Garut, Gesuri.id - Anggota DPRD Kabupaten Garut Yuda Puja Turnawan menggelar Reses Masa Sidang 1 Tahun 2022 di kantor kecamatan Sukawening (baru), Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (21/2).
Reses tersebut, diawali dengan sosialisasi masalah penanganan atau pencegahan Stunting dan solusinya. Dengan menghadirkan narasumber dari tim HalloPuan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.
Yudha menyebutkan dari data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Garut, dari 211 ribu balita di Garut, 13 ribu di antaranya dikategorikan stunting. Angka ini tentu terbilang tinggi sehingga harus mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak terutama Pemkab Garut.
Baca: Bunda Rita Ajak Lansia Vaksin dan Taat Prokes
"Angka stunting di Garut ini masih tinggi dan tersebar di 42 kecamatan, termasuk di wilayah Kecamatan Sukawening ini. Di Desa Pasanggrahan saja ada 32 anak yang kategori stunting," ujar Yuda.
Tingginya angka kasus stunting di Garut ini diakuinya juga menjadi perhatiannya. Oleh karenanya, dalam kegiatan reses kali ini pihaknya sengaja mengajak tim HaloPuan dari Jakarta sebagai lembaga sosial milik Ketua DPR RI Puan Maharani selama ini konsen terhadap penanganan stunting.
Dikatakannya, bekerja sama dengan pihak Dinas Kesehatan Garut, tim HaloPuan melakukan edukasi penanganan stunting kepada masyarakat termasuk para kader Posyandu. Tak hanya itu, tim juga memberikan bantuan berupa 220 peket makanan tambahan bagi bayi.
Menurut Yuda, upaya pencegahan atau penanganan stunting ini harus dilakukan secara serius, tak cukup dengan hanya kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat seremonial. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting salah satunya dengan memberikan edukasi kepada kader dan masyarakat serta program pemberian makanan tambahan (PMT) seperti yang dilakukannya saat ini.
"Ada hal yang tak kalah pentingnya yang kita sampaikan dalam kegiatan ini yakni Gerakan Makan Kelor. Ternyata tanaman yang banyak ditemukan di perkampungan ini sangat besar manfaatnya bagi pencegahan stunting karena memiliki kandungan vitamin yang sangat besar," katanya.
Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tutur Yuda, menyatakan bahwa kelor merupakan super food pangan yang kandungan gizinya sangat tinggi.
Kandungan vitamin A dalam kelor mencapai 7 kali lebih banyak dibading wortel dan kandungan vitamin C-nya pun jauh lebih besar dibanding jeruk sehingga dianggap sangat cocok untuk mengatsi stunting.
Baca: BKKBN Gemakan Peningkatan Kualitas Keluarga
Diungkapkannya, hal ini selama ini belum banyak diketahui oleh masyarakat sehingga perlu diberikan edukasi agar masyarakat mau mengkonsumsi kelor yang selama ini dipandang sebelah mata.
Yudha yang menjabat Ketua DPC PDI Perjuangan Garut menyampaikan kurang maksimalnya upaya pencegahan stunting di Garut dikarenkan masih sangat minimnya insentif bagi kader Posyandu tingkat RW yang hanya Rp 38 ribu per bulan.
Padahal untuk bisa melakukan penanganan yang maksimal, kader harus mampu menyediakan makanan tambahan bagi ibu hamil atau bayi.
"Makanya aspirasi masyarakat yang kita tampung dalam kegiatan reses ini termasuk tentang minimnya insentif untuk para kader Posyandu RW akan kita masukan ke dalam SIPD (sistem informasi pembangunan daerah). Kita akan upayakan agar insentif mereka bisa bertambah karena yang mereka dapatkan selama ini sangat tak layak,"pungkas Yuda.