Timor Tengah Utara, Gesuri.id - Anggota DPR RI Dapil NTT II Yohanis Fransiskus Lema (Ansy Lema) menyatakan perbatasan bukan daerah periferal, terisolasi, kuno, tetapi merupakan beranda depan negeri, teras depan, serta wajah negeri.
Ansy menilai masyarakat di perbatasan harus merasakan kehadiran negara dalam bentuk kebijakan ataupun program konkret.
"Itulah alasan saya menutup safari keliling Gemar Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) tahap II di Eban, baru-baru ini. Eban adalah sebuah wilayah di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang berbatasan langsung dengan Timor Leste (Distrik Oecusse)," ujar Politikus PDI Perjuangan itu.
Baca: Ansy Lema Sosialisasikan Gemarikan di Kefamenanu
Ansy berharap, acara GEMARIKAN dalam kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu dapat membantu meringankan beban masyarakat.
Ansy menilai, berbagi dan peduli selama pandemi Covid-19 sangat perlu dilakukan. Bantuan berupa paket olahan ikan tersebut sudah dibagikan kepada masyarakat belasan desa di tiga kecamatan di Eban.
"Acara ini juga mengajak masyarakat Eban untuk semakin banyak mengonsumsi ikan. Masyarakat dapat membeli ikan tangkapan nelayan di Wini-TTU. Makan ikan tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan dan kecerdasan, tetapi juga memberi dampak ekonomis kepada para nelayan. Anak-anak sehat, kuat dengan banyak makan ikan segar," papar Ansy.
Anggota Komisi IV DPR itu melanjutkan, kesempatan sosialisasi GEMARIKAN di Eban itu digunakan untuk mengenal lebih jauh potensi wilayah perbatasan di sektor pertanian maupun perkebunan. Ansy menugaskan dua staf nya untuk berdiskusi dan menyerap aspirasi para guru SMK Pertanian Eban dan mengunjungi kebun jeruk milik seorang warga bernama Yosef Kenjam.
Baca: Ansy Desak KKP Lebih Berpihak Pada Nelayan Kecil
Ternyata, lanjut Ansy, TTU dan daerah Timor Tengah Selatan yang berada di sekitar Gunung Mutis sangat kaya akan potensi pertanian. Ansy pun mengaku pernah mendengar kejayaan Jeruk Keprok Soe dan Apel di wilayah tersebut.
Di masa lalu, kedua komoditi ini pernah diekspor. Ansy berharap, kejayaan itu bisa kembali dihidupkan.
"Hal spesial adalah dua staf saya bertemu langsung Bapak Paulus Mau, penggagas pertama pengembangan Kopi Eban. Puluhan tahun lalu ia mengambil benih untuk mengembangkan Kopi Eban dari Lakmaras, Belu," ungkap Ansy.
"Bertemu langsung, mendengar, berdiskusi dan menyerap aspirasi masyarakat adalah vitamin-energi pengetahuan baru yang harus saya suarakan kepada pemangku kebijakan. Negara harus hadir di perbatasan, baik dari segi pangan maupun infrastruktur jalan. Untuk menjadi penyuara yang baik, saya harus lebih dahulu menjadi pendengar yang baik," pungkas Ansy.