Ikuti Kami

Hasto: HUT RI di Lapangan Banteng, Refleksikan Bung Karno

Pada 17 Agustus 1963 Bung Karno resmikan Patung Pembebasan, sosok Pemuda kekar, berotot, mampu patahkan imperiallisme dan kolonialisme.

Hasto: HUT RI di Lapangan Banteng, Refleksikan Bung Karno
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memimpin upacara detik-detik pembacaan Proklamasi Kemerdekaan RI ke-75 yang diselenggarakan PDI Perjuangan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Senin (17/8). Para kader banteng hadir dengan warna-warni pakaian adat Nusantara. (Foto: gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Jakarta, Gesuri.id - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri berpesan bahwa peringatan hari kemerdekaan RI ke-75 yang dilaksanakan di Lapangan Banteng pada hari ini, Senin (17/8), menjadi saksi sejarah bagaimana Bung Karno Proklamator dan Bapak Bangsa Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1963 meresmikan Patung Pembebasan, yang digambarkan dalam sosok Pemuda Indonesia yang kekar, berotot, dan kekuatannya mampu mematahkan mata rantai imperiallisme dan kolonialisme. 

Baca: Keberagaman, PDI Perjuangan Rayakan HUT RI Berbusana Adat

Pemuda gagah tersebut dengan nasionalisme yang menyala-nyala memekikkan salam merdeka, merdeka dari perbudakan, merdeka dari penjajahan.

Untuk itu, lanjut Hasto, semangat dan energi pembebasan itulah yang harus diwarisi oleh generasi saat ini.

Hasto menjelaskan semangat pembebasan itu nampak dari kehadiran sosok pemuda tegap, yang modelnya diperankan sendiri oleh Bung Karno. 

"Ketika itu, setelah beberapa kali dilakukan koreksi atas desain patung tersebut dan bagi sosok Bung Karno sebagai Sang Arsitek Kemerdekaan Indonesia, Beliau tidak puas dengan rancangan yang ada. Maka Bung Karno sendirilah yang tampil dan menjadi model hadirnya sosok pemuda pembebas yang mampu mematahkan mata rantai penjajahan, dan bergabunglah Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi. Dengan bergabungnya Irian Barat menjadi satu kesatuan wilayah tanah air Indonesia, maka genaplah wilayah Indonesia yang terletak diantara dua benua dan dua samudera, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga ke Rote," ulasnya.

Lebih lanjut Hasto mengatakan jauh sebelum Indonesia Merdeka, Bung Karno telah memikirkan bagaimana kemerdekaan Indonesia dapat berdiri kokoh di atas falsafah bangsa yang benar-benar khas Indonesia. 

Baca: Sekjen Hasto: Kunci Atasi Pandemi, Gelorakan Gotong Royong 

Ia menegaskan Pancasila adalah falsafah bangsa itu. Pancasila tidak hanya sebagai sintesa dari seluruh nilai-nilai peradaban yang telah masuk, bersemi, dan mendarah daging dalam sanubarinya bangsa. Pancasila tidak hanya sebagai meja statis dimana Indonesia di bangun. Pancasila sekaligus hadir sebagai leidstar dinamis dimana cita-cita membangun persaudaraan dunia yang berdiri di atas tatanan dunia baru yang bebas dari imperialisme dan kolonialisme terus dikumandangkan. 

Maka, kata Hasto, jika PDI Perjuangan dalam kesadaran sejarahnya terus menggelorakan semangat Indonesia untuk dunia, hal itu bukanlah tanpa alasan. 

Hasto membeberkan alasannya, pertama, Indonesia terbukti berhasil menelopori KAA 1955 yang diikuti dengan Gerakan Non Blok hingga melahirkan Conference of the New Emerging Forces. Thesis Bung Karno pada tahun 1945  bahwa kapitalisme selalu menciptakan krisis dan suatu saat Eropa Barat dan Amerika Serikat akan mengalami krisis ekonomi bersamaan telah terbukti pada tahun 2008 yang lalu.

Kedua, gagasan melakukan reformasi PBB dan usulan agar piagam PBB diganti dengan Pancasila tetap relevan. Mengapa? Pancasila mengandung falsafah ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan atau persatuan, musyawarah atau deliberative democrasy, dan keadilan sosial. Landasan falsafah tersebut selalu relevan, terlebih dalam realitas kehidupan antar bangsa yang diwarnai oleh ketidakadilan; penjajahan di berbagai aspek kehidupan; terorisme; krisis di Timur Tengah, Afganistan, dan juga ketegangan di Laut China Selatan. Dunia memerlukan direction. Dunia memerlukan paradigma baru agar terhindar dari krisis, terlebih krisis yang bertentangan dengan cita-cita kemanusiaan. Paradigma baru tersebut adalah Pancasila sebagai ideologi dunia. 

Ketiga, bahwa tugas sejarah agar Indonesia menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa Asia Afrika hingga ke Amerika latin, dan selanjutnya mewarnai peradaban dunia, adalah tugas yang harus kita tunaiikan.

