Jakarta, Gesuri.id - Pagi itu, ribuan kader PDI Perjuangan berkumpul di kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Jakarta. Mereka tampak berkumpul di sudut-sudut persimpangan jalan tersebut.
Menjelang siang, kerumunan semakin ramai di Jalan Diponegoro.
"Situasi ini mengingatkan pada peristiwa 28 tahun yang lalu, sekaligus membangkitkan semangat massa yang hadir. Spanduk dan baliho berkibar di pagar-pagar kantor pusat partai berlambang banteng tersebut, menunjukkan dukungan kepada Ketua Umum Megawati Soekarnoputri," tulisnya.
Ini bukan dejavu, melainkan gerakan konsolidasi untuk menuntut dan melawan setiap bentuk kekuasaan tirani dan otoritarian. Para kader PDI Perjuangan hari itu berjalan dari kantor PDI Perjuangan menuju kantor Komnas HAM untuk mendesak agar peristiwa 27 Juli 1996, yang dikenal sebagai "Kudatuli", ditetapkan sebagai pelanggaran HAM berat.
"Kita tidak akan pernah berhenti menyuarakan keadilan untuk para korban Kudatuli, bahkan jika harus melewati puluhan tahun. Karena perjuangan tidak pernah sia-sia. Peristiwa ini akan terus diperingati karena menjadi tonggak sejarah lahirnya Reformasi," ujar Ronny Talapessy Ketua Bidang Reformasi Hukum Nasional DPP PDI Perjuanga di kutip dari laman instagramnya @ronnytalapessy, Sabtu, 27/7).
Aksi ini berlangsung pada hari Sabtu, 27 Juli, sebagai bagian dari upaya untuk terus memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia. "Satyam Eva Jayate," tutupnya.
