Jakarta, Gesuri.id - Menurut Politisi PDI Perjuangan Armuji, jika di Jakarta meletus Sabtu 27 Juli 1996, di Surabaya terjadi esok harinya, Minggu 28 Juli 1996.
”Saat itu Posko Pandegiling sebagai pusat gerakan ditutup aparat keamanan. Massa waktu itu pindah terkonsentrasi di sekitar Kebun Binatang Surabaya. Kita semua long march melewati Jalan Diponegoro, kemudian diobrak-abrik aparat keamanan,” kata Armuji.
Baca: Sahabat Ganjar Pranowo Rembang Bidik 80 Persen Suara di Pilpres
Para pendukung Promeg banyak yang ditangkap aparat keamanan dan diinterogasi di kantor militer. ”Tapi kita semua tidak takut. Perlawanan terus dilakukan hingga rezim Orde Baru jatuh karena gerakan reformasi. Tidak ada reformasi jika tidak terjadi Kudatuli,” kata Armuji.
Peringatan Kudatuli di kantor DPC PDIP Surabaya didahului dengan pemutaran film dokumenter yang diproduksi Badan Sejarah Indonesia milik DPP PDI Perjuangan. Berisi cuplikan-cuplikan video dan testimoni dari para pelaku dan pengamat yang menjelaskan setting peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996.
Baca: Ganjar Siap Dorong Inovasi & Kreasi Yang Diciptakan Masyarakat
Para kader banteng Surabaya duduk lesehan di karpet merah sambil menikmati ketela dan kacang rebus. Berlangsung akrab dan gayeng.
”Kita sekarang tinggal merawat dan melanjutkan perjuangan para senior pendahulu kita. Kita jaga Surabaya sebagai basis penting PDI Perjuangan,” kata Armuji.