Jakarta, Gesuri.id - Hasil Pemilihan Legislatif 2019 kembali membuka ruang bagi Nasyirul Falah Amru untuk berkarya di DPR-RI.
Pria yang akrab disapa Gus Falah itu kembali mendapat amanat warga di dapil Jawa Timur X (Lamongan dan Gresik) untuk berjuang di gedung parlemen.
Lima tahun ke belakang, Gus Falah sudah berkarya di DPR-RI. Tepatnya di Komisi VII.
Kini, setelah dilantik pada 1 Oktober 2019, Gus Falah kembali akan berkarya di DPR-RI periode 2019-2024.
Lantas, apa rencana kerja Gus Falah sebagai Wakil Rakyat lima tahun kedepan?
Berikut wawancara Gesuri dengan Gus Falah, baru-baru ini.
Apa rencana kerja Anda lima tahun kedepan setelah mendapat amanat rakyat untuk kembali menjadi wakil mereka di DPR-RI?
Saya hanyalah petugas partai yang tunduk pada penugasan partai. Partai menugaskan suatu hal, kita jalankan dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan kerja keras.
Selama lima tahun kebelakang, Anda bertugas di Komisi berapa?
Selama ini saya ditugaskan di Komisi VII yang membidangi ESDM, Riset Dikti dan KLH. Alhamdulillah, saya banyak belajar tentang beragam hal yang terkait dengan mitra kerja kami.
Dan Alhamdulillah kita juga banyak memberikan bantuan yang dibutuhkan masyarakat. Contohnya sumur bor yang sangat diperlukan di dapil saya, sebab Lamongan dan Gresik itu daerah pantura.
Kemudian listrik masuk desa, yang juga kami perjuangkan. Kalau di daerah kami itu dinamakan ‘lampu gusti Allah’, karena sinarnya dari matahari.
Ini untuk masyarakat di desa sangat diperlukan karena jaringan transmisi listrik belum ada.
Kemudian yang tak kalah penting adalah kami sudah menyalurkan ratusan motor sampah roda tiga, yang dikenal dengan Tossa. Kadang bahkan motor sampah itu digunakan untuk mengangkut orang sakit dan anak-anak ke TPQ.
Kami juga banyak memberi bantuan ribuan bibit untuk penghijauan di dapil.
Semua itu bagian dari manifestasi spirit saya dalam memajukan dapil. Saya pun tetap ingin memajukan dapil di periode kedua ini.
Anda adalah warga Nahdlatul Ulama (NU). Biasanya warga NU berpartai di PKB atau PPP. Mengapa memilih PDI Perjuangan?
Suatu ketika saya bertanya kepada orang tua saya soal dimana sebaiknya saya berkarir dalam politik. Mereka menjawab, bila saya masuk partai-partai Islam, sudah banyak orang disitu. Bila saya ingin memberi warna NU di berbagai tempat, maka mereka sarankan saya masuk PDI Perjuangan.
Saya pun masuk PDI Perjuangan sejak 2004.
Lalu, bagaimana PDI Perjuangan mengakomodir kader seperti Anda yang berlatar-belakang organisasi Islam atau NU?
PDI Perjuangan, melalui pak Taufik Kiemas, membentuk Baitul Muslimin Indonesia atau Bamusi pada 2007. Alhamdulillah saya termasuk angkatan pertama Bamusi, dan saya ada di kepengurusan sebagai Sekum.
Anda memiliki latar-belakang yang sesuai dengan bidang yang ditangani oleh Komisi VII?
Saya latar-belakang pendidikannya S2 ekonomi. Tapi saya banyak berkecimpung di dunia Minerba (mineral dan batubara).
Jadi sebelum saya masuk partai pun, saya sudah berkiprah sebagai swasta kecil-kecilan di Minerba.
Mengapa Anda maju dari Dapil Lamongan dan Gresik?
Ya, saya diperintahkan Partai untuk maju dari Dapil itu sejak pemilu 2009. Sebab Lamongan dan Gresik adalah basis NU.
Alhamdulillah, dalam pemilu tahun 2014 PDI Perjuangan menduduki peringkat ketiga di dapil saya . Dan 2019, Alhamdulillah PDI Perjuangan naik ke peringkat kedua. Dan itu hasil investasi sosial panjang kami sejak 2009.