Jakarta, Gesuri.id - Kongres V PDI Perjuangan akan digelar di Bali, 8-10 Agustus 2019. Ini bukan kali pertama Partai Banteng menyelenggarakan kongres di Pulau Dewata.
Dari empat kali kongres yang digelar dalam sejarah PDI Perjuangan, tiga kongres diantaranya digelar di Bali, yakni Kongres II, III dan IV. Jadi, kongres PDI Perjuangan sering dilaksanakan di Bali.
Baca: Kongres V PDI Perjuangan Kukuhkan Kepemimpinan Megawati
Mengapa Bali? Kebetulankah? Atau ada alasan tertentu?
Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari mengatakan Bali merupakan basis PDI Perjuangan.
"Jadi bila kongres di Bali, PDI Perjuangan seperti berada di rumah sendiri," kata Eva kepada Gesuri, baru-baru ini.
Bali memang merupakan basis PDI Perjuangan. Hasil Pemilihan legislatif (Pileg) 2019 menunjukkan, PDI Perjuangan mendominasi perolehan suara di Pulau itu.
Hasil rekapitulasi KPU mencatat PDI Perjuangan sukses meraup 1.257.590 suara. Sedangkan Partai Golkar yang ada di posisi kedua hanya mampu meraih 382.607 suara.
Sedangkan untuk Pemilihan Presiden (Pilpres), pasangan capres-cawapres yang diusung PDI Perjuangan, Jokowi-Ma'ruf menang telak dengan meraih 92 persen suara.
Jadi, secara faktual, Bali memang basis PDI Perjuangan. Dan hal itu bukan hanya gambaran Bali di masa kini.
Dalam sejarahnya, Bali bisa dikatakan pulau yang didominasi para pendukung Soekarno atau kaum Soekarnois.
Partai Nasional Indonesia (PNI), partai yang didirikan oleh Soekarno, menjadi partai pemenang Pemilu 1955 di Bali.
Baca: Menanti Janji Penuntasan Kasus Kudatuli
PNI pun dominan di Bali selama era Pemerintahan Presiden Soekarno. Golongan bangsawan, pemuka masyarakat hingga masyarakat akar rumput di Bali pada umumnya adalah pendukung PNI.
Maka tak heran apabila di era reformasi, PDI Perjuangan sebagai partai yang dipandang 'reinkarnasi' PNI dan pewaris ideologi Soekarno, menggantikan PNI dalam mendominasi Bali. Apalagi, PNI memang telah berfusi ke tubuh PDI (yang kemudian menjelma menjadi PDI Perjuangan) bersama empat partai lainnya pada 1973.
Jadi, dominannya PDI Perjuangan di Bali tak terlepas dari loyalitas masyarakat Bali terhadap figur Soekarno. Lalu, mengapa masyarakat Bali sangat setia pada Soekarno?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan loyalitas itu muncul.
Pertama, Bali merupakan tempat leluhur Soekarno.
"Bali punya sejarah dengan keluarga Soekarno," ujar kader PDI Perjuangan Maeda Yoppy.
Baca: Ketua DPC PDI Perjuangan Bangka, Syahbudin Tetap Rendah Hati
Ya, ibunda Soekarno, Ida Nyoman Rai atau Idayu merupakan wanita asal Buleleng, Bali. Ida Ayu Nyoman Rai lahir pada 1881 di Buleleng, Bali, sebagai anak kedua dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran.
Bahkan, leluhur Soekarno yang merupakan keturunan raja Singaraja turut berperang melawan Belanda dalam perang Puputan. Hal itu dikatakan Soekarno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams.
"Kakek moyangku merupakan pejuang kemerdekaan yang penuh semangat. Moyangku gugur dalam perang Puputan, suatu daerah di pantai utara Bali. Di situ terjadi pertempuran sengit melawan penjajah," kata Soekarno.
Kedua, Soekarno berperan besar agar Hindu Bali diakui sebagai agama oleh negara.
Soekarno mendukung petisi warga Bali pada 1958 yang menuntut pembentukan seksi Hindu-Bali dalam Departemen Agama. Pada 1 Januari 1959, Pemerintahan Presiden Soekarno membentuk Bagian Urusan Hindu Bali dalam Departemen Agama.
Baca: DPD PDI Perjuangan Jakarta Gelar Konfercab
Pada 1963, Biro tersebut berganti nama menjadi Biro Urusan Agama Hindu Bali. Hal itu menandakan bahwa Hindu Bali merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia.
Dan ketiga, Soekarno memiliki andil dalam menjadikan Bali sebagai Provinsi sendiri yang terpisah dari Sunda Kecil di tahun 1958.
Ketiga faktor itulah yang menyebabkan masyarakat Bali setia pada Soekarno hingga kini. Maka tak heran pula apabila sebagai partai pewaris ideologi Soekarno, PDI Perjuangan merasa Bali seperti "rumahnya sendiri".