Ikuti Kami

Riki Zulfikar Sebut Kudatuli Sebagai Tonggak Demokrasi di Indonesia

Riki merasa bangga karena menjadi bagian penerus partai yang memiliki sejarah panjang dalam penegakan demokrasi.

Riki Zulfikar Sebut Kudatuli Sebagai Tonggak Demokrasi di Indonesia
Sekretaris DPC PDI Perjuangan Pangandaran Riki Zulfikri.

Jakarta, Gesuri.id - Sekretaris DPC PDI Perjuangan Pangandaran Riki Zulfikri sebut peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli 1996 atau Kudatuli sebagai tonggak demokrasi di Indonesia.

Dari peristiwa itulah menjadi titik awal reformasi yang terjadi pada Mei 1998 yang berhasil menumbangkan rezim Orde Baru dibawah kekuasaan Soeharto.

Sebagai kader PDI Perjuangan, Riki merasa bangga karena menjadi bagian penerus partai yang memiliki sejarah panjang dalam penegakan demokrasi.

Baca: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo

"Sebelum ada PDI Perjuangan dulunya PDI mengalami episode paling kelam dalam sejarah politik yaitu Kudatuli," kata Riki, Sabtu (27/7).

Ditambahkan Riki, peristiwa Kudatuli berhasil mengubah jalur sejarah politik Indonesia meski harus meninggalkan luka mendalam.

"Sejarah mencatat, Sabtu 27 Juli 1996 Kantor Sekretariat DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, diserang oleh kelompok massa yang diduga sebagai massa bayaran," tambah Riki.

Serangan itu berujung pada bentrokan antara pendukung PDI dan aparat keamanan, yang kemudian meluas menjadi kerusuhan besar di Ibu Kota Jakarta.

"Bentrokan menyebabkan ratusan orang terluka, puluhan ditangkap, dan beberapa dilaporkan tewas," jelas Riki.

Riki menjelaskan, latar belakang dari tragedi itu berakar dari konflik internal di tubuh PDI antara kubu yang mendukung Megawati Soekarnoputri dan kubu PDI Soerjadi yang didukung oleh pemerintah Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto.

"Megawati yang merupakan putri dari Proklamator Indonesia, Soekarno, berhasil memenangkan dukungan mayoritas dalam kongres PDI tahun 1993," tegas Riki.

Namun pemerintah Orde Baru menolak mengakui kepemimpinan Megawati dan mendukung kubu tandingan yaitu Soeryadi.

"Tragedi 27 Juli 1996 menjadi momen penting dalam sejarah perjuangan demokrasi di Indonesia," papar Riki.

Reaksi keras dari masyarakat dan aktivis pro-demokrasi terhadap tindakan represif pemerintah menambah tekanan bagi rezim Soeharto yang pada akhirnya jatuh pada tahun 1998.

Peristiwa ini juga menjadi titik balik yang mendorong reformasi politik di Indonesia, membuka jalan bagi kebebasan berpendapat dan proses demokratisasi yang lebih sehat.

"Refleksi Tragedi 27 Juli 1996 menjadi penting sebagai pengingat akan betapa berharganya demokrasi dan kebebasan," sambung Riki.

Baca: Lima Kelebihan Gubernur Ganjar Pranowo

Demokrasi bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh dan setiap generasi memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memperjuangkannya.

Tragedi ini juga menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya dialog dan penyelesaian konflik secara damai dalam kehidupan politik.

Peristiwa Kudatuli bukan hanya sekedar mengenang mereka yang gugur, tetapi juga sebagai momentum memperkuat komitmen terhadap nilai demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia.

"Mengenang Tragedi 27 Juli atau Kudatuli, kita diingatkan untuk selalu waspada terhadap segala bentuk penindasan dan ketidakadilan, serta terus berjuang demi demokrasi yang lebih baik," pungkas Riki

Quote