Ikuti Kami

Lebih Dekat dengan "Kamar Suci" Bung Karno di Lokasi Kongres

Kamar 327 dipercaya sebagai tempat “persinggahan” Presiden pertama RI Soekarno.

Lebih Dekat dengan
Kamar 327 di Hotel Grand Inna Beach, Bali menjadi Kamar Suci Bung Karno di lokasi Kongres Nasional V PDI Perjuangan.

Sanur, Gesuri.id - Hotel Grand Inna Bali Beach yang terletak di Pantai, Sanur, Denpasar Selatan merupakan salah satu hotel bersejarah di Bali yang mempunyai "keterikatan" dengan PDI Perjuangan. Hotel tersebut adalah hotel bintang 5 pertama di Bali yang diresmikan langsung oleh Presiden Pertama RI, Ir Soekarno, pada 1963.

Dalam sambutan pembukaan Kongres Nasional V PDI Perjuangan yang mengambil tempat di hotel tersebut, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sempat menyebutkan bahwa Presiden pertama RI Soekarno 'hadir' dalam acara tersebut.

Baca: Kongres V, Penegasan Trisakti Landasan PDI Perjuangan

Megawati kemudian menanyakan kepada audiens percaya atau tidak bahwa Bung Karno 'hadir'. Megawati tidak menjelaskan lebih lanjut tentang 'kehadiran' Bung Karno itu.

Untuk diketahui, hotel telah berusia 53 tahun ini memiliki dua kamar yang sangat istimewa yakni kamar 327 dan 2401.

Bahkan, kamar tersebut mendapat sebutan khusus yang juga diberikan pihak hotel: 'Kamar Suci'.

Bukan tanpa alasan predikat Kamar Suci melekat di kamar 327 dan 2401 di Hotel Grand Inna Bali Beach. Sejarahnya, kedua kamar itu menjadi dua ruangan yang selamat dari kobaran api kala kebakaran besar melanda Grand Inna Bali Beach 1993 silam.

Ketika itu, kebakaran menghabiskan seluruh isi hotel hingga pohon-pohon kelapa disekitarnya. Namun, besarnya amukan api tak membakar satu bagian pun kamar 327 dan 2401.

Jangan harap tamu hotel bisa menyewa kedua kamar itu untuk bermalam. Berapapun uang yang ditawarkan, pihak hotel tak akan menyewakan kamar itu kepada masyarakat umum. Larangan tersebut berlaku sepanjang hari, tanpa mengenal puncak musim liburan atau masa-masa sepinya kunjungan wisatawan. Meski tak pernah dikunjungi dan ditempati tamu hotel, namun kedua kamar itu masih terawat dengan baik hingga saat ini.

Seperti dilansir Bisnis.com, menurut pengurus kamar 327 sejak dulu, Anak Agung Okawati, kamar ini dipercaya sebagai tempat “persinggahan” Presiden pertama RI Soekarno.

Sementara, kamar 2401 adalah lokasi “persinggahan” Kanjeng Ratu Ayu Pantai Selatan Ratu Kidul.

Kepercayaan itu muncul setelah peristiwa kebakaran 1993 yang tidak menghancurkan sama sekali isi kedua kamar ini. Sejak saat itu, pengelola hotel menutup akses masyarakat menyewa kedua ruangan tersebut.

Tak sulit sebenarnya bagi masyarakat jika ingin melihat isi kedua kamar yang dianggap suci ini.

Bagi masyarakat yang bukan tamu hotel Grand Inna Bali, kunjungan ke dua Kamar Suci bisa dilakukan setiap Kamis pukul 17.00-21.00 WITA.

Kunjungan ke Kamar Suci dibatasi waktu maksimal 30 menit. Pada setiap kunjungan, maksimal 4 orang bisa masuk bersamaan ke kamar ini.

