Ikuti Kami

Sejarawan UGM Sesalkan Pemerintah Indonesia Tak Ambil Inisiatif Kontekstualisasikan KAA dalam Kondisi Global Saat Ini

Sejarawan UGM: KAA yang Dimotori Bung Karno Masih Relevan dalam Menghadapi Tantangan Global dan Kebijakan AS.

Sejarawan UGM Sesalkan Pemerintah Indonesia Tak Ambil Inisiatif Kontekstualisasikan KAA dalam Kondisi Global Saat Ini
Sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), Wildan Sena Utama.

Jakarta, Gesuri.id - Sejarawan Universitas Gadjah Mada (UGM), Wildan Sena Utama, menegaskan Konferensi Asia-Afrika yang dimotori oleh Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno atau Bung Karno masih sangat relevan dalam konteks global saat ini, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk dampak kebijakan Amerika Serikat terhadap sejumlah negara di Asia-Afrika.

Menurutnya, relevansi ini semakin menguat mengingat Indonesia, sebagai negara yang menjadi motor spirit Konferensi Asia-Afrika, memiliki potensi besar untuk mengambil sikap proaktif terhadap kebijakan-kebijakan tersebut.

Hal itu disampaikan Wildan dalam diskusi panel bertema ‘Semangat Bandung dan Tantangan Asia-Afrika Kini’ yang digelar DPP PDI Perjuangan dalam peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Sabtu (26/4/2025).

Baca: Ganjar Pranowo Belum Pastikan Maju Pada Pilpres 2029 

“Karena Konferensi Bandung adalah tonggak penting di mana visi pembangunan dunia baru dari Soekarno itu diciptakan melalui kelahiran Asia dan Afrika baru,” kata Wildan.

Wildan pun menyayangkan sikap pemerintah Indonesia saat ini yang justru tak mengambil inisiatif terhadap kebijakan yang merugikan negara Asia-Afrika.

“Tetapi, sayang seribu sayang, pihak yang melahirkan inisiatif itu 70 tahun yang lalu, yaitu pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia sendiri tampaknya tidak mengambil inisiatif untuk mengkontekstualisasikan relevansi warisan Bandung dalam kondisi politik internasional hari ini,” jelasnya.

Wildan pun turut mengapresiasi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang menggelar diskusi tentang peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika. Dimana, diskusi digelar tidak hanya untuk bernostalgia. Melainkan, kembali mengingatkan Dasasila Bandung dalam konteks kekinian.

“Menurut saya, menjadi kader PDI Perjuangan itu tanggung jawab intelektual dan politiknya berat karena harus terlibat tidak hanya dalam urusan kebangsaan, tetapi juga berpartisipasi dalam urusan dunia,” kata dia.

Hadir dalam acara diskusi di Kantor DPP sejumlah pengurus pusat DPP PDI Perjuangan antara lain Ahmad Basarah, Ganjar Pranowo, Sri Rahayu, Ribka Tjiptaning, dan Mindo Sianipar, Kepala Badan Sejarah Indonesia PDI Perjuangan Bonnie Triyana dan Kepala Badan Riset dan Analisis Kebijakan Pusat Partai Andi Widjajanto.

Diskusi dibagi dalam dua sesi menghadirkan sejarawan, diplomat, dan akademisi.

Baca: Ganjar Pranowo Mempertanyakan Klaim Sawit Sebagai Aset Nasional

Diskusi Panel I bertema Semangat Bandung dan Tantangan Asia-Afrika Kini dengan narasumber Dr. Wildan Sena Utama - Sejarawan UGM, I Gusti Wesaka Puja - Direktur Eksekutif ASEAN Institute for Peace and Reconciliaton, dan Ita Fatia Nadia, MA - Sejarawan dan Aktivis Gerakan Perempuan.

Diskusi Panel II bertema Peran Bung Karno dan Warisan Diplomasi Global dengan narasumber Andi Widjajanto Ph.D - Kepala Badan Riset dan Analisa Kebijakan (BARAK) PDI Perjuangan, Dr. Yeremia Lalisang - Dosen Hubungan Internasional FISIP UI, dan Dr. Sigit Aris Prasetyo - Diplomat dan Penulis Buku Dunia Dalam Genggaman Bung Karno.

Lalu masuk sesi Kuliah Umum dengan tema Peran Indonesia dalam Pembebasan Asia-Afrika yang dibawakan David van Reybrouck - Sejarawan Belgia, Penulis Buku Best Seller "Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World".

Acara ini juga menampilkan pertunjuan seni & budaya - Usman Hamid and the Blackstones.

Quote