"Di Tugu Pembebas inilah sekai lagi, kita diingatkan tugas dari kemerdekaan Indonesia itu. Bahwa Indonesia dan dunia saat ini masih dihadapkan pada rantai belenggu ketidak-adilan dan sekaligus bagaimana tanggung jawab Indonesia bagi umat manusia," ungkapnya.

Baca: Hasto: Isi Kemerdekaan, Pemuda Harus Kuasai Iptek & Riset

Dengan demikian, kata Hasto, guna menjalankan misi kemerdekaan Indonesia bagi dunia, PDI Perjuangan mendukung sepenuhnya upaya Presiden Jokowi dan KH Maruf Amin agar tercapailah cita-cita Indonesia yang maju, berdaulat, berdikari dan dalam jati diri kebudayaan Bangsa ini sendiri.

"Tugas kitalah sebagai Partai Politik untuk terus menggelorakan optimisme, khususnya kepada para pemuda pemudi Indonesia. Kepada merekalah semangat juang itu terus kita gelorakan. Untuk itu, himbauan Ibu megawati Soekarnoputri agar kaum muda Indonesia menguasai ilmu-ilmu dasar, matematika, biologi, kimia dan fisika harus terus kita sosialisasikan. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, melalui berbagai bentuk research dan inovasi harus menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia," ujarnya.

Kebudayaan Indonesia, jelas Hasto, harus menjadi stimulus upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Seluruh proses pendidikan harus memerdekakan dan memerkuat budi pekerti serta mendorong budaya prestasi. 

Ia mencontohkan sistem pendidikan nasional sebagai upaya memerdekakan manusia Indonesia dalam seluruh alam pikirnya, harus diimbangi dengan alam rasa, yang menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya nation and character building. 

"Disitulah disiplin dan energi semangat itu akan hadir. Tanpa suatu motive, suatu spirit yang berkobar-kobar sebagai  buah kesadaran untuk menjadi bangsa pemimpin, maka Indonesia hanya akan berjalan di tempat. Spirit kepemimpinan Indonesia tsb sangatlah mungkin. Sebab rekam jejak sejarah Nusantara dan sejarah Indonesia, mampu memerkuat keyakinan tersebut," jelasnya.

Atas dasar hal tersebut, Hasto menambahkan maka sesuai pesan Ibu Megawati Soekarnoputri agar seluruh anggota dan kader PDI Perjuangan terus kedepankan semangat kepeloporan. 

Sebagai contoh, kepeloporan dimulai dari rumah tangga, lingkungan terdekat kota seperti RT dan RW. 

"Sekiranya seluruh kader Partai mampu menggelorakan optimisme itu dan membangun semangat berprestasi; membangun disiplin unruk terus membawa kemajuan, maka gerakan Indonesia Maju akan menjadi bagian dari gerakan kebudayaan kita. Disitulah PDI Perjuangan memberi makna 75 tahun kemerdekaan Indonesia, yakni suatu semangat kemajuan dalam suluruh aspek kehidupan," ungkapnya.

Hasto mengingatkan optimisme untuk membawa kemajuan itulah yang membuat Indonesia dapat survive. 

"Demikian halnya di tengah pandemi ini. Dengan segala keterbatasan, kita dapat menggelorakan semangat kemerdekaan itu," ia meyakinkan.

Baca: Hasto: Tugu Lapangan Banteng Pengingat Lepaskan Penindasan!

Pandemi, jelas Hasto, bisa diatasi dengan cara gotong royong, bahu membahu dalam situasi yang sulit ini. Seluruh tiga pilar Partai diwajibkan untuk menggelorakan semangat gotong royong tersebut yaitu kedepankan program realokasi anggaran untuk rakyat, perkuat imunitas tubuh dan dengan penuh kedisiplinan menerapkan protokol pencegahan Covid.

Diluar hal itu, Hasto mengatakan seluruh tiga pilar Partai wajib mengedepankan program padat karya, mendorong gerakan menanam tanaman yang bisa dimakan guna mencegah krisis pangan.

Dengan demikian, Sekjen PDI Perjuangan itu menekankan semangat berdikari dan percaya pada kekuatan sendiri harus dikedepankan, sehingga dalam situasi pandemi ini sangatlan relevan mengingat pesan Bapak Bangsa Bung Karno bahwa di dalam menghadapi berbagai kesulitan maka persatuan dengan rakyat adalah hal terbaik. 

"Dirgahayu kemerdekaan RI ke 75. Semoga kita menjadi bangsa yang berani meletakkan nasib bangsa dan tanah air di tangan kita sendiri. Sebab hanya bangsa yang berani meletakkan nasib bangsa dan tanah air di tangan kita sendiri, akan berdiri dengan kuatnya. Itulah pesan Bapak Bangsa kita. Sekali Merdeka Tetap Merdeka!!! Jayalah Indonesia Raya. Merdeka!!!," pekiknya mengakhiri.

Quote