Padang, Gesuri.id - PDI Perjuangan menunjukan sikap ksatria saat menggelar konferensi daerah (Konferda) dan konferensi cabang (Konfercab) di Provinsi Sumatra Barat.
Seperti diketahui, partai berlambang banteng moncong putih itu mengalami penurunan suara di tanah kelahiran Tan Malaka, meskipun di tingkat pusat PDI Perjuangan merupakan paetai pemenang Pemilu 2019.
Baca: Konferda dan Konfercab di Provinsi Kepulauan Babel Digelar
Meskipun demikian, PDI Perjuangan menunjukkan kebesaran hatinya dengan tetap menunjukkan semangat persaudaraan yang tinggi terhadap parpol lainnya yang menjadi kompetitor.
Dalam konferensi cabang (konfercab) dan konferensi daerah (Konferda) di Propinsi Sumatera Barat, PDI Perjuangan mengundang para petinggi partai politik setempat. Catat saja hadir Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang merupakan kader PKS, Wakil Gubernur Nasrul Abit yang merupakan Ketua DPD Gerindra, Mulyadi yang merupakan Ketua Partai Demokrat, Musmaizer Datuak Kamuak dari Nasdem, dan Ketua PSI Sumbar Ari Prima.
Walau suaranya menurun dan kehilangan kursi Parlemen yang lumayan signifikan, PDI Perjuangan menunjukkan kebesaran hatinya dengan tetap menunjukkan semangat persaudaraan yang tinggi terhadap parpol lainnya yang menjadi kompetitor.
Tak mau kalah, Sekretaris DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, yang hadir dalam acara tersebut pun membuat dua buah pantun untuk Irwan dan hadirin yang ada di ruangan. Lebih dari seribu kader PDI Perjuangan dari seluruh Sumbar hadir di acara itu. Hasto juga ikut mengajak Irwan untuk memukul gong tanda acara konferda itu dimulai.
"Ini mencerminkan semangat ke-Indonesia-an kita dengan gotong royong untuk kemajuan bersama," kata Hasto, Minggu (28/7).
Dari jajaran pengurus pusat, Hasto yang hadir mewakili Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri itu juga tampak didampingi oleh Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Ahmad Basarah.
Ketua DPD PDI Perjuangan Sumbar, Alex Indra Lukman, bahkan melakukan sesuatu yang tampaknya belum pernah dilakukan elite politik di Indonesia setelah pemilu 2019. Yakni menyelamati partai politik pemenang. Alex justru memberikan selamat kepada Partai Gerindra yang menjadi pemenang pemilu di Sumatera Barat (Sumbar). Dia menyampaikannya secara terbuka di hadapan Nasrul Abit yang merupakan Ketua Gerindra Sumbar.
"Selamat pak ketua atas kemenangan Gerindra di pemilu di Sumatera Barat," ujar Alex yang disambut riuh tepuk tangan dari para kader PDI Perjuangan yang hadir di ruangan itu.
"Pemilunya sudah usai. Kini saatnya kita sama-sama bersilaturahim," tambah Alex yang kembali disambut tepuk tangan.
Hasto lalu berbicara mengenai sejarah perjuangan PDI Perjuangan yang telah dimulai sejak era Bung Karno. Dia memulainya dengan menekankan bahwa karena alasan politik kekuasaan, ada yang memfitnah partainya seolah-olah tak ramah dengan Islam.
Padahal, PDI Perjuangan punya organ bernama Baitul Muslimin Indonesia yang bervisi mewujudkan Islam Nusantara yang Berkemajuan untuk Indonesia Raya.
Selain itu, lanjut Hasto, Bung Karno banyak belajar dari pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan soal 'Islam is a progress', atau Islam yang berkemajuan.
"Dari semangat itu pula Bung Karno menyerap apinya Islam. Kata Bung Karno, jika dadanya dibelah yang ada adalah hatinya Islam. Jadi kalau ada yang memfitnah, berarti mereka tak mau bersaing secara sehat," kata Hasto. Dipaparkannya juga, Bung Karno juga dekat dengan Nahdlatul Ulama (NU).
Hasto pun menceritakan bagaimana Bung Karno mendorong pembangunan Mesjid Biru di belahan bumi paling utara. Bahkan sebagai syarat bersedia datang ke Uni Soviet, Bung Karno menginisiasi pencarian dan kini kehadiran makam Imam Al Bukhori.
Baca: Hadiri Konferda dan Konfercab, Cornelis Ungkap Hal Ini
Rekam jejak Bung Karno itu juga diikuti oleh putrinya, Megawati Soekarnoputri. Hasto menceritakan perbincangan Megawati dengan tokoh Afrika Selatan Nelson Mandela, yang membuka rahasia bahwa inspirasi perjuangannya adalah Dasasila Bandung serta ketokohan Mohammad Syekh Yusuf.
"Maka Bu Mega mengatakan jangan hanya Bung Karno yang jadi pahlawan kemerdekaan Afrika Selatan, tapi Mohammad Syekh Yusuf juga. Maka Bu Mega membuat masjid di bumi paling selatan," kata Hasto.
"Jadi kalau Bung Karno membangun masjid di belahan bumi paling utara maka Ibu Mega di bumi paling selatan." Tutupnya.