Ikuti Kami

Sari Koeswoyo Kecam Pelarangan Film Kucumbu Tubuh Indahku

Menurut Sari film itu mengangkat budaya lokal nusantara.

Sari Koeswoyo Kecam Pelarangan Film Kucumbu Tubuh Indahku
Politisi PDI Perjuangan Sari Yok Koeswoyo. (Foto: Dok. Pribadi)

Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Sari Yok Koeswoyo mengecam pelarangan Film Kucumbu Tubuh Indahku karya sineas Garin Nugroho. Dia menilai pelarangan film yang mengangkat tentang seni tari Lengger Lanang khas Banyumas itu sangat abdsurd. 

Sebab, menurutnya film itu mengangkat budaya lokal nusantara. "Pelarangan itu sangat saya pertanyakan, sebab film itu mempromosikan budaya lokal nusantara. Mengapa harus dilarang hanya karena kontennya terkait dengan penari pria?" kata Sari kepada Gesuri, Sabtu (27/4). 

Baca: 'Kolam Susu' Yok Koeswoyo Hanya Untuk 'Pilih Jokowi'

Terkait argumentasi para pihak yang melarang film itu, bahwa film itu mempromosikan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), Sari menegaskan bahwa hal itu tetap tak bisa menjadi pembenaran atas pelarangan. 

Sebab, menurut Sari, sebelum agama-agama besar masuk ke nusantara, beberapa daerah di nusantara telah mengakui adanya gender lebih dari dua jenis. Sari pun mengambil contoh budaya Bugis.

"Dalam kebudayaan Bugis, ada golongan pendeta yang disebut sebagai Bissu. Mereka ini adalah para pria yang berpenampilan ala wanita atau sebaliknya, tapi mereka dianggap suci oleh masyarakat Bugis dahulu," papar Sari.

Sari juga mencontohkan beberapa pemain laki-laki yang memerankan tokoh perempuan dalam seni Ketoprak. Jadi, Sari menegaskan bahwa budaya yang berisikan saling silang gender itu memang ada di nusantara. 

"Panjang sih kalau kita mau bicara soal budaya kita yang berkesan "pro LGBT". Mereka itu ada, lalu bagaimana? Apa harus di musnahkan?," ujar Sari.

Sari bahkan berujar, apabila kita ingin melenyapkan budaya-budaya yang menampilkan trans-gender itu, maka kita harus memusnahkan manusia yang menjadi bagian dari budaya itu. Sebab, manusia yang membuat budaya.

"Tapi kalau kita memusnahkan manusia berkedok memberantas 'budaya LGBT', apakah kita layak disebut sebagai manusia? Apakah perilaku kita sesuai dengan sila ke 5 Pancasila, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab?" ujar Sari.

Sari juga mengingatkan Trisakti ajaran Bung Karno, yang seharusnya menjadi dasar bagi pemerintah dan masyarakat dalam menilai budaya-budaya lokal nusantara.

"Ingat salah satu ajaran Trisakti adalah Berkepribadian dalam Budaya, sehingga jika ada karya seni yang mengangkat budaya lokal, seharusnya didukung. Bukan diberangus dengan dasar pikiran picik," tegas Sari.

Seperti diketahui, film Kucumbu Tubuh Indahku karya Garin Nugroho mengangkat kisah kehidupan penari Lengger Lanang di sebuah desa kecil di Jawa. 

Baca: Diduga Curang, Sari Minta Pencoblosan di Sydney Diulang

Lengger Lanang sendiri merupakan salah satu seni tari asal Banyumas yang diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Tarian ini dimainkan oleh penari laki-laki yang berdandan perempuan.

Beberapa pemerintah kota seperti Depok, Kubu Raya, dan Pontianak pun melarang film ini dengan alasan film ini "mempromosikan LGBT".

Quote