Ikuti Kami

BKKBN Ajak Perguruan Tinggi ikut Percepat Turunkan Stunting

Upaya percepatan penurunan stunting melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik.

BKKBN Ajak Perguruan Tinggi ikut Percepat Turunkan Stunting
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.

Semarang, Gesuri.id - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak perguruan tinggi baik negeri maupun swasta terlibat dalam upaya percepatan penurunan stunting melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik.

"Saya berharap perguruan tinggi bisa memperbanyak program KKN tematik untuk mengawal dan mendampingi keluarga berisiko memiliki anak stunting. Mahasiswa KKN tematik di daerah nantinya bisa bekerjasama dengan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang telah dibentuk BKKBN,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Webinar Nasional Keperawatan dan Oral Presentasi dengan tema Generasi Emas, Generasi Bebas Stunting yang diselenggarakan oleh Universitas Muhamadiyah Klaten (UMKLA), Rabu (18/1).

Menurut Hasto BKKBN telah menyiapkan sekitar 600 ribu personil yang tergabung dalam 200 ribu Tim Pendamping Keluarga (TPK). Setiap tim beranggotakan tiga orang dari unsur bidan, kader pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK), dan kader keluarga berencana (KB) dikerahkan di seluruh wilayah di Indonesia.

Baca: Ganjar Siapkan Strategi Baru Atasi Kemiskinan dan Tengkes

"Selain melalui KKN tematik pencegahan stunting, perguruan tinggi juga bisa mengambil peran melalui merdeka belajar kampus merdeka, dan platform dana pendamping Kedaireka. BKKBN  telah bekerjasama dengan Forum Rektor dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi," kata Hasto. 

Perguruan tinggi, ujar Hasto, telah banyak berkontribusi untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Melalui berbagai program seperti Kampus Merdeka mahasiswa, dapat mengasah kemampuan dan mempraktikkan ilmunya secara langsung di tengah masyarakat.

Lebih lanjut menurut Dokter Hasto, stunting bisa terjadi karena kurang sehat, kurang gizi dan pola pengasuhan yang tidak baik. Akibatnya anak menjadi tidak tinggi, tidak cerdas dan tidak sehat.

Mencegah stunting lebih mudah daripada mengatasi, sehingga mahasiswa melalui KKN tematik bisa mendampingi dan Ibu hamil karena jumlahnya cukup banyak.

Berdasarkan data Profil Keluarga Indonesia 2021 Kementerian Kesehatan, jumlah ibu hamil tahun 2021 mencapai 4.884.711 orang. 

Dengan angka lahir hidup 4.438.141 dan lahir mati mencapai angka 22.257.

Baca: Bedi Budiman Dorong Percepatan Pembentukan BRIDA Jabar

Sementara itu Ketua Ikatan Perawat Anak Nasional Indonesia (IPANI) Allenidekania dalam seminar yang digelar secara daring tersebut mengatakan perkembangan anak dipengaruhi banyak faktor seperti gizi baik makro maupun mikro, sosial budaya, pola pengasuhan, dan lingkungan. 

“Mencegah stunting harus secara sistematis, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, salah satunya tentunya dari institusi pendidikan yakni perguruan tinggi,” kata Alleni.

Stunting menurut Alleni yang juga dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dapat dicegah pada periode 1.000 hari pertama kehidupan melalui pendekatan multi disiplin, intervensi spesifik, dan sensitif menyasar ibu hamil-nifas, bayi 0-24  bulan dan calon pengantin.

Quote