuk sejak 1998, yaitu di sekitar Rp 15ribu per dolar AS.
Baca: Andreas: Rupiah Tangguh, Ekonomi Tumbuh di Atas 5 Persen
Namun demikian, pemerintah Jokowi-JK menegaskan bahwa fundamental ekonomi Indonesia sangat kuat dan kondisi saat ini berbeda dibanding saat krisis ekonomi 1998 silam.
Cadangan devisa cukup tinggi, ekonomi tetap tumbuh dan inflasi sangat terjaga. Setidaknya itulah indikatornya.
Politikus PDI Perjuangan sekaligus Komisi XI DPR Fraksi PDI Perjuangan, Andreas Eddy Susetyo, Rabu (12/9), mengatakan menunda proyek infrastruktur yang bernilai impor tinggi dapat membantu mengatasi tekornya rupiah terhadap dolar.
Andreas melanjutkan cara lain yang bisa ditempuh pemerintah adalah dengan mengurangi impor dan menambah suplai dolar.
Solusi lainnya, Ia menambahkan, mengembangkan sektor pariwisata serta memanfaatkan kapasitas nasional untuk ekspor.
Sebelumnya, Andreas mengatakan rupiah sangat kuat di tengah terpaan krisis ekonomi global dan pelemahan mata uang negara-negara dunia lainnya, tak hanya di Indonesia.
Faktanya, ekonomi Indonesia masih bertumbuh, meskipun tidak banyak negara yang bisa bertumbuh diatas 5 persen.
Baca: Ono: Jurus Jitu Kuatkan Rupiah, Genjot Ekspor Pertanian
"Nilai mata uang dibandingkan dengan nilai pembandingnya, kalau selama ini kita tekor dalam bentuk dolar, ya, pasti nilai rupiah kita turun. Jadi selama kita mengalami transaksi berjalan negatif, defisit, ya pasti akan turun," ujar Andreas.