Ikuti Kami

Sesama Caleg Jangan Berseteru, Tetapi Berkolaborasi

Partai berlambang banteng ini siap memenangkan Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. 

Sesama Caleg Jangan Berseteru, Tetapi Berkolaborasi
Ketua DPP Bidang Keanggotaan dan Organisasi PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat.

Jakarta, Gesuri.id - Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 tinggal dua bulan lagi. Beragam hal sudah dilakukan berbagai partai untuk memenangi kontestasi politik tersebut. 

Begitupun dengan PDI Perjuangan. Berbagai cara yang masih berada dalam koridor hukum dilakukan Partai berlambang banteng ini guna memenangkan Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. 

'Mesin' politik partai digerakan. Termasuk para  kader yang menjadi calon anggota legislatif (caleg) di semua tingkatan. 

Lalu, bagaimana selayaknya kontribusi para caleg PDI Perjuangan dalam memenangkan partai serta pasangan calon presiden dan wakil presiden partai, Jokowi-Ma'ruf Amin? 

Berikut cuplikan wawancara Gesuri dengan mantan Ketua DPP Bidang Keanggotaan dan Organisasi PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat, di kantor Gesuri beberapa waktu lalu. 

Bagaimana seharusnya kontribusi para Caleg untuk pemenangan PDI Perjuangan dalam Pileg 2019?

Jadi, kita ini khan masuk situasi berbeda dibandingkan sebelumnya, ketika Pemilu Legislatif dan Presiden berbarengan. Seharusnya dengan pemilu seperti ini, justru akan lebih memperkuat basis dukungan bagi PDI Perjuangan melalui aktivitas para Caleg. Bagaimanapun masyarakat tahu bahwa Presiden Jokowi berasal dari PDI Perjuangan dan dibesarkan oleh PDI Perjuangan sejak jadi Walikota Solo, Gubernur DKI sampai Presiden RI.

Kalau kita mau keluar dari zona nyaman, artinya semua Caleg dari semua dapil turun ke bawah meraup suara, PDI Perjuangan akan mampu meraih 30 persen untuk DPR-RI. Kalkulasi kami, PDI Perjuangan akan mampu mendapatkan 33 persen, itu setara 190 kursi. 

Kemudian, supaya efektif, sesama Caleg PDI Perjuangan itu jangan berkelahi. Mereka harus memperluas dukungan dan jaringan. Mereka bukan berkompetisi dengan sesama caleg PDI Perjuangan, tapi justru harus berkolaborasi dengan memperluas dukungan dan jaringan ke berbagai komunitas. Dengan begitu, Insya Allah mereka semua punya peluang besar yang sama.

Lalu, sejauh mana efektivitas kampanye Caleg untuk Jokowi-Ma'ruf selaku calon presiden dan calon wakil presiden PDI Perjuangan?

Ya semua Caleg di PDI Perjuangan wajib mengkampanyekan Pak Jokowi dan Pak Kiai Ma'ruf Amin. Yang dikampanyekan adalah capaian-capaian pembangunan dan prestasi positif dari pemerintahan Presiden Jokowi. 

Caranya jelaskan mulai dari hal-hal mikro seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), pemberian sertifikat, Kartu Indonesia Pintar, Program Keluarga Harapan, Dana Desa, dan beras untuk masyarakat pra-sejahtera. Hal-hal seperti itu yang perlu disosialisasikan oleh para Caleg kita.

Saya melihat ada juga Caleg yang tak sadar, merasa dirinya lebih hebat. Maka ia tak mau mengkampanyekan pak Jokowi. Ini yang keblinger. 

Justru dengan mengkampanyekan Pak Jokowi, itu adalah kesempatan emas bagi para Caleg untuk 'numpang' agar dia semakin dikenal dan dipercaya oleh masyarakat. Dengan begitu masyarakat pun percaya bahwa kemenangan PDI Perjuangan tak bisa dilepaskan dari kemenangan Pak Jokowi. Hal inilah yang selalu kita tanamkan ketika kita melakukan Safari Kebangsaan dimanapun. 

Bagi sebagian orang, kampanye politik dalam pemilu itu berbiaya mahal. Bagaimana pendapat Anda tentang pandangan semacam itu? 

Ya, memang ada yang bilang biaya kammpanye itu mahal. Saya jawab bahwa saya bukan pengamat politik. Saya adalah politisi yang pada 1999 pernah menjadi anggota DPRD Provinsi. Saya praktis sudah memegang jabatan-jabatan politik dan jabatan publik, seperti Walikota Blitar, DPR-RI,dan Wakil Gubernur DKI. Dan saya tidak mengeluarkan uang besar. 

Mereka yang menganggap perlu uang besar untuk meraih jabatan politik, berarti mereka lupa bahwa investasi itu tak selalu investasi uang. Apakah uang perlu? Ya perlu untuk kampanye. Tapi ada investasi lain yang lebih tinggi nilainya, yakni investasi sosial atau modal sosial. Modal sosial inilah yang perlu dipupuk dan dibangun oleh semua Caleg. 