Para pengunjung dilarang mengambil gambar dan mengenakan alas kaki saat berada di ruangan. Mereka juga akan dipandu selama berada di kedua kamar ini.

Memasuki ruangan, terlihat bentangan karpet hijau menutupi kamar. Setelah itu, ada 2 kasur kecil dipisahkan meja yang diatasnya terdapat dua buah telepon, lampu, dan dupa.

Kedua kasur itu menghadap langsung ke lemari kayu yang berisi televisi. Di atas lemari itu terdapat beragam dupa, sesajen, serta foto-foto dan lukisan Sukarno.

Hampir seluruh dinding Kamar Suci ditutupi gambar Sukarno, foto diri sang proklamator, hingga lukisan Ratu Pantai Selatan. Namun, ramainya lukisan yang terpajang tak bisa menutupi jejak sisa-sisa dampak kebakaran 1993.

“Waktu kebakaran itu kamar ini gelap, kena asap dari luar. Tapi nggak ada yang terbakar, bahkan gorden pun tidak. Akhirnya direnovasi hanya dibersihkan temboknya, lalu dibiarkan begini ruangannya hingga sekarang,” tutur Okawati, Jumat (9/8).

Saat berada di Kamar Suci, aroma dupa tercium begitu menyengat. Kamar Suci juga memiliki pemandangan yang bagus karena berada di lantai 3 hotel, dan punya balkon luas menghadap pantai.

Menurut Okawati, selama ini banyak tokoh dan politikus yang pernah datang ke Kamar Suci. Salah satu politikus yang kerap berkunjung ke sana adalah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Okawati mengatakan, Megawati biasanya datang ke Kamar Suci sekitar pukul 24.00 WITA. Presiden kelima RI ini disebut kerap menghabiskan waktu sekitar setengah jam di sana, sebelum keluar dan kembali ke kediamannya di Bali.

Keberadaan Kamar Suci di Hotel Grand Inna Beach rupanya juga berdampak pada PDI Perjuangan, partai yang dipimpin Megawati. Alasannya, kamar itu disebut-sebut sebagai salah satu alasan mengapa PDIP tak pernah memindahkan lokasi Kongres Nasional sejak 2005.

Ketua Steering Committee Kongres V PDIP Djarot Saiful Hidayat mengakui hal itu. Menurutnya, Hotel Grand Inna memiliki banyak sejarah dan “ikatan” dengan PDI Perjuangan.

Dia bercerita, ada alasan historis dan kultural yang menyebabkan PDI Perjuangan selalu menggelar Kongres Nasional di Bali. Dari segi historis, Bali merupakan wilayah dideklarasikannya pergantian nama PDI menjadi PDI Perjuangan jelang pemilu 1999.

Setelah deklarasi pergantian nama di Bali, Kongres Nasional I PDI Perjuangan diselenggarakan di Semarang. Kemudian, Kongres II-V PDIP digelar setiap 5 tahun sekali di Hotel Grand Inna Beach.

Baca: Megawati Ungkap Alasan Percepat Kongres V

Bali, khususnya Hotel Grand Inna Beach, juga menjadi istimewa bagi PDI Perjuangan karena menjadi bangunan yang diinisiasi pembangunannya oleh Sukarno. Hotel ini juga hingga saat ini menjadi satu-satunya bangunan yang diizinkan memiliki 9 lantai di Bali.

"Makanya PDI Perjuangan tak bisa dilepaskan dari Bali. Ingat, pascareformasi PDI Perjuangan ada rapat besar di sini, di lapangan dekat sini deklarasi PDI berubah jadi PDI Perjuangan," kata Djarot, Sabtu (10/8).

Dari segi kultural, Bali kerap dipilih menjadi lokasi Kongres Nasional PDI Perjuangan karena budaya di sana dianggap sangat dirawat. Djarot menyontohkan, banyak anak-anak dan generasi muda di Bali yang sudah didik untuk bisa menari dan memahat sejak dini.

Quote