Jakarta, Gesuri.id - Kabar tentang rencana pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, ramai diperbincangkan.
Rencana pertemuan Prabowo dan Megawati ini kembali mencuat setelah keduanya tidak jadi bertemu pada Oktober 2024.
Kali ini, kabar pertemuan Prabowo-Megawati dikemukakan oleh politikus senior PDI Perjuangan, Sidarto Danusubroto.
Sidarto mengatakan, ia mendapat pesan dari orang kepercayaan Prabowo yang mengajak Megawati untuk menggelar pertemuan.
Pesan tersebut kemudian diteruskan secara langsung kepada Megawati saat perayaan HUT ke-52 PDI Perjuangan di Jakarta, Jumat (10/1/2025).
“Saya, kan, membisikkan (pesan itu), dan didengar oleh dua-duanya (Megawati dan Puan). Tetapi, karena konsentrasi Mbak Mega pada acara itu ya, jadi lalu yang mengulang (pesan) itu adalah Mbak Puan,” ujar Sidarto dikutip dari Kompas.id, Rabu (15/1/2025).
Lalu siapa Sidarto Danusubroto Sidarto yang menjadi jembatan komunikasi antara Prabowo dan Megawati itu?
Dia ternyata adalah ajudan Presiden pertama RI, Soekarno.
Ia menjadi saksi ketika masa kepemimpinan Soekarno hendak berakhir setelah terbitnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Selain itu, Sidarto juga dikenal sebagai sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2019-2024.
Dilansir dari laman resmi Wantimpres, Sidarto lahir di Pandeglang, Banten pada 11 Juni 1936.
Ia memiliki latar belakang pendidikan di Interpol Academy, Washington DC, Amerika Serikat (AS) pada 1964.
Pada tahun yang sama, Sidarto juga menjalani pendidikan di Special Army Warfare School, Ft Bragg, AS.
Pendidikannya berlanjut di Instructor School, US Naval Training School, Norfolk, AS pada 1965.
Sidarto kemudian menempuh pendidikan di Seskogab ABRI, Bandung pada 1977 dan Seskopol, Lembang pada 1970.
Dari Seskogab ABRI, ia menyandang pangkat Kolonel Polisi, sementara pangkat yang diperoleh dari Seskopol adalah Letnan Kolonel Polisi.
Selain riwayat pendidikannya yang mentereng, Sidarto pernah menduduki sejumlah jabatan, baik di lingkup kepolisian, Istana, maupun politik.
Ia mengawali kariernya di kepolisian sebagai ajudan Presiden Soekarno pada 1967-1968.
Setelah itu, Sidarto ditunjuk menjadi Kapolres Tangerang pada 1974-1975 dan Kepala Dinas Penerangan Polri pada 1975-1976.
Perjalanan kariernya berlanjut sebagai Kepala Badan Kerjasama Internasional Kepolisian pada 1976-1982.
Pada saat itu, Sidarto menyandang pangkat sebagai kolonel polisi. Sidarto kemudian ditunjuk menjadi Kepala Staf Komapta Polri pada 1982-1985 dan Wakapolda Jawa Barat pada 1985-1986.
Tidak lama setelahnya, ia diberikan tugas baru sebagai Kapolda Sumatera Bagian Selatan pada 1986-1988 dan Kapolda Jawa Barat pada 1988-1991.
Setelah malang-melintang di Korps Bhayangkara, Sidarto bergabung dengan Komisi Hukum DPR pada 1999-2004.
Kariernya berlanjut sebagai Wakil Ketua Komisi I DPR yang membidangi pertahanan dan luar negeri pada 2004-2009.
Kemudian, ia ditunjuk menjadi Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-parlemen DPR pada 2009-2013.
Pada 2013-2014, ia ditunjuk menjadi Ketua MPR menggantikan Taufiq Kiemas yang meninggal dunia.
Sidarto mengemban tugas sebagai Ketua MPR ketika masih menjabat sebagai Ketua DPP PDI-Perjuangan bidang Kehormatan Partai.
Setelah itu, ia terpilih sebagai anggota Wantimpres periode 2015-2019 dan 2019-2024.
Sumber: jogja.tribunnews.com