Jakarta, Gesuri.id - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengungkapkan kerinduannya saat menjadi saksi dalam perdebatan peristiwa bersejarah. Menurutnya perdebatan para pemimpin bangsa itu penuh martabat, saling menghormati, rasional dan penuh belarasa.
"Saya rindu perdebatan argumentatif para pemimpin bangsa, seperti yang saya saksikan, saya ikuti, dan saya catat langsung, antara tokoh-tokoh pelopor GNB (Gerakan Non-Blok)," ujarnya saat memberikan sambutan di pembukaan pameran "Arsip Konferensi Asia Afrika" dan peluncuran buku "Pidato 29 Pemimpin Asia Afrika di Konferensi Asia Afrika 1955" di Auditorium LIPI, Jakarta, Selasa (17/4).
Baca: Megawati Membuka Pameran Arsip KAA
Presiden ke-5 RI saat peristiwa bersejarah itu terjadi merupakan delegasi termuda. Setidaknya tiga peristiwa penting dalam sejarah peradaban manusia yang langsung disaksikan Megawati.
Saat berusia 8 tahun, Megawati ikut menghadiri Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955. Megawati saat berusia 13 tahun menyaksikan pidato ayahnya, Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia di PBB tahun 1960. Setahun kemudian saat berusia 14 tahun, Megawati ikut juga menyaksikan Gerakan Non-Blok (GNB) pertama yang diadakan di Beograd pada 1961.
Baca: Megawati Ingatkan Pengaruh Pemikiran Bung Karno Bagi Dunia
"Saya adalah delegasi termuda. Masih terekam jelas dalam ingatan, bagaimana peristiwa itu terjadi, yang juga membentuk karakter saya dalam berpolitik," ungkapnya.
Menurut Megawati, pidato Bung Karno di KAA, PBB, dan GNB adalah satu kesatuan.
"Jadi, ketika arsip KAA diakui sebagai 'Memory of The World' oleh UNESCO, maka arsip pidato di PBB dan GNB pun sangat layak untuk menjadi 'Memory of The World'," ucapnya.
Megawati berharap, masyarakat dapat menengok dan mau belajar dari sejarah. Bukan hanya Indonesia, tetapi juga dunia.