Modal sosial itu adalah bagaimana kita bisa membantu orang lain. Saya di Blitar untuk Pileg kemarin, habis dana tidak lebih dari Rp350 juta, dan bisa jadi DPR-RI. Biaya sebesar itu untuk biaya saksi dan biaya makan-makan bila di rumah. 

Dan saya, tidak memasang baliho besar-besar, karena itu mahal. Maka, saya siasati dengan pasang stiker kecil-kecil di rumah-rumah. Rumah saya di Blitar pun terbuka bagi siapapun, maka masyarakat datang kesana. 

Kemudian rekam jejak juga penting. Apakah saya bersih atau tidak, apakah korupsi atau tidak. Maka saya sampaikan pada teman-teman, bahwa kita tak perlu khawatir dengan politik uang, sebab itu tidak menjamin seorang caleg bisa terpilih, karena masih banyak pola-pola konvensional yang digunakan. 

Jangan hanya memasang baliho dan spanduk besar-besar serta stiker-stiker, tapi kita lupa bahwa stiker yang baik itu adalah ketika orang sudah mau memasang di rumahnya, di warungnya, dan di lapaknya. Itu sudah otomatis orang-orang itu mendukung kita.

Kalau money politic, orang itu pasti akan menerima uang. Namun, hal itu tidak jaminan orang itu akan memilih yang memberi uang. Maka, kerja politik itu adalah suatu seni, suatu keterampilan kita berkomunikasi dan bekerja keras turun ke bawah.

Kita harus membuka diri untuk mau turun ke bawah menyapa masyarakat secara door to door. Dan saya bersyukur sebagian besar Caleg PDI Perjuangan sudah paham hal itu. 

Jadi saya harap teman-teman Caleg itu jangan loyo hanya karena tak punya uang banyak. Saya punya bukti, waktu saya menjadi Ketua DPD DKI Jakarta, ada seorang Caleg (saya tak mau sebut namanya) tidak punya uang. Dia kasih kartu nama pada saya, dia minta pada saya untuk memasukan dia dalam daftar Caleg. Nomor berapapun dia mau. Maka kita masukan dia dalam daftar Caleg.

Ternyata dia punya cara kampanye unik. Spanduk dia yang tidak besar dan tidak banyak, dia pindah-pindahkan dari satu titik ke titik lain. Sambil dia menggalang komunitas dia. Dia pun terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi. Artinya, semua itu serba mungkin, asalkan mau kerja keras. Jadi saya harapkan semua Caleg tetap bersemangat.

Bila semua caleg PDI Perjuangan benar-benar turun ke bawah memperluas jaringan, saya optimis PDI Perjuangan akan bisa memperoleh 35 persen. Apalagi dengan sistem penghitungan suara saat ini, dimana tidak ada sisa suara.

Di sistem saat ini, partai besar sebenarnya diuntungkan. Dan saya perkirakan, nanti yang akan lolos di Parliamentary Treshold itu ada hanya 6 partai. Partai lainnya, tak lolos. Sebab mereka tak punya infrastruktur lengkap sampai tingkat bawah. Sementara PDI Perjuangan punya hingga tingkat anak ranting.

Dan PDI Perjuangan juga punya ikatan emosional kuat diantara para kader, karena punya sejarah yang panjang. Maka tak heran kalau loyalitas kader pada partai yang tertinggi itu ada di PDI Perjuangan. Termasuk loyalitas untuk memilih Jokowi-Ma'ruf juga tertinggi ada di PDI Perjuangan, yang menurut survei mencapai 97 persen. 

Artinya, partai ini sudah dibangun menjadi partai modern yang menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Partai ini juga sudah menyelenggarakan sekolah partai dan psikotes sehingga kita punya big data dengan kartu anggota yang sudah terintegrasi.

Kita pun sudah mendapatkan ISO untuk pertanggungjawaban keuangan. Ini semua berkat kepemimpinan Ibu Megawati, yang sangat tekun membangun partai yang awalnya dikenal sebagai 'partai sandal jepit' hingga menjadi partai yang tetap berpihak pada rakyat kecil tapi juga bisa menggaet anak-anak muda untuk mengelola partai secara profesional.

Bagaimana tentang hoaks yang kerap menyerang PDI Perjuangan?

Itu harus diperangi. Saya sudah minta pada para kader dan Caleg untuk memerangi hoax, khususnya yang memfitnah PDI Perjuangan, Ibu Megawati dan Pak Jokowi. Biasanya hoaks itu menyangkut masalah SARA. 

Kalau para penebar hoaks itu sudah keterlaluan, lacak akunnya, laporkan ke Polisi, agar mereka ditangkap. Kemudian kita berikan klarifikasi atas hoaks itu.  

Jangan kita diam saja. Karena dulu saya kira mereka yang menyebarkan fitnah itu adalah orang-orang tidak waras. Kemudian kita yang waras itu ngalah.

Quote