Jakarta, Gesuri.id - Bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo berdialog dengan para petani di Desa Silulu, Kecamatan Gunung Malela, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Sabtu (11/11). Pada kesempatan itu, Ganjar mendengar berbagai keluhan dari petani terkait isu pupuk dan kenaikan harga pangan, terutama beras dan cabai.
Menurut salah seorang petani dari Desa Silulu bernama Trimo, salah satu yang menjadi problem yaitu perihal keterbatasan dan kurangnya pupuk subsidi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan petani. Trimo mengungkap, untuk mengatasi hal itu, para petani kerap menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan.
"Pupuk subsidi untuk para petani memiliki keterbatasan dan tidak memadai sesuai dengan kebutuhan mereka. Di wilayah ini, yang banyak memiliki hewan, kami membuat pupuk menggunakan kotoran hewan," ujar Trimo seperti dikutip dari siaran tertulis diterima, Senin (13/11/2023).
Di samping pupuk, Trimo juga mengharapkan Ganjar dapat merancang kebijakan subsidi untuk hasil panen petani. Tujuannya, agar harga dan penerimaan hasil panen dapat tetap stabil.
"Jika memungkinkan, harapannya ada subsidi untuk hasil panen," harap Trimo.
Menanggapi hal tersebut, Ganjar menyatakan permasalahan kelangkaan pupuk juga menjadi fokus perhatiannya selama kunjungannya ke beberapa daerah. Terkait saran terkait subsidi pupuk, dia menyambut baik atas gagasan soal subsidi harga pembelian gabah dan beras.
“Usulan itu adalah ide yang patut dipertimbangkan,” jelas Ganjar.
Stabilisasi Harga Pangan
Selain itu, Ganjar menegaskan urgensi campur tangan pemerintah dalam mencapai stabilisasi harga pangan. Ia juga mendorong adopsi modernisasi dalam sektor pertanian.
Pria berambut putih mencatat, hal yang harus dilakukan pertama adalah dengan mengumpulkan data petani. Usai data terkumpul dengan baik, mekanisme distribusinya harus benar terencana dan terukur, serta mengarah pada kelompok petani.
“Kita akan menciptakan mekanisme yang lebih efisien melalui digitalisasi sehingga distribusinya dapat menjadi lebih tepat,” jelas dia.
Dalam hal pertanian organik, Ganjar menjelaskan persyaratan bagi petani yang memilih pendekatan organik dan memberikan apresiasi terhadap upaya beroganik. Ia menekankan urgensi pelatihan dan fasilitas bagi petani organik, dengan peran krusial penyuluh dan dinas pertanian untuk memberikan bimbingan.
“Jadi, para petani yang terlibat dalam pertanian organik memerlukan pelatihan dan fasilitas, menurut saya perlu adanya peran penyuluh dan dinas pertanian untuk memberikan bimbingan. Saya percaya bahwa masukan ini sangat penting dan kita harus segera mengumpulkan data mengenai para petani kita serta kebutuhan mereka,” dorong Ganjar.
Keberlanjutan
Ganjar berharap, dengan memprioritaskan pelatihan dan fasilitas bagi petani organik, Indonesia dapat memastikan pertanian organik tidak hanya menjadi tren sementara, tetapi juga menjadi model yang berkelanjutan dan dapat bersaing di tingkat global.
“Dengan mendukung para petani dalam mengadopsi praktik pertanian organik, Indonesia dapat meraih manfaat jangka panjang dalam hal kesehatan lingkungan, keberlanjutan pertanian, dan daya saing di pasar global,” dia menandasi.