Bandar Lampung, Gesuri.id - Kader PDI Perjuangan asal Lampung, Fandi Tjandra, SE menggelar sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan Senin (3/4) pukul 13.00 di Perumahan Puri Perwata blok T no 6, Kelurahan Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung.
Baca: Ribka: DPR Segera Panggil Presdir PetroChina Jabung soal Kematian 3 Pekerja
Kegiatan sosialisasi yang menghadirkan narasumber pertama, Widya Rizky Eka Putri, Ms.Ak dosen Universitas Lampung (UNILA) dan Ustad Suparman Abdul Karim kepala bidang agama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) provinsi Lampung, serta hadir pula pengurus DPC PDI Perjuangan kota Bandar Lampung, jajaran PAC Ranting se-Kecamatan Teluk Betung Barat dan sekitarnya, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda setempat.
Turut hadir, Yopy Kahimpon, tokoh senior PDI Perjuangan provinsi Lampung sebagai moderator sosialisasi, mengungkapkan bahwa kegiatan sosialisasi terus digelar di provinsi Lampung bertujuan untuk membumikan Pancasila.
"Sebelum memulai sosialisasi ini, kita ingin memberikan pemahaman bahwa pentingnya sosialisasi ideologi Pancasila untuk terus menerus dilakukan agar kita tidak lupa menyerap pancasila yang kemudian dipraktekkan agar kita dapat menjadi pancasilais sejati dalam berbangsa dan bernegara," ujarnya.
Narasumber pertama, Widya Rizky Eka Putri, Ms.Ak dosen Universitas Lampung (UNILA) ungkapkan bahwa sosialisasi seperti ini terus diadakan.
"Di era digital sekarang banyak tersebar berita hoax dan ini dapat berpengaruh terhadap mental anak muda, dan saat ini sering terjadi kriminologi yg terjadi dilakukan oleh anak muda, dan ternyata terjadinya pergeseran pemahaman tentang ideologi bangsa, sebagai salah satu program dari anggota dewan DPRD kota Bandar Lampung untuk mensosialisasikan kembali ideologi Pancasila, jikalau misalnya kita tidak memahami ideologi ini kita tidak akan bisa mengimplementasikannya dikeseharian," paparnya.
Narasumber ke dua, Ustad Suparman Abdul Karim sebagai kepala bidang agama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) provinsi Lampung, menjelaskan banyak terjadinya intoleransi dalam masyarakat yang terjadi di Indonesia.
"Terjadinya intoleransi dalam masyarakat yang terjadi di Indonesia, terutama diprovinsi Lampung terjadi persekusi terhadap ummat Kristen yang sedang melaksanakan peribadatan yang dilakukan oknum ketua RT yang beralasan karena tidak adanya izin, dan izin ini bukanlah diterbitkan oleh RT, tetapi oleh kepala daerah," ungkapnya.
Dijabarkan oleh Ustadz Suparman, pemimpin pondok pesantren Rahmatul Ummah, bahwa ada 3 tipe kepala daerah yang mensikapi terjadinya intoleransi di daerahnya.
"Menurut Peraturan Bersama Mentri (PBM), izin dikelurkan oleh pemerintah daerah setempat dan ada 3 tipe kepala daerah yang mensikapi terjadinya intoleransi di daerahnya. Pertama, pemimpin yang sigap mengatasi timbulnya persoalan, contohnya bupati Minahasa Tenggara yang membantu memecahkan masalah izin pembangunan musholla/masjid ditengah masyarakat yang mayoritas non muslim, bahkan beliau menjadi ketua pembangunan masjidnya," paparnya.
Baca: M Nurdin Gelar Aksi Nyata Kemasyarakatan Selama Ramadan hingga Idulfitri 1444H
Kembali diterangkan ustadz Suparman yang baru kembali dari Kupang NTT, dengan melihat bagaimana Kupang menjadi kota paling toleransi di Indonesia.
"Tipe kedua, yaitu bupati/walikota yang apatis karena ketakutan mempengaruhi faktor elektoralnya, dia malah melipir, malah nyumput seakan akan masyarakat dibiarkan bergejolak, dan tipe ke tiga, pemimpin daerah yang tidak mau memberikan izin, ini menjadi sumber masalah seperti hal yang baru baru ini terjadi di kabupaten Purwakarta," ungkapnya.
Kurator: Syahrul