Tangerang, Gesuri.id - Anggota DPR RI fraksi PDI Perjuangan, Ananta Wahana meninjau Yayasan Sang Timur komplek Pendidikan yang terisolir selama 20 tahun tanpa akses jalan.
Yayasan Sang Timur berlokasi di Jl. Barata Pahala, Karang Tengah, Kota Tangerang, Banten, adalah komplek Pendidikan Katolik.
Baca: Bu Mega Ingatkan Kader Serius Bekerja Persiapkan Diri Menuju Pemilu 2024
Namun demikian, meski Sang Timur adalah sekolah Katolik tapi banyak juga siswanya yang beragama Islam.
Sebetulnya komplek sekolah itu terhubung dengan jalan umum tetapi ditutup paksa oleh warga sekitar.
Ananta pun langsung meninjau Sekolah Sang Timur setelah video penutupan akses jalan menuju sarana pendidikan itu beredar di media sosial.
“Ini sudah mencedrai rasa kemanusiaan dan rasa keadilan. Dan sesegera mungkin pemblokadean akses jalan ke komplek pendidikan ini harus ada solusi dan disudahi,” ungkap Anggota DPR RI Dapil Banten III Tangerang Raya itu saat meninjau Sekolah Sang Timur, Sabtu (8/4).
Ananta yang sekarang duduk di Komisi VI DPR RI berjanji, persoalan di Dapilnya itu akan dibawa ke DPR untuk berkoordinasi dengan koleganya di komisi yang membidangi urusan Agama, Pendidikan dan Pertanahan.
“Nanti saya segera berkoordinasi dengan teman-teman di Komisi X untuk Pendidikan, Komisi II untuk urusan tanahnya, dan Komisi VIII untuk urusan keagamaan,” ujarnya.
Selain itu, Ananta juga mengatakan, persoalan blokade akses jalan menuju komplek pendidikan itu akan menjadi perhatian serius PDI Perjuangan dan akan membantu penyelesaiannya.
“Soal ini sudah disampaikan ke Pak Sekjend. Dan dalam waktu dekat akan dibahas,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Tangerang, Gatot Wibowo yang ikut mendampingi seniornya di PDI Perjuangan itu mengatakan, bahwa persoalan yang menimpa Sekolah Sang Timur tersebut sudah disampaikan kepada Forum Koordinasi Pimpinan Daerah atau Forkompimda.
“Sudah saya sampaikan di grup (WA) Forkompida. Dan7 Pak Wali sudah merespon baik,” ungkapnya.
Gatot meminta pihak Yayasan Sang Timur bisa menyampaikan kronologi persoalan secara utuhnya agar informasi yang diterima juga utuh. Termasuk warga yang lahannya sudah dibeli dan menjanjikan akses jalan akan dibuka ternyata tidak.
“Dan untuk soal ini, kami akan segera koordinasikan dengan berbagai pihak di pemerintahan Kota Tangerang,” katanya.
Sudah 20 Tahun Terisolir
Komplek Pendidikan Sang Timur itu nyaris selama 20 tahun terisolasi, lantaran sejak 2004 tidak memiliki akses jalan diblokade oleh warga sekitar.
Ketua Yayasan Sang Timur, Suster Clarissa menjelaskan, bahwa lokasi sarana pendidikan itu diapit oleh dua komplek perumahan, yaitu Komplek Keuangan, dan Komplek Barata.
Saat itu warga sekitar melakukan blockade jalan masuk komplek Sang Timur lantaran dipicu isu pendirian Gereja Katolik Santa Bernadet yang sekarang sudah pindah ke Pinang, Kota Tangerang.
Namun demikian, aksi blokade warga terhadap akses jalan menuju komplek Pendidikan Sang Timuru hingga saat ini masih berlangsung.
Padahal, komplek pendidikan dengan luas lahan 2,5 hektare itu menyelenggarakan7 pendidikan mulai dari Paud, TK, SD, SMP, dan juga pendidikan khusus bagi penyandang disabilitas.
Akibat blokede akses jalan itu, selain telah menurunkan jumlah siswa semua jenjang yang awalnya mencapai 3500 siswa kini hanya tinggal kurang dari separuhnya atau sekitar 1500 siswa saja.
“Selama 20 tahun blokade itu juga telah membawa kesengsaraan bagi siswa kami. Terlebih untuk siswa penyandang disabilitas yang harus berpayah-payah ke sekolah terutama saat musim penghujan,” jelas Suster Clarissa.
Lebih lanjut Suster Clarissa memaparkan, bahwa selama 20 tahun itu juga pihaknya terus berupaya untuk membuka jalur akses menuju komplek pendidikan tersebut.
Setidaknya sudah ada 5 titik akses jalan masuk yang dicoba untuk dibuka. Namun semuanya kandas, ditolak dan diblokade warga setempat.
Salah satu akses jalan itu adalah yang disebut-sebut ‘Tembok Ratapan’. Akses jalan tersebut dibuka sekitar tahun 1999 dan diblokade warga pada 2004 saat isu pendirian gereja mencuat.
Kemudian pihak Yayasan Sang Timur juga berupaya membuka jalur masuk dengan cara membeli lahan warga dengan perjanjian akan diperuntukan untuk akses jalan menuju komplek pendidikan.
Namun warga yang sudah dibebaskan lahannya itu setelah pelunasan mengingkari dan lagi-lagi akses jalan masuk itu diblokade warga.
Baca: Puan Serukan Fraksi PDI Perjuangan Solid & Jangan Mau Dipecah Belah
“Pada waktu kami membuat pintu gerbang untuk masuk. Warga Komplek Barata menutup dengan merantai dan mengancam pidana bagi yang membuka blokade itu,” ujar Suster.
Sementara itu, Penasehat Hukum Yayasan Sang Timur, Hari Wijayanto menyatakan, bahwa pihaknya sudah melakukan identifikasi tanah yang dibeli oleh Yayasan Sang Timur.
Dan berdasarkan hasil penelusuran selama 6 bulan, setidaknya ada 10 girik tahun 1989 dan beberapa sertifikat yang sudah dikuasai Sang Timur.
Sempat dokumen tanah milik Yayasan Sang Timur tersebut tidak diketahui keberadaannya. Namun setelah diurus dan ditelusuri dokumen tanah tersebut sudah didapat.
“Dalam waktu dekat ini kami akan memproses kepemilikan lahan itu. Dan kami juga akan berkirim surat kepada Wali Kota Tangerang mengajukan permohonan agar akses jalan yang diblokade itu bisa segera dibuka,” imbuhnya.
Diketahui, kunjungan Ananta Wahana ke Sekolah Sang Timur selain didampingi Ketua DPRD Kota Tangerang Gatot Wibowo, juga Mika anggota Komisi IV.