Jakarta, Gesuri.id - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memantapkan komitmennya untuk saling memperkuat ikatan tali silaturahmi dengan berbagai pihak, termasuk media.
Hal ini dilakukan PDI Perjuangan untuk menjaga demokrasi dengan memadukan prinsip Ketuhanan dan Kebangsaan dalam bingkai Pancasila. Serta dalam membangun ekonomi untuk kesejahteraan rakyat.
Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, memimpin rombongan pengurus PDI Perjuangan berkunjung ke redaksi Harian Rebulika, di Jl. Warung Buncit No. 37, Jakarta Selatan, Senin (8/1/2017).
Hasto didampingi Abidin Fikri dan Nurmansyah Tanjung, anggota DPR RI Komisi IX, Dyah Pitaloka anggota DPR RI Komisi VIII, dan Putra Nababan dari media center PDI Perjuangan.
“Rencana kerja saya adalah silaturahmi atau networking memperkaya perspektif. Kami juga ingin bertemu Ibu Megawati. Kita ingin mengembangkan jurnalistik secara sehat. Republika online saat ini sedang mendekati generasi milineal. kita ingin memperkaya perspektif,” kata Irfan Junaidi, pemimpin Redaksi Republika.
Selain bersilaturahmi, PDI Perjuangan juga mengabarkan acara peringatan HUT PDI Perjuangan ke-45 tanggal 10 Januari lusa di JCC Senayan Jakarta bertema "Pancasila Bintang Penuntun Indonesia Raya".
Pada kesempatan itu, Hasto mengucapkan selamat ulang tahun kepada Republika yang ke-25 dan sepakat dengan rencana kerja dari (proposal) yang digagas Republika.
Menurut Hasto, PDI Perjuangan berpolitik dalam kerangka membumikan Pancasila dan saat ini sedang merintis nota kesepahaman dengan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Gagasan-gagasan Habibie tentang industri pesawat terbang cukup relevan terus dikembangkan.
“Ibu Megawati menyampaikan salam untuk seluruh jajaran redaksi. Sebelumnya kami telah datang ke ICMI bertemu dengan Pak Jimly Asshiddiqie. Republika tidak terlepas dari ICMI dan Pak Habibie, hubungan batin antara Ibu Mega dengan beliau cukup dekat. Kami pun menjalin hubungan dekat dengan Pak Ilham Habibie,” kata Hasto.
PDI Perjuangan, lanjut Hasto, menugaskan kepada Diah Pitaloka sebagai kader Partai untuk mempelajari dan ikut Dompet Dhuafa yang dikelola Republika. Hasto juga memantik diskusi tentang minimnya para patriot dari Sumatera Barat saat ini. Tidak seperti pada masa Soekarno yang banyak lahir para tokoh bangsa dari ranah Minang seperti Sutan Syahrir, Agus Salim, Buya Hamka, Rohana Kudus, dan Rasuna Said.
“Kami datang ke ICMI membahas hal tersebut, karena para patriot bangsa dari Sumatera Barat juga berperan penting membangun republik ini,” jelasnya