Ikuti Kami

PDI Perjuangan, Tantangan Perubahan Identitas Dari Wong Cilik ke Kalangan Profesional

Ideologi PDI Perjuangan tetap fokus pada keberpihakan kepada wong cilik, terlepas dari status sosial atau latar belakang ekonomi kader

PDI Perjuangan, Tantangan Perubahan Identitas Dari Wong Cilik ke Kalangan Profesional

Jakarta, Gesuri.id - Dalam beberapa tahun terakhir, PDI Perjuangan telah mengalami perubahan signifikan dalam komposisi kadernya. Banyak dari kader partai kini berasal dari kalangan profesional, yang memunculkan pertanyaan tentang apakah partai yang selama ini identik dengan 'wong cilik' kini bergeser menjadi lebih modern dan kota.

Menanggapi hal ini, Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi DPP PDI Perjuangan, Sukur Nababan, menekankan bahwa keberpihakan kepada wong cilik tidak harus ditentukan oleh latar belakang sosial atau ekonomi kader. 

"Lucu ya, apakah kita harus wong cilik untuk memilih wong cilik? Maaf, apakah harus kita menjadi orang miskin baru membela orang miskin? Apakah kita harus jadi orang lemah baru membela orang lemah? Bukan itu filosofinya," tegasnya saat di wawancara secara langsung oleh reporter gesuri.id, Selasa (6/8).

Ia menjelaskan bahwa ideologi PDI Perjuangan tetap fokus pada keberpihakan kepada wong cilik, terlepas dari status sosial atau latar belakang ekonomi kader. 

"Filosofinya adalah, kita tidak harus menjadi wong cilik agar membela wong cilik, tetapi keberpihakan kita, seperti apapun status sosial kita, pengetahuan kita, dan ilmu yang kita miliki, inikan masalah keberpihakan ideologinya," lanjutnya.

Tak hanya itu, ia Juga menekankan bahwa meskipun banyak kader PDI Perjuangan kini berasal dari kalangan yang mapan secara ekonomi dan pendidikan, hal itu tidak berarti mereka meninggalkan ideologi partai. 

"Kalau misalnya sosial kita bagus, ekonomi kita bagus, kita harapkan di PDI Perjuangan mereka memiliki ideologi keberpihakan kepada wong cilik, ya jangan jadi kapitalis gitu loh. Ideologi partai kita yang membela wong cilik itu tidak berubah," tegasnya.

Menurut Sukur, yang penting adalah karakter dan keberpihakan kader, bukan status sosial mereka. 

"Kita tidak boleh berubah. Ini masalah karakter daripada orang yang berada di partai ini. Jadi, bukan status sosialnya yang kamu sebutkan tadi yang bicara status sosial," katanya. 

Ia menegaskan bahwa keberpihakan kepada rakyat kecil adalah yang utama, terlepas dari latar belakang kader.


"Apapun status sosial kita, keberpihakan kita adalah kepada rakyat kecil itu yang dibutuhkan," tutupnya.

Quote