Semarang, Gesuri.id – Lelahnya kaki Ganjar Pranowo setelah berolahraga jalan kaki keliling Kota Semarang, seketika hilang melihat antusiasme anak-anak berebut dan memilih mainan tradisional yang mulai menyerap perkembangan zaman.
“Nih kamu mau nggak , siapa lagi yang mau ambil sini,” ujar Ganjar.
Sarimo girang. Tak salah ketika dirinya menyapa Ganjar dan memamerkan dagangannya. Sedetik kemudian, puluhan mainan yang dijual mulai harga Rp20.000 – Rp35.000 terjual. Bahagianya terpancar dari sorot matanya.
“Itu boleh, kamu ambil yang itu. Sambil dihitung ya,”.
Mainan tradisional yang terbuat dari kayu ini memang tak bisa lepas dari momen Ramadhan. Kehadirannya ditunggu dan dinantikan. Apalagi selama dua tahun pandemi, para pedagang pasti kehilangan momentum untuk berjualan.
“Ini dapat mainan gasingan dari Pak Ganjar, seneng,” tutur Ale, siswa KB & TK Islam Plus.
Sarimo pun tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Pertemuan dengan Ganjar yang tak pernah diimpikan itu, telah membuka rejekinya sehari sebelum Ramadhan datang.
“Seneng, masalahe kepayon (Senang karena dilarisi), sehari biasane Rp400.000 kalau sabtu-minggu. Saya ndak mimpi, ada bapak di situ, saya langsung pak sini pak gitu,” tutur Sarimo.
Pedagang mainan itu tak menyangka bisa bertemu Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, bahkan dagangannya dilarisi.
Sarimo tak menjual mainan biasa. Sarimo adalah satu dari sekian banyak pedagang mainan tradisional yang selalu ada menjelang Ramadhan. Mulai dari ethek-ethek, gasingan, mobil-mobilan kayu, dan lainnya.
Pagi itu mantan Gubernur Ganjar sedang berolahraga jalan kaki. Kemunculan Sarimo pun menyita perhatiannya. Ganjar seolah rindu akan masa kecil kala melihat dagangan Sarimo. Mainan ethek-ethek diraihnya tanpa ragu.
Puas memainkannya dengan cara diputar dan menghasilkan bunyi ethek-ethek yang nyaring, Ganjar menawarkan mainan itu pada anak-anak TK Islam Plus, yang kebetulan sedang berwisata di Taman Kasmaran, Kota Semarang.