Jakarta, Gesuri.id - Wakil Sekretaris Jenderal DPP Banteng Muda Indonesia (BMI), Mixil Mina Munir membandingkan keteguhan sikap Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, terkait sikap politik pasca kalah dalam Pemilu.
Mixil menegaskan tidak ada tokoh politik di Indonesia yang punya sikap seteguh Megawati. Dia menilai, Megawati kokoh dalam bersikap dan kuat dalam menjalankan ideologi partai, termasuk salah satunya dengan konsisten menjadi oposisi selama 10 tahun era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca: Berkemeja Putih, Juliari Merapat ke Istana Kepresidenan
“Megawati Soekarnoputri, Ketua umum PDI Perjuangan patut dijadikan contoh dalam mengambil sikap politik. 2004 dan 2009, beliau tidak cengeng merengek-rengek minta jatah menteri, diminta gabung dalam kabinet SBY pun menolak,” papar Mixil dalam akun Facebooknya, baru-baru ini.
Adalah kekuatan ideologi, lanjut Mixil, yang mengarahkan pilihan politik PDI Perjuangan selama 10 tahun untuk menjadi oposisi. Karena Pemilihan presiden kala itu tidak semata-mata rivalitas antara Megawati dengan SBY, tapi lebih kepada pertarungan gagasan, program dan ideologi.
“’Kalah yo kalah, kalau mau menang mari kita bekerja keras membumikan ideologi partai’, itu cambukan yang terus disampaikan kepada kader-kadernya disetiap acara partai,” ungkap Mixil, mengutip pernyataan Megawati kala itu.
Mixil pun menegaskan menjadi oposisi pemerintah selama 10 tahun bagi PDI Perjuangan dan para kadernya bukanlah perkara mudah.
“’Kalau elu ingin jadi menteri keluar dari PDIP,’ tegasnya seraya mengepalkan tangan sambil menatap kader-kadernya yang bersiap mau menyeberang,” ujar Mixil, lagi-lagi menirukan ucapan Megawati dahulu.
Pada bulan Juli lalu, saat Prabowo disuguhi nasi goreng di kediaman Megawati di Teuku Umar, Mixil menduga Gerindra ingin belajar bagaimana menjadi oposisi yang baik dari PDI Perjuangan. Prabowo ingin sekuat teman lamanya dalam mengelola partai oposisi, bagaimana cara mencintai kader dan merebut kemenangan.
“Kira-kira saat makan bersama Ibu Mega menyelipkan cerita bagaimana oposisi adalah juga kekuatan demokrasi. Tentu saja dijabarkan jatuh-bangun dan jungkir-baliknya membangun partai dari oposisi hingga memenangkan Pemilu 2 kali,” ujar Mixil.
Namun, faktanya justru sebaliknya. Prabowo menerima tawaran Presiden Jokowi yang merupakan rivalnya di Pilpres lalu, untuk masuk Kabinet sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).
Baca: Ganjar Sebut 'Ramalan' Santri Tentang Prabowo Terwujud
Padahal, tambah Mixil, pada pemilu 2019 ada jutaan rakyat yang memilih Prabowo, entah karena memang suka dia atau karena hanya membenci Jokowi.
“Disaat Prabowo memutuskan menjadi pembantu Jokowi, ada umatnya yang setuju, tapi yang merasa dikhianati juga tidak kalah banyak. Mereka yang merasa disia-siakan tentu terus bernyanyi tanpa henti, hingga ketemu apa yang telah merasuki Prabowo hingga mau jadi menteri,” ujar Mixil.