Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengakui adanya keinginan untuk menciptakan situasi yang sama seperti di Venezuela, yakni menciptakan situasi kacau (chaos) pasca pemilu.
Tujuannya, dengan situasi chaos itu, maka pemilu beserta semua hasilnya menjadi kehilangan legitimasi.
Baca: Pendukung Prabowo Rusuh, Elit 02 Harus Bertanggung Jawab
Namun, Budiman menegaskan keinginan itu akan gagal total. Sebab, dalam banyak hal, situasi dan kondisi Venezuela dan Indonesia sangat berbeda.
"Pertama, di Venezuela, ada tentara yang berpihak pada Juan Guaido (oposisi). Sedangkan di Indonesia, TNI solid loyal pada Pemerintahan Presiden Jokowi," kata Budiman kepada Gesuri, di Jakarta, Rabu (22/5).
Perbedaan berikutnya, lanjut Budiman, tampak pada dukungan luar negeri. Ketika Nicolas Maduro sebagai calon petahana di Venezuela memenangkan Pilpres, banyak negara seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menolak mengakui kemenangan Maduro.
"Hal ini sangat berbeda dengan hasil Pilpres Indonesia, ketika Pak Jokowi menang, banyak kepala negara sudah memberikan selamat pada beliau," kata Budiman.
Kemudian, lanjut Budiman, pendukung pasangan nomor 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pun tidak seluruhnya sepakat dengan aksi-aksi kerusuhan semacam ini. PAN dan Partai Demokrat, misalnya, justru sudah memberikan ucapan selamat pada Jokowi-Ma'ruf Amin atas kemenangan yang diraih dalam pilpres.
"Jadi, kuburkan saja keinginan untuk terapkan skenario Venezuela. Itu bagaikan mimpi di siang bolong," pungkas Budiman.
Seperti diketahui, pasca Venezuela menggelar Pemilu tahun lalu, konflik politik tak kunjung mereda di negeri itu. Presiden Majelis Nasional, Juan Guaido menolak mengakui kemenangan Nicolas Maduro dan mendeklarasikan diri sebagai pemimpin interim.
Konflik pun meletus di Venezuela, antara aparat dan kelompok masyarakat yang mendukung Maduro, dengan kelompok pro-Guaido.
Baca: Budiman Sudjatmiko: Bangun Desa dan Indonesia Dengan Data
Di Indonesia, demonstrasi para pendukung pasangan 02 di depan Bawaslu berkembang menjadi kerusuhan yang meletup sejak 21 Mei malam hingga 22 Mei. Kerusuhan menjalar ke wilayah Tanah Abang dan Gambir.
Bahkan, hingga 22 Mei siang hari, kerusuhan masih terus terjadi di Petamburan.
Para demonstran itu menolak hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Mereka menilai Pilpres yang dimenangkan oleh pasangan calon nomor 01 Jokowi-Ma'ruf Amin penuh kecurangan.