Jakarta, Gesuri.id - Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat, mengatakan sebagai pengguna medsos yang bijak, janganlah opini justru menimbulkan disrupsi pada kebhinnekaan, menimbulkan ancaman pada persatuan bangsa dan bahkan semakin menciptakan polarisasi masyarakat yang semakin melebar.
"Kita sebagai kader PDI Perjuangan harus menyadari bahwa medsos sebagai sarana penyampaian pesan politik, seharusnya memanfaatkan teknologi ini sebagai media pendidikan politik yang sehat kepada masyarakat," Kata Djarot acara pelatihan influencer pengurus partai tingkat DPD dan DPC seluruh Indonesia di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Jalan Raya Lenteng Agung No.99 Jakarta Selatan, Jum'at, (17/3).
"Masalah kebhinnekaan mengarah ke separatisme dan rasisme yang muncul merupakan tantangan persaudaraan bangsa. Lalu Fanatisme absolut terhadap keseragaman yang berbeda dengan keberagamaan, solidaritas gerakan masyarakat mengarah kepada kelompok sendiri menciptakan dikotomi antara golongan," tandasnya.
Baca: BAMUSI Indramayu Gelar Peringatan Isra Mi'raj & Sambut Ramadan
Selain itu, mengatasnamakan kebebasan yang berlebihan dapat memicu perpecahan dan ketegangan masyarakat yang multikultural. Berita bohong mudah tersebar untuk mempengaruhi opini dan perilaku publik.
Menurutnya, konflik dunia maya dapat berkembang menjadi konflik SARA yang nyata, muncul aksi-aksi yang menggalang solidaritas kelompok tertentu, melawan kelompok lain.
"Benturan antar-peradaban dan agama akan menjadi penyebab sebuah konflik. Konflik sosial melalui isu etnik ataupun agama dalam hubungan antar masyarakat, nasional maupun global," katanya.
Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa harus menyadarkan kembali bahwa Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia Kebhinekaan merupakan kekayaan filosofi masyarakat.
Djarot mengungkapkan, saat ini rata-rata orang Indonesia menggunakan internet selama 7 jam 42 menit setiap harinya.
Tantangan Bangsa Indonesia di Era Internet of Things menurut Djarot, berkaitan dengan masalah separatisme, fanatisme, dan berita bohong (hoaks) benturan-benturan agama.
Dalam penguatan akar ideologi, Djarot mengatakan, setiap Kader harus memiliki pemahaman dan kesadaran ideologi, memiliki pengetahuan, pengabdian, kesadaran politik, memiliki kesadaran berpartai, kesadaran lingkungan dan sosial, dan budipekerti yang tinggi.
"Juga harus memiliki kesadaran untuk menyelesaikan masalah pokok rakyat, memiliki kesadaran untuk menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi terapan, dan menjadikan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk diabdikan kepada Partai," tuturnya.
Menurutnya, kader PDI Perjuangan harus memahami tiga perspektif utama yaitu historis atau kesejarahan PDI Perjuangan, Ideologis, dan kerakyatan.
Baca: Ini Cara Unik Rudianto Tjen Dalam Merajut Keakraban Masyarakat
"Historis atau kesejarahan, sejatinya PDI Perjuangan merupakan partai yang berakar dari rakyat dan ada sejak Bung Karno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang berjuang untuk Kemerdekaan Republik Indonesia. Pespektif historis ini penting bahwa PDI Perjuangan bukan partai kemarin sore, partai ini masih tetap ada sampai sekarang karena dukungan rakyat," ujarnya.
Lalu Ideologis, di mana Bung Karno telah merumuskan Pancasila sebagai falsafah dasar yang digali dari rakyat sendiri. Ideologi Pancasila merupakan ideologi bangsa yang menjadi landasan untuk merancang kebijakan agar rakyat Indonesia dapat hidup lebih baik, anaknya cerdas, menguasai ilmu pengetahuan, dan teknologi.
"Lalu kerakyatan, kader muda PDI Perjuangan wajib mengobarkan semangat kerakyatan. Semua harus mengingat bahwa PDI Perjuangan bisa menang dua kali berturut-turut di dua pemilu terakhir, karena dukungan rakyat dan bertekad mencatatkan rekor menang hattrick pemilu berturut-turut pertama semenjak reformasi," tutupnya.